Ukuran penis sering kali dijadikan sebagai tolak ukur dalam kepuasan hubungan seksual seorang pria. Tak heran, kini tersedia terapi suntik hormon yang dipercaya dapat memperbesar ukuran penis.
Walaupun bukan satu-satunya penentu kepuasan, namun ukuran penis yang dianggap kecil dapat memengaruhi kepercayaan diri seorang pria dan akhirnya berdampak pada kualitas hubungan itu sendiri.
Data menunjukkan bahwa 45% pria ternyata tidak puas dengan ukuran penis yang dimiliki dan merasa perlu untuk menambah ukurannya.
Sebagai informasi, penis seorang pria umumnya tumbuh dengan signifikan saat usia pubertasnya tiba, yaitu 9-13 tahun. Rata-rata pertumbuhan ini terhenti di usia 17-19 tahun. Faktor terbesar yang memengaruhi pertumbuhan ini adalah kadar hormon yang dimiliki.
Hormon yang rendah selain memengaruhi tinggi badan, umumnya akan berdampak juga pada ukuran penis seorang pria. Kecilnya ukuran penis ini disebut mikropenis.
Artikel Lainnya : Ukuran Penis Anda Mungil? Cek di Sini Penyebabnya
Ukuran penis yang tergolong normal
Sebelum terburu-buru memberi label 'penis kecil' atau dan merasa minder dengan ukuran yang dimiliki, seorang pria harus tahu dulu bagaimana cara mengukur penis dengan benar.
Penis tidak diukur pada saat ereksi melainkan dalam kondisi rileks. Pengukuran penis dilakukan dengan penggaris yang diletakkan di pangkal penis. Tekan penggaris hingga salah satu ujungnya menyentuh tulang pubis. Luruskan penis dan ukur dari pangkal tersebut hingga ujung penis.
Rerata ukuran penis penduduk Indonesia adalah 11.68 cm. Jangan khawatir, 1.2cm lebih kecil atau lebih besar dari ukuran tersebut masih tergolong normal. Bila ukuran penis jauh di bawah angka tersebut, perlu dievaluasi apakah pengukurannya benar, atau justru tergolong mikropenis.
Sebanyak 0.6% pria memang memiliki penis yang tergolong mikropenis dimana ukurannya lebih kecil dari 9.3 cm. Umumnya kondisi ini dikarenakan faktor genetik atau hormonal yang memerlukan intervensi khusus.
Efektifkah terapi hormon pada penis kecil?
Sebuah studi yang dipublikasi oleh Indian Journal of Urology membuktikan bahwa terapi hormon ternyata cukup efektif sebagai cara memperbesar penis pada mereka yang kekurangan hormon. Ukuran penis ini bahkan dapat bertambah hingga dua kali lipatnya. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan efektivitas yang sama terkait terapi hormon ini.
Hormon yang digunakan diberikan dengan cara disuntik sehingga memengaruhi kerja tubuh secara keseluruhan. Jadi, suntik hormon tidak hanya berdampak pada ukuran penis saja. Efeknya pun tidak terbatas pada daerah sensitif pria tersebut.
Hormon tersebut bekerja melebarkan pembuluh darah dalam tubuh, termasuk pembuluh darah di penis. Kerja inilah yang diharapkan bisa memperbesar ukuran penis.
Artikel Lainnya: Ukuran Penis yang Normal Berdasarkan Ras
Karena berpengaruh pada kerja tubuh secara keseluruhan, pemberian terapi hormon untuk memperbesar penis pun harus dilakukan di bawah pengawasan dokter. Sebelum terapi dimulai, seorang pria harus diperiksa dulu kadar hormonnya. Bila hormonnya terbukti rendah, maka terapi hormon memang menjadi pilihan yang tepat.
Satu yang harus diperhatikan, jangan pernah melakukan terapi hormon di luar instruksi dokter. Tindakan ini berpotensi menyebabkan gangguan dalam tubuh.
Kelebihan dosis penggunaan bisa berdampak pada menjulangnya kadar hormon dalam tubuh. Akibatnya produksi hormon alami jadi terhambat, kerja sistem tubuh pun menjadi kacau dan berantakan.
Jadi, setelah mengetahui efek dari suntik hormon ini, bijaksanalah dalam menentukan pilihan, termasuk untuk memperbesar penis. Diskusikan terlebih dahulu keinginan tersebut pada ahlinya untuk mendapatkan terapi terbaik bagi tubuh Anda sendiri.
[NP/ RVS]