Mengalami kram perut di tengah haid tentu bisa dikatakan sudah menjadi hal biasa bagi sebagian wanita. Menurut dr. Dyah Novita Anggraini, keluhan tersebut bisa diatasi dengan mengonsumsi obat antinyeri, suplemen kalsium dan magnesium, teh, sayuran hijau, menghentikan asupan kopi, dan rutin berolahraga.
Namun, jika kram perut yang dirasakan muncul di saat Anda tidak sedang mengalami menstruasi, kondisi tersebut perlu diwaspadai.
Sebab, ada beberapa penyakit yang memiliki gejala munculnya kram pada perut dan jika tidak ditangani secara serius bisa berakibat fatal.
Agar lebih berhati-hati, yuk, kenali lebih dalam mengenai berbagai penyakit yang berkaitan dengan gejala kram perut berikut ini.
1. Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Pelvic Inflammatory Disease atau PID merupakan infeksi yang menyerang organ reproduksi wanita. Tak hanya itu, PID juga bisa muncul sebagai komplikasi dari berbagai penyakit menular seksual, seperti chlamydia, gonore, dan infeksi lainnya.
Selain rasa kram yang menimbulkan rasa tidak nyaman, ciri-ciri lain dari penyakit ini yaitu demam, rasa sakit atau perdarahan saat berhubungan seks, dan ada sensasi terbakar saat buang air kecil.
Artikel Lainnya: Hati-hati, Penyakit Radang Panggul Mengganggu Kesuburan Wanita
2. Endometriosis
Menurut dr. Aryogi Rama Putra, endometriosis adalah pertumbuhan lapisan endometrium di luar rahim, sedangkan lapisan tersebut normalnya hanya ditemukan di dalam rahim.
Lapisan di luar rahim tersebut secara otomatis akan menimbukan keluhan berupa nyeri panggul, nyeri saat menstruasi, nyeri saat berhubungan seksual, dan gangguan kesuburan.
3. Fibroid
Selain perdarahan dan kram perut, penyakit yang satu ini tidak memiliki gejala atau ciri-ciri khusus. Fibroid itu sendiri merupakan tumor kecil non-kanker yang tumbuh di dinding uterus.
Jadi, selain penyakit PID dan endometriosis, Anda juga harus waspada terhadap penyakit yang satu ini.
Artikel Lainnya: Waspadai 5 Gejala Tumor Otak yang Diam-diam Menyerang
4. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
Setelah mengulas berbagai penyakit di sekitar organ kewanitaan, kini beralih ke permasalahan pencernaan. Irritable Bowel Syndrom atau IBS ialah sindrom iritasi usus.
Sebanyak 20 persen orang dewasa di Amerika Serikat, khususnya perempuan yang berusia di bawah 50 tahun, terkena penyakit ini.
Selain merasakan nyeri dan kram pada perut, gejala-gejala yang nampak antara lain sembelit atau sebaliknya, yakni perut tetap terasa penuh meski telah buang air besar, buang air besar berlendir, perut bengkak karena banyak gas, dan mual setelah makan.
Coba Anda ingat-ingat kembali, selain kram, apakah Anda juga mengalami ciri-ciri yang sama?
5. Intoleransi laktosa
Selain keempat penyakit yang telah disebutkan di atas, mungkin penyakit yang satu ini bisa dibilang terdengar lebih akrab di telinga Anda.
Sebab cukup banyak orang yang mengalami intoleransi laktosa atau kondisi di mana tubuh tak mampu mencerna gula alami yang terkandung dalam susu dan produk olahannya.
Kondisi seperti diare, mual, dan kembung akan turut mengikuti rasa kram sekaligus nyeri antara 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi laktosa.
Artikel Lainnya: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobati Gangguan Pencernaan
6. Gangguan Pencernaan
Masih seputar problematika usus dan kawan-kawannya, kram atau rasa nyeri pada perut bisa jadi menandakan bahwa Anda terkena gangguan pencernaan.
Rasa terbakar di perut bagian atas hingga selalu merasa cepat kenyang juga merupakan ciri bahwa Anda mengalami gangguan pencernaan.
Dikutip dari Medical News Today, sebanyak 25 persen orang di Amerika Serikat mengalami gangguan pencernaan setiap tahunnya. Meski demikian, jangan terlalu menganggap enteng gangguan pencernaan.
Jika gangguan ini terjadi secara terus-menerus, bisa jadi rasa nyeri yang ada merupakan gejala dari kondisi kesehatan Anda yang lain.
Penyakit di atas wajib Anda waspadai ketika mengalami kram perut meski tak sedang haid. Bisa jadi, kondisi tersebut merupakan awal dari kemunculan komplikasi penyakit lain.
Maka dari itu, jika mengalami beberapa gangguan kesehatan di atas, sebaiknya gunakan Aplikasi Klikdokter untuk melakukan konsultasi secara online langsung dengan dokternya.
[NP/ RVS]