Terapi electroconvulsive (ECT) atau terapi kejang listrik merupakan prosedur yang dilakukan di bawah anestesi umum. Dilakukan dengan cara arus listrik bertegangan kecil dialirkan ke otak untuk memicu kejang singkat.
Terapi ECT dapat memicu perubahan kimia di otak yang dengan cepat memulihkan gejala kesehatan mental tertentu. Terapi ini menjadi pilihan ketika pengobatan lain tidak berhasil.
Namun, tidak bisa dilakukan pada semua orang dengan gangguan mental. Siapa sajakah yang boleh menjalani terapi kejang listrik? Apa risiko dari terapi ini? Simak ulasannya di bawah ini.
Alasan Diperlukannya Terapi ECT
Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, terapi ini dilakukan untuk memengaruhi sistem saraf pusat pada pasien dengan gangguan mental.
“Kondisi ini akan memberikan efek kejang dengan cara mengalirkan arus listrik daya lemah ke area lobus temporalis,” jelas dr. Dyah.
Artikel Lainnya: Efektivitas Terapi Cahaya untuk Mengatasi Depresi
ECT dapat memberikan efek penyembuhan yang cepat dan signifikan pada gejala parah dari beberapa kondisi mental. Beberapa kondisi mental yang dimaksud, antara lain:
- Depresi berat, terutama bila disertai dengan penyangkalan dari kenyataan (psikosis), keinginan untuk bunuh diri, atau menolak untuk makan.
- Depresi yang resistan terhadap pengobatan, termasuk yang tidak membaik dengan obat-obatan atau perawatan lain.
- Mania berat, yaitu ketika mengalami keadaan euforia intens atau hiperaktif yang umumnya terjadi sebagai bagian dari gangguan bipolar.
Tanda-tanda mania lainnya, termasuk gangguan pengambilan keputusan, perilaku impulsif yang berisiko, penyalahgunaan zat, dan psikosis.
- Catatonia yang ditandai dengan kurangnya gerakan, gerakan cepat atau aneh, kurang berbicara, dan gejala lainnya. Ini terkait dengan skizofrenia dan gangguan kejiwaan tertentu lainnya.
- Agitasi dan agresi pada penderita demensia yang mungkin akan sulit diobati dan bisa berdampak negatif pada kualitas hidup.
Ditambahkan oleh dr. Dyah, “Terapi ini harus atas persetujuan dokter Sp. KJ (kedokteran jiwa) dan juga dokter anestesi.” Hal ini agar risiko yang yang muncul dari terapi kejang ini tidak berbahaya bagi pasien.
Artikel Lainnya: Lawan Depresi dengan Asupan Ini!
Risiko Terapi Kejang Listrik
Layaknya prosedur medis lainnya, terapi ini juga memiliki beberapa risiko. Tetapi, umumnya tidak parah. Berikut kontraindikasi terapi kejang listrik seperti dilansir dari Mayo Clinic:
-
Kebingungan
Kebingungan pasca terapi akan berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam. Jadi, Anda tidak tahu sedang di mana dan apa yang sedang dilakukan di sana.
Pada kasus yang jarang, kebingungan akan berlangsung beberapa hari. Kebingungan umumnya risiko pada lansia yang melakukan terapi ini.
-
Hilang Ingatan
Beberapa orang juga akan mengalami kesulitan mengingat peristiwa yang terjadi pada minggu-minggu sebelum pengobatan atau sebelum waktu itu. Kondisi ini dinamakan amnesia retrograde.
Namun, umumnya masalah memori ini akan membaik dalam beberapa waktu kemudian.
Artikel Lainnya: Efek Depresi pada Otak, Kenali Bahayanya
-
Efek Samping Fisik
Saat ECT berlangsung, beberapa orang akan mengalami mual, sakit kepala, rahang yang terasa nyeri, atau nyeri otot. Ini dapat diatasi dengan obat-obatan dari dokter.
-
Komplikasi Medis
Layaknya jenis prosedur medis lainnya yang melibatkan anestesi, ECT juga memiliki risiko komplikasi medis. Selama terapi, detak jantung dan tekanan darah akan mengalami peningkatan.
Pada beberapa kasus yang jarang, bisa menyebabkan masalah jantung. Oleh sebab itu, terapi ini mungkin tidak akan direkomendasikan untuk penderita penyakit jantung.
Efektivitas Terapi Kejang Listrik
Menurut American Psychiatric Association, penelitian ekstensif telah menemukan bahwa ECT sangat efektif untuk menghilangkan depresi berat.
Bukti klinis menunjukkan ECT menghasilkan perbaikan substansial pada sekitar 80 persen pasien dengan depresi berat yang tidak rumit.
Meskipun ECT dinilai efektif mengatasi penyakit mental yang serius, terapi ini bukanlah pengobatan yang dapat dilakukan berulang.
Untuk mencegah kambuhnya penyakit, pasien yang menjalani terapi ECT perlu melanjutkan beberapa jenis perawatan pemeliharaan. Di antaranya adalah psikoterapi atau konsumsi obat-obatan yang dianjurkan psikiater.
Demikian penjelasan apakah terapi ECT atau terapi kejang listrik efektif mengatasi masalah gangguan mental.
Terapi ini dianjurkan ketika pengobatan psikoterapi dan penggunaan obat-obatan tidak menunjukkan hasil signifikan.
Anda dapat berkonsultasi lebih jauh mengenai terapi untuk gangguan mental lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter.
(PUT/AYU)
Referensi:
Wawancara dr. Dyah Novita Anggraini
Mayo Clinic. Diakses 2022. Electroconvulsive therapy (ECT).
American Psychiatric Association. Diakses Januari 2022. What is Electroconvulsive therapy (ECT)?