Setiap wanita akan melakukan apapun demi terlihat cantik. Rambut dipotong dengan tren kekinian, bulu mata dibuat lebih tebal, sampai alis ditato. Wanita sangat berkorban demi bisa cantik, tapi apakah hal ini normal atau termasuk gangguan mental?
Anggapan Tentang Wanita Cantik
Ya, semua wanita memang secara alami ingin berusaha terlihat cantik di depan siapa pun. Mereka akan melakukan berbagai cara demi terlihat menawan, baik saat kerja, bertemu teman, sampai berkencan.
Bahkan, beberapa rela melakukan perawatan berjam-jam di salon demi tampil cantik. Tak sedikit pula yang sampai melakukan operasi untuk bisa mendapatkan bentuk tubuh impian, misalnya supaya mirip seperti idola.
Setidaknya ada anggapan bahwa kalau wanita itu cantik akan "lebih mudah" dalam banyak urusan sudah menjadi rahasia umum. Konon, apabila wanita punya paras cantik, setengah dari masalah hidupnya bisa dibilang selesai.
Artikel lainnya: Bangun Percaya Diri dengan Bentuk Tubuh Sendiri
Wanita cantik mendapatkan lebih banyak senyum, lebih “dikaruniai” kekasih yang tampan, dan service yang lebih baik ketika di tempat umum.
Kecantikan juga bisa menjadi “senjata” wanita, lho. Mengumpulkan data dari beberapa negara dan budaya, banyak yang menemukan bahwa kecantikan erat kaitannya dengan kesuksesan, misalnya keberhasilan secara finansial.
Banyak perusahaan yang lebih mengutamakan kerja untuk wanita cantik. Wanita cantik dan menarik juga rata-rata memiliki pendapatan yang lebih tinggi di perusahaan tipe tersebut.
Penelitian juga menunjukkan, ketika seseorang melihat wanita cantik punya karir yang bersinar, mereka cenderung menghargai kesuksesan tersebut berdasarkan penampilan.
Untuk sukses karena potensi dan bakat dari wanita cantik tersebut, kemungkinan orang lain tidak akan menganggapnya demikian.
Studi lain juga menunjukkan, ternyata untuk menjadi wanita cantik itu nggak gampang dan murah. Umumnya, para wanita akan menghabiskan sekitar sepertiga dari pendapatan mereka setiap bulan untuk bisa tetap menawan.
Biasanya wanita akan menghabiskan uang untuk krim wajah, diet, produk makeup dan kecantikan lainnya.
Di mana semua usaha itu tidak terlepas dari stigma bahwa wanita yang cantik adalah yang punya rambut panjang, kurus, tinggi, dan putih. Maka, tak heran banyak wanita menghabiskan banyak uang dan waktu untuk bisa tampil cantik sesuai stigma.
Artikel lainnya: Tara Basro Ajak Cintai Tubuh Sendiri, Bagaimana Cara Sebenarnya?
Apakah Normal Berkorban Demi Tampil Cantik?
Menurut psikolog dari KlikDokter, Ikhsan Bella Persada, M.Psi, kalau sekadar cantik dengan pakai makeup, itu tidak masalah. Wanita diduga mengalami salah satu jenis gangguan mental kalau sampai kecanduan operasi untuk memperbaiki bentuk tubuhnya.
"Kalau berkorbannya hanya dalam hal makeup, seperti mewarnai rambut, itu masih normal. Cuma, dikatakan tidak normal kalau sudah sampai tahap operasi untuk mengubah bentuk tubuhnya," ujar Ikhsan Bella Persada.
"Kalau yang sampai mengubah bentuk fisik, bisa saja ia mengalami gangguan. Pasalnya orang yang melakukan operasi perubahan bentuk tubuh biasanya tidak cukup sekali, bisa berulang-ulang kali. Dalam artian selalu merasa kurang puas, sehingga akan ada operasi selanjutnya. Itu bisa disebut sebagai gangguan mental," sambungnya.
Biasanya, orang yang sampai mengubah bentuk tubuhnya demi cantik mengalami masalah kepercayaan diri. Hal itulah yang membuat "berkorban demi cantik" bisa sangat bahaya dan bahkan disebut gangguan.
Sementara itu, Ikhsan menambahkan kelihatan menarik di depan orang lain adalah hal yang alami dan akan dilakukan oleh siapa pun.
Satu hal yang perlu diketahui, setiap wanita dilahirkan cantik, bagaimana cara mengeksplorasinya saja yang membedakan. Kalau ada yang rela berkorban demi cantik, itu sah-sah saja, cuma jangan sampai kelewatan.
Cantik setiap wanita berbeda dan unik, bisa juga ditonjolkan dalam berinteraksi dan bersikap. Jadi untuk para wanita, menjaga serta merawat kesehatan diri dan mental adalah langkah penting dan wajib yang dapat Anda lakukan untuk bisa terlihat menarik.
Apabila mau tahu tentang jenis gangguan mental lainnya, jangan ragu ajukan pertanyaan ke psikolog lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter, ya.
(OVI/AYU)