Depresi bisa menyerang siapa saja, mulai dari usia muda hingga tua. Usia remaja pun tak luput dari depresi, karena pada usia ini adalah usia pencarian jati diri yang bisa penuh pergolakan. Lingkungan sekitar, keluarga, dan pergaulan dapat memengaruhi emosi remaja yang masih labil dari sering kali dipengaruhi mood. Kondisi tersebut rentan membuat mereka rentan mengalami depresi.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia Yogyakarta, gangguan depresi berat dialami 3 persen anak sekolah 6 persen remaja Indonesaia. Jika Anda adalah orang tua yang memiliki anak usia remaja, tak ada salahnya untuk terus mengikuti perkembangan anak dan waspada terhadap perilaku mereka, apalagi yang menunjukkan adanya gejala depresi.
Menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, ada beberapa hal yang mendasari depresi pada remaja, antara lain:
- Stres di sekolah. “Tuntutan akademis dan berbagai ekspekstasi dari orang tua hingga perilaku perundungan (bullying) dari teman-teman sebaya bisa membuat remaja stress,” kata dr. Nadia. Sudah sewajarnya orang tua memperhatikan perilaku anak baik di sekolah maupun di rumah. Pada usia ini, masalah yang menurut Anda sepele bisa jadi dirasakan sebaliknya pada anak, sehingga membuatnya stres berat hingga depresi.
- Tekanan sosial. Banyak remaja yang terobsesi menjadi populer sehingga banyak upaya untuk mendukung keinginan ini. Tekanan ini pun bertambah dengan kehadiran media sosial, yang mana makin banyak waktu yang mereka habiskan di sana, maka makin tinggi risiko akan tekanan mental yang dapat memicu stres depresi.
- Masalah percintaan. Meski orang dewasa mengganggap percintaan remaja adalah cinta monyet, tapi banyak remaja yang menjadi labil dan patah hati akibat putus cinta, bahkan bisa berujung pada bunuh diri.
- Pertengkaran orang tua. “Pertengkaran di depan remaja atau diketahui anak bisa mengakibatkan trauma, terlebih jika sering dilakukan, sehingga harus berakhir dengan perceraian. Ini bisa membuat remaja stres berat dan depresi,” dr. Nadia menerangkan.
- Rendahnya kepercayaan diri. Kepercayaan diri yang rendah, minder, dan merasa tak mampu bersaing membuat banyak remaja mengalami stres dan depresi.
Tips mencegah depresi pada remaja
Dikatakan oleh dr. Kartika Mayasari kepada KlikDokter, ada beberapa gejala depresi pada remaja yang bisa orang tua waspadai, yaitu:
- Anak merasa sedih, putus asa, dan merasa kehidupannya tak berarti
- Lebih sensitif
- Menarik diri dari lingkungan
- Perubahan nafsu makan
- Kesulitan dalam berkonsentrasi
- Perubahan nafsu makan
- Perubahan pola tidur
- Berpikir ingin mengakhiri hidup
Jika seorang remaja digempur habis-habisan oleh depresi, bukan tak mungkin kalau kesehatan mentalnya bisa memburuk. Dilansir dari Mayo Clinic, begini tips untuk mencegah depresi pada remaja.
-
Berikan dukungan tanpa henti
Hubungan orang tua dan anak yang kuat dapat membantu mencegah depresi. Untuk membangun dan mempertahankan kokohnya hubungan Anda dengan anak, sisihkan waktu setiap hari untuk berbicara dan mendorong anak untuk mengekspresikan perasaannya.
Respons segala hal tentang dirinya ketika Anda melihat perilaku positif. Jika ia marah, tanggapi kemarahannya dengan tenang. Jika anak enggan bicara, habiskan waktu di ruangan yang sama, bahkan jika Anda tidak berbicara, kehadiran Anda menandakan bahwa Anda peduli.
-
Mengamati lingkup pertemanan
Pertemanan positif dan solidnya persahabatan bisa membantu remaja terhindari dari depresi. Dorong anak untuk menghabiskan waktu dengan teman-temannya untuk melakukan kegiatan positif, misalnya dengan ikut serta dalam tim olahraga atau organisasi. Hal ini bisa membantu mengembangkan rasa percaya diri dan kehidupan sosialnya.
Pada saat yang sama, waspada pula terhadap kemungkinan masalah yang terkait dengan urusan cinta. Bahkan lika-liku asmara yang kerap terjadi, seperti putus cinta hingga patah hati, dapat menjadi tantangan buat remaja dan berkontribusi terhadap depresi.
-
Mendorong anak untuk rajin beraktivitas fisik
Aktivitas fisik yang teratur, terlepas dari tingkat intensitas, mungkin memainkan peran dalam mengurangi depresi dan kecemasan remaja. Dorong anak untuk berolahraga secara rutin selama 1 jam atau lebih dengan lari, renang, berjalan, lompat tali, hingga aktivitas yang dapat menguatkan otot seperti panjat dinding dan angkat beban.
Karena remaja termasuk golongan usia yang rentan mengalami depresi, maka orang tua harus terus memantau perkembangan anak, terlebih jika ia menampakkan tanda-tanda depresi. Mencegah depresi pada remaja memang bukanlah perkara yang mudah. Hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua adalah menerapkan kiat-kiat di atas serta memastikan kepada anak bahwa Anda akan selalu ada untuknya. Jika Anda mendapati gejala depresi pada remaja, ajak anak menemui tenaga peofesional agar ia mendapatkan penanganan terbaik sesuai usianya.
[RN/ RVS]