Berawal dari keinginan bertubuh kurus, lalu perlahan menjadi obsesi tak sehat, itulah gambaran sederhana anoreksia nervosa (atau sederhananya disebut anoreksia). Gangguan makan ini tergolong ekstrem, dimana penderita membatasi pola makannya, bahkan tak makan sama sekali karena takut (terlihat) gemuk.
Penderita memiliki rasa takut berlebihan terhadap peningkatan berat badan. Hal ini terjadi akibat pencitraan diri yang menyimpang. Angka memang menunjukkan bahwa kasus anoreksia dapat dialami pria, tapi kondisi ini lebih sering dialami wanita. Sayangnya, tak banyak masyarakat yang melek dengan gangguan makan ini. Mungkin inilah kenapa berita, penelitian, hingga data sangat minim beredar di masyarakat.
Mengenal tanda-tanda dan bahaya anoreksia
Untuk dapat berfungsi dan bekerja dengan baik, tubuh memerlukan berbagai macam nutrisi yang diperoleh dari makanan. Pada seseorang dengan anoreksia yang sangat membatasi asupan makanan, kesehatan fisik dan psikisnya terancam. Bila dibiarkan, anoreksia dapat menggiring penderitanya ke berbagai kondisi yang lebih serius seperti:
- Penurunan berat badan ekstrem
- Gangguan tidur
- Dehidrasi
- Konstipasi
- Sering lemas dan lelah
- Pusing hingga pingsan
- Penipisan rambut
- Ujung kuku membiru
- Mudah kedinginan
- Gangguan haid
- Gangguan irama jantung
Pada beberapa kasus, penderitanya bahkan tutup usia akibat malnutrisi kronis dan gangguan kerja organ tubuh yang tidak tertangani dengan baik. Inilah kenapa setiap orang harus bisa mengenali tanda-tanda yang menjurus pada gangguan makan ini. Tanda-tanda tersebut meliputi:
- Terlalu terobsesi dengan tubuh kurus atau langsing.
- Kerap menganggap tubuhnya tidak ideal atau jelek.
- Melakukan pengurangan porsi makan besar-besaran.
- Kerap berbohong tentang porsi makanan yang dikonsumsi.
- Sering melewatkan jam makan dengan sengaja.
- Punya kebiasaan tidak lazim ketika makan. Misalnya memilah jenis makanan di piring, memotong kecil makanannya, atau hanya makan makanan yang kalorinya sangat rendah.
- Olahraga ketat tanpa memperhatikan kebutuhan nutrisi.
Jika Anda atau siapa pun yang Anda kenali memiliki tanda-tanda tersebut, evaluasi dan pemeriksaan sangat dibutuhkan, tak peduli usia dan jenis kelaminnya.
Wanita, pria, dan anoreksia
Ada sebuah studi di rumah sakit di Amerika Serikat yang mencatat data pasien yang mengalami anoreksia. Temuannya, sebagian besar penderita gangguan makan ini adalah wanita. Dari Oktober-April 2014, tercatat 127 pasien wanita yang menjalani perawatan, sedangkan pasien pria hanya sebanyak 21 orang.
Bila dilihat dari data global, penderita anoreksia yang berjenis kelamin pria pun hanya sekitar 10 persen. Meskipun secara statistik pasien pria jauh lebih kecil angkanya, dampak buruk anoreksia pada pria tak kurang berbahaya dari dampaknya pada wanita.
Dilansir dari American Psychiatric Association, sebanyak 67 persen pria mengalami depresi akibat anoreksia yang dialami. Sedangkan pada wanita, tercatat hanya 43 persen saja yang mengalami depresi. Jadi, baik wanita maupun pria, anoreksia harus ditangani secara cepat dan tepat untuk menghindari komplikasi yang mungkin terjadi.
Jadi, meski anoreksia secara statistik lebih banyak dialami wanita, tapi bisa juga terjadi pada pria dan sama-sama berbahaya. Anoreksia yang terlambat ditangani tidak hanya mengakibatkan tubuh kekurangan energi, tapi juga bisa terjadi kegagalan berbagai kerja organ tubuh. Jika Anda atau orang di sekitar punya gangguan makan ini, segera cari bantuan. Tanamkan pada diri bahwa setiap individu unik dan memancarkan kecantikannya tersendiri, dan bahwasanya pola hidup sehat jauh lebih dibutuhkan tubuh daripada kekurangan nutrisi akibat membatasi asupan makanan secara ekstrem.
Jika masih ada pertanyaan lain seputar kesehatan lainnya, bisa langsung dikonsultasikan kepada dokter kami melalui fitur Tanya Dokter yang tersedia di aplikasi KlikDokter.
(RN/ RVS)