Anda pernah melihat di film atau serial televisi, seseorang terlempar jauh saat terkena ledakan? Bukan sekadar mendramatisasi, tubuh terlempar atau terlontar di film itu terjadi akibat efek shock wave atau gelombang kejut.
Peristiwa teranyar di dunia nyata terkait shock wave bisa dilihat dalam ledakan hebat yang terjadi di Kota Beirut, Lebanon, Rabu (5/8) kemarin. Dalam foto yang beredar, ledakan besar tersebut sanggup meluluhlantakkan sebuah kota.
Tak heran, 100 lebih jiwa melayang dan ribuan orang terluka. Lantas, apakah itu gelombang kejut? Mengapa dampaknya dapat begitu mematikan? Simak ulasannya di sini.
Apa Itu Shock Wave?
Shock wave adalah gelombang dengan energi yang hebat serta mampu menembus benda padat.
Energi yang kuat ini antara lain dapat dihasilkan dari pesawat supersonik, ledakan, petir, atau fenomena lain yang menciptakan perubahan tekanan yang hebat.
Gelombang kejut terjadi karena adanya perubahan tegangan, kepadatan, serta suhu yang tiba-tiba dan hebat.
Secara khusus, shock wave bergerak lebih cepat daripada suara, dan kecepatannya meningkat seiring dengan peningkatan amplitudo.
Ditambahkan dr. Devia Irine Putri, dalam dunia medis, shock wave sebenarnya bukan barang baru. Gelombang ini dikembangkan untuk beberapa masalah kesehatan pada manusia.
"Misalnya, ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) untuk memecah batu ginjal. Ada juga ESWT (Extracorporeal Shock Wave Therapy) untuk menangani nyeri kronik, misalnya karena cedera di pergelangan kaki dan di siku," kata dr. Devia.
Artikel Lainnya: 7 Kesalahan Pertolongan Pertama yang Sering Dilakukan
Apa Dampak Shock Wave pada Tubuh?
Shock wave selalu dibarengi dengan datangnya energi yang hebat dan kuat secara tiba-tiba. Itu sebabnya, Anda tidak boleh anggap sepele efek samping gelombang kejut bagi tubuh.
Menurut dr. Devia Irene, salah satu bahaya gelombang kejut yang wajib diwaspadai adalah pneumotoraks.
"Dampaknya kalau tubuh manusia mengalami hal-hal seperti ini secara mendadak bisa meningkatkan tekanan di dalam tubuhnya. Bisa saja terjadi pneumothorax, yaitu ada udara bocor antara paru-paru dan dinding dada," ujar dr. Devia Irine.
"Efek buruk pada kesehatan lainnya, korban juga bisa mengalami kontusio di paru (memar di paru), perdarahan di mata, hidung, telinga, sampai gangguan pendengaran," tutur dokter muda ini lagi.
Dampaknya ini tidak bisa dianggap remeh. Fatal jika Anda merasa bahwa gelombang kejut ini hanya efek biasanya setelah ledakan. Padahal, itu sesuatu yang berbahaya.
Artikel Lainnya: Inilah yang Harus Dilakukan saat Membantu Korban Trauma
Pemulihan Setelah Terkena Shock Wave
Karena gelombang ini bisa menimbulkan dampak yang serius, korban yang terkena shock wave wajib memeriksakan diri ke dokter. Sebaiknya, Anda tidak melakukan perawatan sendiri di rumah.
"Setelah mengalami shockwave, seperti ledakan yang terjadi di Beirut kemarin itu, Anda harus diperiksa semuanya. Adakah tanda-tanda peningkatan tekanan di paru-paru. Terhitung dalam 24-48 jam harus dievaluasi karena masih bisa muncul gejala," ungkap dr. Devia Irine.
"Kalau misalnya terbukti ada pneumothorax saat pemeriksaan fisik, gejalanya berupa sesak, nyeri dada, ada salah satu dada yang tertinggal saat bernapas, saturasi oksigen menurun, bisa dilakukan penyelamatan airway, breathing, circulation (ABC).”
Dokter Devia Irine menambahkan, perawatan juga bisa juga lewat pengeluaran udara dengan pemasangan kateter intercostal dan terapi (anti-nyeri dan lain-lain).
Selain itu, hal lain yang juga harus diperhatikan adalah apakah terjadi perdarahan usai ledakan.
"Kalau memang ada dan terjadi perdarahan, dokter akan mencari sumbernya. Kalau memang organ dalam yang perdarahan, harus dioperasi untuk menghentikan perdarahannya," jelas dr. Devia Irine.
Shock wave adalah salah satu yang perlu diantisipasi ketika terjadi ledakan yang hebat. Efeknya bisa sangat berbahaya dan perlu penanganan khusus kalau sampai mengalaminya.
Masih ada pertanyaan seputar efek ledakan atau luka bakar? Anda bisa berkonsultasi langsung pada dokter di aplikasi KlikDokter melalui fitur LiveChat 24 jam.
(HNS/AYU)