Beberapa waktu lalu, di media sosial beredar video yang menunjukkan seorang pria muda, bernama Adi Saputra, merusak motor ketika ditilang polisi karena melawan arah dan tidak memakai helm. Ketika hal itu terjadi, ia tengah memboncengkan pacarnya. Alih-alih menunjukkan penyesalan atau mengakui kesalahannya, Adi justru melampiaskan kekesalannya dengan menggulingkan motor lalu merusaknya, padahal motor tersebut milik pacarnya! Apakah tidak bisa mengontrol emosi - seperti dilakukan oleh Adi – merupakan tanda adanya gangguan kepribadian?
Marah adalah respons wajar saat seseorang menghadapi situasi yang mengecewakan. Sayangnya, tidak semua orang bisa mengendalikan emosi negatif ini dengan baik. Salah satu gangguan kepribadian dengan gejala ledakan amarah adalah intermittent explosive disorder (IED).
Mengenal lebih jauh intermittent explosive disorder
IED melibatkan perilaku agresif yang dapat melibatkan kekerasan atau ledakan verbal yang tidak sesuai dengan situasi. Kemarahan di jalan, kekerasan dalam rumah tangga, melempar atau menghancurkan benda, bisa menjadi tanda dari IED.
Gangguan IED adalah kelainan kronis yang dapat berlanjut selama bertahun-tahun, meskipun tingkat keparahan ledakan amarah dapat menurun seiring bertambahnya usia. Adapun beberapa gejala dari gangguan emosi ini antara lain:
- Letusan eksplosif terjadi secara tiba-tiba, dengan sedikit atau tanpa peringatan, dan biasanya berlangsung kurang dari 30 menit.
- Episode ledakan emosi sering kali terjadi, lalu mereda selama berminggu-minggu atau bulan tanpa adanya ledakan emosi.
- Orang dengan gangguan ini biasanya mudah tersinggung, agresif, atau mudah marah sepanjang waktu.
Episode agresif dapat didahului atau disertai dengan berbagai tanda, seperti:
- Sifat lekas marah
- Berpikir cepat
- Tangan gemetar atau tremor
- Perasaan jantung berdebar (palpitasi)
- Sesak napas
Penyebab intermittent explosive disorder
IED dapat dimulai pada masa kanak-kanak. Biasanya setelah usia 6 tahun atau selama masa remaja. Penyebab pasti dari gangguan ini sampai detik ini tidak diketahui pasti, tetapi diduga berhubungan dengan beberapa faktor lingkungan dan biologis. Penjelasan lengkapnya ada di bawah ini.
- Faktor lingkungan. Kebanyakan orang dengan gangguan ini tumbuh dalam keluarga yang terdapat pelecehan verbal dan fisik. Paparan terhadap kekerasan pada usia dini membuat anak-anak cenderung menunjukkan sifat yang sama saat mereka dewasa.
- Genetika. Diduga terdapat komponen genetik yang menyebabkan gangguan ini dapat diturunkan dari orang tua ke anak.
- Perbedaan pada sistem kerja otak. Pada penderita gangguan IED, terdapat perbedaan dalam struktur, fungsi, dan kimia otak, dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan tersebut. Hal ini diduga berperan dalam terjadinya gangguan kepribadian.
Komplikasi intermittent explosive disorder
Orang dengan IED memiliki risiko untuk mengalami gangguan hubungan interpersonal alias berkaitan dengan hubungan antarpribadi. Mereka sering dianggap oleh orang lain sebagai pemarah. Kontrol amarah yang buruk dapat menyebabkan masalah dalam hubungan dengan rekan kerja, perceraian, dan stres keluarga.
IED juga bisa berdampak pada kehilangan pekerjaan, hukuman dari pihak sekolah, kecelakaan saat berkendara, masalah keuangan, atau masalah dengan hukum. Selain itu, gangguan mood seperti depresi dan kecemasan juga sering terjadi pada penderita IED. Terdapat beberapa kondisi medis yang lebih umum terjadi pada penderita IED, misalnya tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
Jadi, apakah seseorang yang tidak bisa mengontrol emosi merupakan tanda adanya gangguan kepribadian? Bisa jadi. Jika Anda merasa tak bisa mengendalikan emosi negatif, seperti amarah, atau merasa perilaku Anda sesuai dengan deskripsi gangguan IED yang dipaparkan di atas, sebaiknya beranikan diri untuk menemui profesional. Diskusikan tentang pilihan terapi yang tersedia.
(RN/ RVS)