Menangis adalah salah satu bentuk pelampiasan emosi. Namun, dewasa ini kita sering mendengar istilah real men don’t cry alias pria sejati tidak menangis. Stigma tersebut membuat pandangan lelaki menangis pertanda lemah.
Lantas, bagaimana tanggapan psikolog mengenai ini. Benarkah lelaki harus kuat dan tidak boleh menangis? Simak jawaban psikolog berikut.
Real Men Don’t Cry, Apa Betul?
Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog tidak sepakat dengan stigma lelaki tidak boleh menangis. Pasalnya, menangis merupakan bentuk ekspresi emosi yang ditujukan untuk meluapkan emosi atau disebut juga dengan emotional crying.
“Jadi ini lebih kepada pandangan maskulinitas dan feminitas. Ketika pandangan bahwa laki-laki tidak boleh menangis ditanamkan dalam pola asuh maupun budaya, itu dapat terinternalisasi dan mungkin menghambat laki-laki untuk meluapkan emosi melalui tangisan,” ucap Gracia.
Artikel Lainnya: Kenapa Hidung Berair Saat Menangis? Ini Penjelasan Medisnya
Selain itu, menurut Gracia, sebagian orang, khususnya pada lelaki, merasa tidak nyaman untuk menangis.
Mereka mungkin takut dihakimi oleh orang lain atau berpikir bahwa menangis membuat mereka tampak lemah atau rentan.
“Karena stigma yang ada di masyarakat membuat anak laki-laki jadi enggan untuk menangis. Atau bisa juga si laki-laki jadi lebih mengadopsi bentuk release emosi yang lain selain menangis karena tidak terbiasa untuk itu,” ucap psikolog muda itu
Selain stigma di masyarakat, pola asuh orangtua juga bisa membuat anak laki-laki menyembunyikan perasaan emosional atau kesedihan mereka di depan orang lain.
Anak yang masih kecilnya sering dimarahi saat menangis dapat membuat mereka tidak terbiasa untuk hal itu. Atau, mereka berpikir kalau lelaki menangis adalah hal yang salah.
“Ketika seseorang di dalam keluarga merasakan secure attachment dan keterbukaan, itu menjadi salah satu faktor yang membantu laki-laki atau perempuan untuk terbuka pada emosinya, termasuk menangis,” ucap Gracia.
Laki-laki Menangis Lebih Sedikit dari Perempuan
Melansir BBC, dr. Virginia Eatough mengatakan, berdasarkan penelitian yang ada, alasan paling umum orang dewasa, baik perempuan maupun laki-laki, menangis adalah sebagai bentuk stres atau pelampiasan rasa kesal.
Artikel Lainnya: Mata Merah Setelah Menangis, Ini Alasan Medisnya!
Beberapa dari mereka mengatakan dengan menangis mereka menjadi merasa lebih baik, meski tidak menyelesaikan masalah.
Sebagian yang lainnya juga mengatakan merasa lega ketika mereka melepaskan emosi yang mereka tahan dengan menangis.
Namun demikian, berdasarkan penelitian Profesor Ad Vingerhoets asal Belanda, perempuan memang menangis jauh lebih sering daripada laki-laki.
Perempuan diketahui menangis antara 30-64 kali setahun, sedangkan laki-laki hanya 6-17 kali setiap tahun. Artinya, wanita lebih sering dan mudah menangis daripada lelaki. Mengapa demikian?
Psikolog Georgia Ray menjelaskan ada alasan sosiologis dan fisiologis mengapa pria yang menangis lebih sedikit daripada wanita.
Menurutnya, pria memiliki kadar prolaktin, yaitu hormon yang berhubungan dengan air mata emosional, yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita. Diduga, hal inilah yang menyebabkan lebih lelaki tidak mudah menangis.
Jadi, bukan berarti lelaki menangis adalah lemah, ya. Lelaki bagaimanapun tetaplah manusia.
Bila Anda merasa tertekan, sedih, kecewa, atau bahkan bahagia, tak ada yang salah kalau menangis dan mencari dukungan emosional.
Jika Anda ingin berkonsultasi seputar kesehatan mental dengan psikolog, gunakan layanan LiveChat di aplikasi Klikdokter.
(HNS/AYU)