Kesehatan Mental

Trauma Mental: Efek Kecelakaan yang Kerap Tak Disadari

Tim Redaksi KlikDokter, 30 Nov 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Trauma psikis kerap kurang mendapat perhatian pada kejadian kecelakaan. Bagaimana kejadian semacam itu berdampak pada mental korban? Bagaimana urgensi trauma mental ini?

Trauma Mental: Efek Kecelakaan yang Kerap Tak Disadari

Aliqha (23) merasa kondisi emosinya berubah sejak pertengahan tahun lalu. Ia kini menjadi gampang marah.

Peristiwa kecil saja dengan mudah membuatnya tersulut. Suasana hatinya pun dengan mudah berubah dengan cepat.

"Moody-nya itu benar-benar parah. Intinya, mental aku kena bangetlah pas kecelakaan kedua ini," katanya kepada Klikdokter.com.

Kejadian yang Aliqha maksud adalah insiden yang menimpanya Agustus 2020 lalu. Suatu hari, ia memacu sepeda motor di Kawasan Sentul, Bogor.

Pagi itu Aliqha dalam perjalanan menuju tempatnya bekerja. Belum terlalu jauh dari rumahnya, peristiwa nahas itu terjadi.

Aliqha mengalami kecelakaan. Ia dan sepeda motornya menabrak pohon di pinggir jalan. Bagaimana peristiwa persisnya, Aliqha sama sekali tidak ingat.

"Kalau kata saksi aku nabrak orang dulu. Terus aku oleng, nabrak pohon. Setelah itu aku langsung blackout (tidak sadarkan diri). Tahu-tahu udah di rumah sakit," ia menuturkan kembali peristiwa itu.

Kondisinya waktu itu cukup parah. Aliqha sempat koma dua hari. Dua gigi bagian depannya tanggal, bahkan dia sempat mengalami stroke di bagian wajah.

Wajah bagian kanannya tidak bisa bergerak. Misalnya ingin senyum di kanan, lanjut dia, yang bergerak malah wajah bagian kiri.

Artikel lainnya: Trauma pada Anak Bisa Ganggu Karakternya Saat Dewasa

1 dari 3

Kondisi Mental Belum Pulih

Aliqha butuh waktu sekitar lima bulan untuk memulihkan kondisi fisiknya. Tapi agaknya kondisi psikologisnya masih belum pulih sepenuhnya hingga saat ini. 

"Dokter aja sudah mewanti-wanti, intinya aku nanti pasti akan kena PTSD (post-traumatic stress disorder), itu udah pasti," ia berujar.

Menjadi gampang marah menjadi salah satu perubahan yang ia rasakan. Padahal, sebelumnya dia bukan orang yang seperti itu.

"(Sekarang) aku kecolek sedikit, juga pasti langsung marah-marah. Langsung teriak-teriak gitu lho," Aliqha menambahkan.

Ia juga mudah cemas bila ada hal-hal yang membuat khawatir. Ketika dihadapkan situasi semacam itu, Aliqha bisa mendadak sesak napas.

Dia juga tidak mau lagi naik sepeda motor. "Padahal sudah setahun lebih (kejadian itu)," kata Aliqha.

Kejadian pertengahan Agustus lalu sebenarnya bukan kali pertama kecelakaan yang dialaminya.

Beberapa bulan sebelum insiden sepeda motor, tepatnya Desember 2019, ia juga terlibat kecelakaan di Tol Jagorawi. Bus yang ia tumpangi untuk pulang ke rumah terguling.

Aliqha menjadi salah satu korban yang terluka parah. Dia harus menjalani operasi di bagian kepala.

Meski sudah sembuh secara fisik, ia kini tidak bisa lagi naik kendaraan yang berkecepatan tinggi. "Aku jadi benar-benar langsung takut," katanya. 

Bahkan, ia belum punya keberanian lagi naik bus hingga saat ini. Pernah suatu ketika ia mencoba naik bus. Baru setengah jalan, traumanya menyergap.

