Sesekali selfie (swafoto) dan mengunggahnya di medsos sesungguhnya wajar. Ini merupakan salah satu cara untuk mencintai diri sendiri. Tapi kalau sudah terlalu sering, hal tersebut bisa mengganggu penghuni medsos lainnya. Apalagi saat swafoto, Anda memencet tombol capture berkali-kali tanpa henti. Kalau sudah begitu, waspadalah karena itu merupakan gejala dari narsis dan psikopat!
Dilansir Psychology Today, kini swafoto menjadi hal yang bisa dibilang cukup penting karena kata "selfie" telah ditambahkan ke kamus daring Oxford. Hal itu lantas memunculkan sebuah studi isu kepribadian yang meneliti hubungan antara swafoto, pengeditan foto, pengunggahan foto, dan kepribadian seseorang. Sehingga, bisa terlihat apakah ada kaitannya dengan narsis, psikopat, atau self-objectification (objektifikasi diri).
Dalam studi tersebut, peneliti menguji objektifikasi diri dengan tiga ciri kepribadian "dark triad", yaitu narsisme, psikopat, dan machiavellianisme. Mengapa dikatakan "dark"? Sebab, ketiganya memiliki unsur negatif dalam berinteraksi, berperasaan, dan bersifat manipulatif terhadap orang lain. Supaya lebih jelas, di sini akan dijelaskan masing-masing dari dark triad (ditambah dengan objektifikasi diri):
-
Narsisme
Sifat egois yang ekstrem dan memiliki pandangan yang megah terhadap diri sendiri. Mereka sangat butuh rasa kagum dari orang lain dan memiliki rasa percaya diri yang terlampau tinggi.
-
Psikopat
Adanya impulsivitas dan tidak memiliki empati. Umumnya mereka yang memiliki sifat ini sangat menyetujui adanya pembalasan dendam dan dilakukan dengan lebih kejam.
-
Machiavellianisme
Bersifat manipulatif dan tidak memiliki perhatian terhadap moral.
-
Objektifikasi diri
Kecenderungan untuk melihat tubuh sendiri sebagai "objek" secara berlebihan.
Untuk menguji keempat hal tersebut dan kaitannya dengan swafoto, peneliti studi Fox dan Rooney menggunakan data dari sampel 1.000 pria berusia 18-40 tahun. Tiap peserta menyelesaikan kuesioner kepribadian untuk menilai dark triad dan objektifikasi diri. Mereka ditanyai berapa banyak foto narsis yang mereka ambil, unggah, dan berapa lama mereka menggunakan media sosial sehari-harinya. Mereka juga ditanya soal seberapa sering mereka mengedit foto dirinya sendiri.
Dan hasilnya menunjukkan bahwa narsisme dan objektivitas diri sangat berkaitan dengan lamanya waktu yang dihabiskan saat mengedit swafoto dan banyaknya swafoto yang mereka unggah di media sosial. Uniknya, meskipun orang yang cenderung memiliki sifat psikopat juga mengunggah banyak swafoto, tetapi mereka melewatkan proses pengeditan.
Sebab, orang dengan kecenderungan psikopat tidak memiliki keinginan untuk menyajikan diri secara detail. Beda halnya pada orang dengan objektivitas diri yang sangat tinggi. Mereka akan mengedit foto dengan waktu yang relatif lama, tetapi tidak terlalu banyak mengunggah foto swafoto di media sosial.
Jadi kesimpulannya adalah orang yang narsis akan banyak mengambil swafoto, mengedit dalam waktu yang lama, dan banyak mengunggah swafoto di media sosial. Sedangkan orang dengan kecenderungan psikopat akan banyak memotret dan mengunggah swafoto, tetapi tidak mengedit foto. Dan untuk orang yang memiliki objektivitas diri yang tinggi, mereka akan lama di proses pengeditan foto, tetapi tidak mengunggah banyak swafoto.
Meskipun demikian, tidak berarti semua orang yang suka ber-selfie ria dan mengunggahnya di medsos memiliki kecenderungan narsis dan psikopat. Selama dalam batas wajar (tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sering), memotret diri sendiri lalu mengunggahnya merupakan hal yang wajar dan mengasyikkan karena itu bukti Anda mencintai diri sendiri.
[RS/ RVS]