Generasi milenial adalah mereka yang lahir dalam rentang tahun 1980-2000. Tentu saja generasi ini punya gaya hidup berbeda dari generasi sebelumnya. Menurut beberapa sumber, salah satu perbedaan yang mencolok adalah wanita milenial memilih tetap berkarier atau berwirausaha usai melahirkan. Namun, banyaknya tekanan, baik dari dalam rumah maupun luar rumah, seperti pekerjaan, membuat kalangan tertentu berpendapat bahwa wanita milenial rentan terkena depresi dan serangan jantung. Mengapa pendapat ini bisa muncul?
Wanita milenial perlu waspada penyakit jantung
Dilansir dari Hopkinsmedicine.org, kaum milenial memang wajib waspada terhadap penyakit kardiovaskular, dalam hal ini serangan jantung. Itu karena serangan jantung tak lagi hanya menyerang lansia. Butuh rentang waktu tertentu agar masalah pembuluh darah tingkat awal berkembang menjadi penyakit jantung. Proses terjadinya masalah pembuluh darah biasanya terjadi beberapa tahun sebelum serangan jantung muncul.
Tidak menutup kemungkinan, hal itu dimulai saat Anda berada di usia remaja ataupun 20-an. Nah, barulah ketika Anda menginjak usia 30-an, penyakit jantung itu muncul.
Dengan kata lain, semakin dini Anda mengalami stres berat dan menerapkan pola hidup yang “kacau”, kemungkinan besar, semakin cepat pula serangan jantung dialami. Apalagi bila sebelumnya, Anda telah memiliki faktor riwayat keturunan.
Sementara itu, dilansir dari Medical News Today, ada pula penelitian yang menemukan kecenderungan yang mengkhawatirkan tentang serangan jantung dalam beberapa dekade terakhir. Penelitian yang dipresentasikan dalam jurnal medis Circulation ini menemukan, wanita muda lebih membutuhkan rawat inap untuk serangan jantung ketimbang pria.
Pada sekitar tahun 1990-an, wanita muda yang terkena serangan jantung hanya berkisar 21 persen. Namun pada 2000-an, angkanya meningkat hingga 31 persen! Bahkan, Dr. Ileana L. Pina,ahli jantung dari Montefiore Medical Center, New York, mengatakan kepada Medical News Today, bahwa pembunuh wanita nomor satu bukan lagi kanker payudara atau kanker rahim, melainkan penyakit jantung!
Peran ganda pada wanita picu depresi
Seperti yang sudah sempat disinggung, stres bisa jadi pemicu munculnya serangan jantung di kalangan wanita milenial. Stres yang terjadi pada wanita milenial disebabkan oleh peran ganda yang diemban para wanita, yakni mengurus keluarga dan pekerjaan.
Para wanita pun kerap kali menomorduakan kesehatannya. Padahal, jika stres dibiarkan tertahan selama bertahun-tahun, hal tersebut akan berujung pada depresi yang akan semakin meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Wanita yang menderita depresi umumnya mengalami kesulitan mengikuti pedoman yang direkomendasikan untuk menjaga kesehatan jantung. Mereka juga cenderung menarik diri dari orang-orang yang mendukungnya, seperti keluarga, teman, dan dokter.
Untuk beberapa kasus depresi, ini juga bisa membuat mereka mengambil tindakan pengalihan stres, seperti merokok dan banyak minum alkohol. Padahal, semakin sering merokok dan minum alkohol, semakin cepat pula serangan jantung itu muncul.
Wanita penderita penyakit jantung yang juga mengalami depresi akan lebih ogah-ogahan untuk pergi melakukan perawatan lanjutan atau sekadar minum obat yangdirekomendasikandokter. Akibatnya, komplikasi penyakit bisa hadir kapan saja.
Oleh sebab itu, untuk menurunkan angka penyakit jantung dan depresi pada wanita milenial, ada baiknya Anda melakukan beberapa hal di bawah ini, yaitu:
- Kelola stres Anda dengan melakukan meditasi, yoga, tai chi, relaksasi, dan berani menentukan prioritas (tidak semuanya diambil penuh). Sediakanlah waktu untuk memanjakan diri sendiri supaya Anda tidak selalu merasa tertekan.
- Pertahankan berat badan ideal dan jangan malas bergerak.
- Terapkan pola makan seimbang dan jauhkan diri dari makanan berlemak trans.
- Berbagilah segala perasaan kepada keluarga dan sahabat, jangan selalu memendam sendiri.
- Dan, berhentilah merokok.
Meski banyak penelitian yang menyatakan bahwa wanita milenial rentan terkena depresi dan serangan jantung, bukan berarti Anda tidak bisa melakukan apa pun untuk mengubah hal itu. Anda dapat melakukan olahraga yang menyenangkan bersama teman-teman sebaya. Jadikan ini gaya hidup supaya Anda punya kebiasaan baik yang berkelanjutan untuk kesehatan fisik dan mental Anda.
[HNS/ RVS]