Aliqha yang panik memutuskan turun dari bus. Perlahan-lahan ia mulai membiasakan diri naik bus, itu pun harus ditemani orang yang dikenal di sampingnya.

Artikel lainnya: Tidak Sama, Ini Perbedaan Fobia dan Trauma Menurut Psikolog

2 dari 3

Bekas Trauma yang Berbeda

Pada beberapa orang, trauma bisa membekas dalam bentuk yang berbeda. Hendi Yusup (32), misalnya, tidak mau menaiki mobil yang berbentuk kotak.

Saat berumur sekitar tiga tahun, pada medio 1992, ia sekeluarga mengalami kecelakaan di Jalur Puncak, Bogor.

Mobil Carry yang dikemudikan ayahnya terguling. Meski masih kecil, ia masih ingat persis detik demi detik kejadian pascakecelakaan.

"Saya ingat betul kejadiannya, saya juga melihat orangtua saya dikeluarkan dari mobil saat mobil terguling. Saya ingat ibu saya nangis, teriak-teriak dan segala macam," kenangnya.

Selain tidak ingin menaiki mobil berbentuk kotak, Hendi juga punya perasaan tertentu setiap berada di tikungan. Pasalnya, kecelakaan yang menimpa keluarganya terjadi di sebuah kelokan.

Artikel lainnya: Cara Mengatasi Trauma yang Bisa Anda Coba

3 dari 3

Trauma Psikis Kurang Disadari

Dalam banyak kasus kecelakaan, umumnya dampak lanjutan peristiwa tersebut terhadap mental masih kurang disadari. Padahal, aspek psikis ini juga berpengaruh pada kualitas hidup seseorang ke depannya.

Kebanyakan orang yang mengalami kecelakaan tidak mendapat bantuan profesional. Hal itu bisa karena mereka tidak menyadarinya atau bahkan berusaha menyembunyikan apa yang mereka rasakan.

Trauma  psikis seperti halnya trauma fisik dapat memburuk bila diabaikan. Tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di Indonesia bisa menjadi alarm pentingnya kesadaran terhadap trauma psikis.

Berdasarkan data yang dipaparkan Kementerian Perhubungan awal 2021, terjadi peningkatan kasus kecelakaan di Indonesia dalam rentang 2001-2018. Angkanya bahkan lebih tinggi dari yang terjadi di Eropa dan Amerika, meski fatalitasnya menurun.

Sepanjang 2015-2020, misalnya, terjadi 528.058 kasus kecelakaan. Korban terbesarnya adalah mereka yang berada di kelompok umur produktif, antara 15-29 tahun.

Merujuk data Korps Lalu Lintas Polri, pada 2020 tercatat 100.028 kecelakaan. Akibatnya 113.518 orang mengalami luka ringan, 10.751 mengalami luka berat, dan 23.529 korban meninggal dunia.

Dalam setiap statistik kecelakaan, nyaris tidak ada informasi yang menyertakan kondisi psikis korban. Hal itu menyebabkan trauma mental akibat kecelakaan sebagai fenomena yang seolah tidak tampak.

Melansir dari VeryWellMind, perasaan tertentu yang muncul setelah mengalami kecelakaan merupakan hal normal. Yang penting, hal tersebut tidak terjadi berlarut-larut.

Cara termudah mengetahui apakah seseorang mengalami PTSD adalah dengan melihat persepsinya terhadap sesuatu yang berkaitan dengan kecelakaan. Misalnya, bila masih ada perilaku menghindari sesuatu setelah enam bulan pascakecelakaan, patut diduga orang tersebut mengalami PTSD.

Masih menurut VeryWellMind, bila perasaan itu tak juga enyah, biasanya kondisinya akan memburuk seiring berjalannya waktu.

Pernah punya pengalaman kecelakaan yang menyebabkan perubahan tak biasa dalam diri Anda? jangan ragu berkonsultasi dengan psikolog berkompeten melalui layanan LiveChat. Anda pun dapat membaca informasi seputar trauma psikis atau mental di aplikasi KlikDokter.

(JKT)

Liputan Khusus
trauma