Setelah menikah, sebagian besar wanita berencana untuk segera memiliki momongan. Maka, diupayakanlah hal tersebut dengan melakukan hubungan seksual yang sehat secara teratur.
Lantas, setelah beberapa saat, sang wanita mengalami terlambat haid dan itu diduga sebagai awal mula kehamilan. Akan tetapi, setelah melakukan pemeriksaan test pack, hasilnya malah negatif alias tidak hamil.
Terkait ilustrasi di atas, tahukah Anda mengapa bisa demikian? Ya, tidak semua kasus terlambat haid adalah pertanda kehamilan. Kondisi tersebut juga bisa disebabkan oleh berbagai hal lain, termasuk adanya penyakit tertentu.
Perlu Anda ketahui, setiap bulan, seorang wanita akan melepaskan satu sel telur ke dalam rahim. Bersamaan dengan itu, dinding rahim juga ikut menebal guna mempersiapkan kehamilan.
Bila tidak ada pembuahan oleh sperma, hormon estrogen maupun progesteron yang mengatur pelepasan sel telur dan penebalan dinding rahim akan menurun kadarnya. Sehingga, dinding rahim luruh bersamaan dengan sel telur. Proses itulah yang dinamakan sebagai haid atau menstruasi.
Normalnya, estrogen dan progesteron berperan aktif menstimulasi pelepasan sel telur dan haid setiap 21–40 hari (periode haid normal). Jika terjadi lebih lama dari waktu tersebut, maka hal itu dapat dikategorikan sebagai terlambat haid.
Artikel Lainnya: Telat Haid Sebulan, Pertanda Apa?
Penyebab Terlambat Haid Selain Kehamilan
Selain adanya kehamilan yang memang akan mencegah peluruhan dinding rahim, ada beberapa kondisi lain yang juga dapat melatari terjadinya terlambat haid. Beberapa kondisi yang dimaksud, yaitu:
-
Stres dan kelelahan
Kondisi psikis dapat sangat memengaruhi kerja tubuh secara keseluruhan, termasuk siklus haid. Saat dalam kondisi stres dan kelelahan, produksi estrogen, progesteron dan berbagai hormon lain di dalam tubuh menjadi kacau. Salah satu keadaan yang bisa terjadi sebagai akibatnya adalah terlambat haid.
-
Penurunan berat badan secara drastis
Untuk dapat memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang mengatur haid, tubuh memerlukan asupan gizi dalam jumlah yang cukup.
Apabila Anda menjalankan diet ketat dan melakukan pembatasan makanan secara besar-besaran, salah satu masalah kesehatan yang sangat mungkin terjadi adalah terlambat haid.
Oleh karena itu, jangan pernah melakukan diet ketat tanpa mempertimbangkan kebutuhan tubuh akan pasokan gizi seimbang. Diet boleh saja, asalkan tetap sehat dan mencukupi kebutuhan gizi harian.
Artikel Lainnya: Telat Haid Sebulan, Pertanda Apa?
-
Olahraga ketat
Olahraga dengan jadwal yang sangat padat juga dapat menjadi biang kerok terlambat haid. Serupa dengan penurunan berat badan secara drastis, kehilangan cadangan lemak dalam jumlah besar secara tiba-tiba.
Kondisi juga dapat membuat tubuh kekurangan “bahan baku” untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron yang mengatur haid. Akibatnya, terlambat haid atau bahkan tidak haid sama sekali bisa saja terjadi.
-
Penggunaan KB hormonal
Sedang menggunakan KB suntik dan sering mengalami terlambat haid? Jangan-jangan itulah penyebabnya. Fakta menyebut bahwa KB suntik, pil, susuk, dan beberapa jenis spiral atau IUD berisikan hormon yang dapat memengaruhi produksi estrogen dan progesteron yang mengatur siklus haid.
Kendati demikian, selama tidak ada keluhan lain yang mengganggu, sebenarnya terlambat haid akibat penggunaan KB hormonal adalah hal yang normal.
Akan tetapi, jika justu menyebabkan ketidaknyamanan, mengganti metode KB dapat Anda pertimbangkan. Metode KB non-hormonal seperti kondom, IUD tanpa hormon, atau metode kalender bisa menjadi pilihan.
-
Polycistic Ovarium Syndrome (PCOS)
Pada wanita yang mengalami PCOS, proses pelepasan sel telur tidak akan bisa berlangsung. Pasalnya, indung telur wanita dengan PCOS dipenuhi oleh folikel atau gelembung-gelembung sel yang mencegah telur tersebut untuk matang dan terlepas. Selain terlambat haid, wanita dengan PCOS juga mengalami gangguan kesuburan.
Setelah tahu bahwa terlambat haid tak melulu disebabkan oleh kehamilan, diharapkan Anda bisa lebih bijaksana dalam menyikapi segala masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
Jangan buru-buru menghakimi sepihak, apalagi jika Anda tidak tahu secara pasti tentang seluk-beluk kondisi yang sedang dialami. Akan lebih baik bila Anda memeriksakan diri ke dokter guna mendapatkan diagnosis pasti.
(NB/ RVS)