Beberapa hari terakhir ini, media sosial Tanah Air sedang dihebohkan dengan beredarnya sejumlah video yang memperlihatkan beberapa figur publik sedang melakukan masturbasi. Masturbasi merupakan salah satu aktivitas seksual yang cukup banyak dilakukan. Lalu apakah aktivitas ini memiliki efek negatif bagi tubuh?
Perilaku masturbasi
Menggunakan atau tanpa alat bantu, masturbasi dilakukan dengan memberikan rangsangan di area intim seseorang. Data dari United States menunjukkan 74 persen remaja laki-laki dan 48 persen remaja perempuan usia 14-17 tahun melakukan masturbasi. Walaupun jumlahnya tidak sebanyak remaja, orang dewasa dan lansia juga tidak dapat lepas dari aktivitas seksual yang satu ini.
Di Indonesia, data mengenai masturbasi masih sangat terbatas. Mungkin saja penelitian lebih sulit dilakukan karena terbentur dengan nilai moral, etika, dan agama yang melarang aktivitas ini dilakukan. Kendati banyak dianggap tabu dan dilarang, nyatanya ada sebagian kalangan masyarakat yang tetap melakukan aktivitas ini.
Beragam alasan dikemukakan ketika pelaku ditanya alasan melakukan masturbasi. Sebagian orang mengaku bermasturbasi untuk mendapatkan kepuasan tersendiri dan relaksasi. Tidak sedikit pula yang melakukan masturbasi agar dapat terhindar dari penularan infeksi seksual.
Padahal faktanya, tiga efek negatif di bawah ini dapat terjadi akibat masturbasi.
1. Efek psikis akibat masturbasi
Karena banyak terdapat larangan baik dari segi budaya, agama, dan moral, pelaku masturbasi kerap merasa bersalah usai melakukan aktivitas ini. Walau rasa bersalah dialami, nyatanya tidak sedikit orang yang mengaku sulit melepaskan diri dari kebiasaan yang satu ini.
Hati-hati, bila terus-menerus dilakukan, bukan tidak mungkin orang yang melakukannya menjadi kecanduan. Kondisi ini dapat sangat memengaruhi aktivitas sehari-hari. Mirip seperti ketergantungan obat, kecanduan masturbasi juga dapat memengaruhi konsentrasi dan produktivitas dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
2. Luka pada organ intim
Tidak hanya efek psikis, fisik Anda juga dapat terpengaruh akibat kebiasaan masturbasi. Baik dengan atau tanpa alat bantu, masturbasi yang dilakukan terlalu sering dapat mencederai organ intim seseorang.
Lecet, bengkak, dan nyeri adalah beberapa gejala yang kerap dirasakan bila terjadi perlukaan akibat aktivitas seksual yang satu ini. Walau umumnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, proses pemulihan dapat sangat menyiksa.
Belum lagi bila terjadi infeksi sekunder akibat kontaminasi bakteri. Luka tersebut akan lebih sulit disembuhkan, dan bisa terbentuk nanah dan butuh perawatan yang lebih intensif.
3. Penurunan sensitivitas dalam berhubungan seksual
Bagi mereka yang sudah menikah, masturbasi dapat membawa dampak buruk bagi keharmonisan hubungan seksual dengan pasangan. Berdasarkan penelitian, tingkat kesensitifan dalam berhubungan seksual dapat menurun saat sang suami atau istri melakukan masturbasi secara berlebihan.
Hal ini wajar terjadi karena semakin sering melakukan masturbasi, semakin tinggi pula rangsangan yang dibutuhkan untuk mendapatkan kepuasan. Kondisi ini mirip dengan kecanduan obat. Oleh karena itu, terapi pada seseorang yang sudah kecanduan masturbasi wajib dilakukan.
Sejalan dengan norma, budaya, dan ajaran agama, akan lebih baik bila kebiasaan masturbasi perlahan dikurangi. Bukan hanya akan memberikan banyak manfaat bagi kesehatan jiwa, tapi juga baik untuk tubuh agar terhindari dari efek samping di kemudian hari. Bila sudah telanjur terbiasa dan sulit melepaskan diri dari aktivitas seksual ini, tidak ada salahnya Anda mencari pertolongan. Konsultasi psikolog hingga beragam terapi kejiwaan dapat menjadi jalan keluar agar dapat terbebas dari kecanduan masturbasi.
[HNS/ RVS]