Suntik filler sudah menjadi prosedur yang sering dilakukan untuk menambahkan volume pada bagian tubuh tertentu. Biasanya, prosedur ini dilakukan pada daerah wajah seperti dagu. Namun, kini orang mulai tertarik dengan prosedur filler payudara. Apakah hal ini cukup aman dilakukan?
Sebagian wanita menganggap semakin besar payudara berarti semakin indah dilihat. Oleh sebab ituLah tak sedikit wanita yang terobsesi memiliki payudara yang besar dan kencang. Selain dengan operasi plastik, ternyata hal ini bisa diwujudkan lewat prosedur filler pada payudara.
Bila saat operasi plastik dokter akan memasukan implan di sekitar payudara, pada filler payudara dilakukan bius lokal dan tidak membutuhkan perawatan inap atau masa penyembuhan yang lama. Berita baiknya, prosedur ini memakan biaya yang lebih ekonomis dibanding operasi plastik.
Artikel Lainnya: Apa Fat Transfer Lebih Aman dari Filler Payudara?
Pilih Bahan Filler yang Aman
Salah satu hal yang penting dalam melakukan prosedur filler adalah memilih bahan yang akan digunakan. Pada zaman dulu, filler mudah menyebabkan komplikasi, terutama bila yang digunakan adalah bahan yang tidak dapat diserap oleh tubuh seperti polyacrylamide hydrogel dan silikon.
Kedua bahan tersebut susah untuk dihilangkan, sehingga rentan menyebabkan kerusakan jaringan dan timbulnya jaringan parut (scar). Bahkan, penggunaan silikon pada payudara dapat menimbulkan komplikasi yang parah hingga prosedur mastektomi (pengangkatan payudara) harus dilakukan.
Bahan yang saat ini sering digunakan untuk prosedur filler adalah hyaluronic acid (HA) yang dapat menghilangkan kerutan dan menambahkan volume pada jaringan lunak. HA tidak menghasilkan zat yang berbahaya seperti protein atau virus, sehingga jarang menyebabkan infeksi atau reaksi alergi.
Meski sudah mulai digunakan bahan untuk filler payudara, saat ini masih terjadi perdebatan mengenai komplikasi yang mungkin timbul dari penggunaan HA tersebut.
Suatu studi di Jepang mempelajari penggunaan HA pada 4000 wanita untuk memperbesar payudara. Akibatnya, terdapat tiga kasus infeksi dan empat kasus dislokasi filler dari hasil percobaan tersebut.
Artikel Lainnya: Payudara Besar atau Kecil, Mana yang Lebih Ideal?
Risiko Filler Payudara
Angka dari kasus infeksi yang terjadi pada penggunaan filler payudara memang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan implan permanen. Namun, ketika sudah terjadi infeksi, penderita harus diobati dan dirawat untuk terus dipantau.
Jika tidak ada perubahan, filler harus dikeluarkan dan pasien harus menjalani pengobatan lanjutan.
Pada beberapa kasus, prosedur ini juga dapat menyebabkan dislokasi filler. Jadi, filler yang seharusnya tetap berada di area suntik bisa berpindah ke area lain. Bila dilakukan di area payudara, bahan yang disuntikkan tersebut bisa masuk hingga ke bagian bawah lipatan payudara.
Bila sudah begini, solusinya adalah mengeluarkan bahan filler dan mengulanginya. Meski demikian, hal ini bisa saja terjadi secara berulang.
Artikel Lainnya: Puting Payudara Sering Gatal, Ini Penyebabnya
Pada studi yang sama, wanita yang melakukan filler payudara ternyata mengalami komplikasi lain setelah tiga tahun kemudian, seperti degradasi filler yang lebih dini. Kondisi ini ditunjukkan dengan bentuk payudara yang kencang namun tidak normal dan timbulnya nodul atau benjolan akibat filler.
Filler seharusnya dapat bertahan selama 12-18 bulan. Namun, pada beberapa kasus terdapat beberapa wanita yang ingin melakukan filler payudara kembali dalam jangka waktu 6 bulan setelah tindakan pertama. Hal ini juga bisa sangat berbahaya dan menimbulkan masalah gangguan kesehatan lainnya.
Perlu Anda ketahui, penggunaan filler payudara dapat menghalangi pemeriksaan kanker payudara. Filler dapat membuat penampakan seperti adanya kapsul yang menyelimuti bahan yang disuntikkan. Sehingga, penegakan diagnosis kanker payudara dapat terhambat.
Selain itu, kekencangan dan nodul pada payudara yang timbul sebagai komplikasi seharusnya bisa hilang sendiri seiring berjalannya waktu, yakni sekitar 2-3 bulan. Jika nodul tidak menghilang dengan sendirinya, dokter akan menyarankan tindakan pembedahan, karena hal tersebut dianggap berbahaya.
Prosedur filler payudara harus dilakukan oleh tenaga ahli seperti dokter spesialis bedah plastik. Jadi, bila Anda tertarik untuk melakukannya, pertimbangkan baik-baik risiko di atas, dan konsultasikan kondisi kesehatan Anda dengan ahlinya, sebelum memutuskan untuk melakukan filler payudara.
[NP/ RVS]