Masih banyak stigma seputar bunuh diri yang beredar di masyarakat. Salah satunya, keinginan bunuh diri kerap dilekatkan pada kondisi depresi.
Namun, apakah penyebab bunuh diri selalu bisa dikatakan depresi atau ada kondisi kejiwaan lain yang dapat juga memicu bunuh diri?
Bunuh Diri Tak Selalu Depresi
Depresi sendiri diartikan sebagai kelainan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat secara terus-menerus.
Gangguan kesehatan mental ini dapat memengaruhi penderita dalam berpikir dan berperilaku, sekaligus bisa memicu berbagai masalah fisik maupun emosional.
Artikel Lainnya: Hal yang Perlu Kamu Tahu tentang Pencegahan Bunuh Diri
Gejala depresi dapat bervariasi dari ringan hingga berat, antara lain:
- Perasaan sedih, murung yang terus-menerus.
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang disukai.
- Perubahan nafsu makan (penurunan berat badan atau penambahan berat badan yang tidak terkait dengan diet).
- Kesulitan tidur atau sebaliknya terlalu banyak tidur.
- Merasa tidak berharga atau bersalah.
- Kesulitan berpikir, berkonsentrasi atau mengambil keputusan.
- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.
Dari sederet gejala tersebut, bunuh diri sering sekali diidentikkan dengan gangguan depresi. Apakah benar demikian?
Menjawab hal tersebut, psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi menjelaskan, “Orang yang punya pikiran untuk bunuh diri tidak selalu dia alami gangguan depresi.”
Dia menambahkan, dalam situasi penuh tekanan atau sedang dilanda kekecewaan yang mendalam, seseorang bisa saja punya pemikiran untuk mengakhiri hidup.
Artikel Lainnya: Pernah Coba Bunuh Diri? Cegah dengan Cara Ini!
Contohnya, ketika seseorang kehilangan orang tersayang atau keluarga dekat, mengalami kegagalan berulang, perasaan tidak berharga karena penolakan dari orang yang penting, termasuk juga bullying.
“Sementara itu, ada juga gangguan kesehatan mental yang memicu pemikiran dan tindakan bunuh diri. Misalnya, gangguan bipolar dan skizofrenia. Jadi, enggak selalu depresi saja,” Ikhsan menegaskan.
Ikhsan mencontohkan, ada penderita skizofrenia paranoid sampai ingin bunuh diri karena lelah “dikejar-kejar” terus oleh pembunuh bayaran yang sebenarnya tidak ada.
Faktor penyebab bunuh diri lainnya juga dapat berupa gangguan makan, seperti anoreksia, serta penyalahgunaan zat.
Selain itu, seseorang dengan riwayat keluarga penyakit mental cenderung memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
Artikel Lainnya: 6 Cara Mencegah Keinginan Bunuh Diri pada Remaja
Kenali Tanda-tanda Orang Ingin Bunuh Diri
Ada beberapa tanda khas yang ditunjukkan oleh seseorang ingin mengakhiri hidup, antara lain:
- Berbicara tentang perasaan putus asa, terjebak, atau sendirian.
- Berkata kalau mereka tidak punya alasan untuk terus hidup.
- Mencari cara untuk menyakiti diri sendiri, seperti membeli senjata.
- Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit.
- Makan terlalu sedikit atau makan terlalu banyak.
- Menghindari interaksi sosial dengan orang lain.
- Mengungkapkan kemarahan/niat untuk membalas dendam.
- Menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau kegelisahan yang ekstrem.
- Mengalami perubahan suasana hati yang dramatis.
- Berbicara tentang bunuh diri sebagai jalan keluar.
Jika kamy menemukan tanda-tanda tersebut, jangan diam. Tindakan aktif kamu sebagai rekan atau orang terdekat mungkin bisa menyelamatkan nyawa mereka.
Artikel Lainnya: Depresi Picu Bunuh Diri, Kapan Harus Periksa ke Psikolog?
Punya Pemikiran Bunuh Diri, Harus Apa?
Lalu, bagaimana dari sisi orang yang punya pemikiran bunuh diri? Apa yang harus dilakukan saat keinginan tersebut tanpa direncanakan terbesit di benakmu?
1. Jangan Pendam Perasaan Sendirian
Saat terlintas ide untuk bunuh diri, Ikhsan menyarankan untuk tidak memendam masalah dan perasaan itu sendirian.
“Sebisa mungkin cari tempat untuk ceritakan yang dirasakan dan kita pikirkan. Jangan biarkan dipendam sendiri,” kata Ikhsan.
Misalnya, sahabat, ibu, kakak atau orang terdekat lain.
2. Sadari Bahwa Itu Hanya Emosi Sesaat
Ingatlah bahwa emosi manusia tidak tetap, tapi terus berubah sewaktu-waktu. Keinginan untuk mengakhiri hidup yang dirasa saat ini bisa jadi hilang beberapa waktu kemudian, besok, atau minggu depan.
Artikel Lainnya: Benarkah Mengidap Penyakit Parah Memicu Bunuh Diri?
3. Ingat Orang Terdekat
Ketidakhadiranmu akan menciptakan kesedihan yang mendalam di kehidupan teman, sahabat, dan keluarga. Kamu tentu tidak sampai hati membawa luka itu untuk orang-orang ini, bukan? Jadi, pikirkan lagi!
4. Cari Bantuan Profesional!
“Segera mencari bantuan profesional, yaitu psikiater atau psikolog, adalah langkah yang tepat untuk mendapatkan pertolongan atas masalah kamu,” tutur Ikhsan.
Bicarakan seluruh perasaan apa dan apa yang membuat kamu terpikir untuk melakukan tindakan bunuh diri. Jika sulit, kamu bisa mulai dengan konsultasi online dengan psikolog. Jangan biarkan depresimu berlarut-larut, kalau perlu buat janji dengan psikolog pilihanmu di KlikDokter.
(AYU/ARM)