Preferensi seks tiap orang pasti berbeda-beda. Di antara sekian banyak “gaya” berhubungan intim, ada sebagian orang yang suka melakukan anal seks. Nah, dari kondisi ini berkembang informasi yang mengatakan bahwa anal seks bisa menyebabkan wasir. Apakah itu hanya desas-desus atau memang didukung oleh fakta medis?
Anal seks adalah salah satu aktivitas seksual dengan memasukkan penis ke lubang anus. Hubungan seks dengan cara ini disebut-sebut punya sensasi yang sama dengan penetrasi pada vagina. Namun anal seks secara luas diketahui sebagai bentuk aktivitas seksual yang paling berisiko terhadap kesehatan.
Anal Seks, Salah Satu Penyebab Wasir?
Wasir atau hemoroid, bisa juga disebut ambeien adalah pembesaran pembuluh darah vena di usus besar bagian bawah (anus). Kebiasaan mengejan, sembelit, dan kehamilan adalah beberapa hal yang bisa menyebabkan wasir. Lantas, bagaimana dengan seks anal?
Anal seks yang dibicarakan di sini bukan hanya penis yang masuk ke lubang anus, tetapi bisa juga alat bantu seks seperti vibrator, jari, penggunaan mulut (oral-anal), dan lain-lain. Cara apa pun dalam melakukan anal seks menyimpan bahayanya masing-masing, tapi menjadi penyebab ambeien tidak termasuk di antaranya.
Dilansir dari Self, dikarenakan wasir merupakan bagian alami anatomi tubuh, anal seks tidak menyebabkan wasir. Meski begitu, secara teoritis penetrasi dapat mengiritasi wasir yang sudah dimiliki, sehingga bisa mengalami gejala seperti berdarah dan nyeri tekan. Hal tersebut disampaikan oleh Suneeta Krishnareddy, M.D., gastroenterolog dan asisten profesor kedokteran di Columbia University Irving Medical Center, Amerika Serikat.
Artikel Lainnya: Bahaya Seks Anal Bagi Kesehatan yang Perlu Anda Tahu
Sementara itu, menurut Alexis Grucela, M.D., asisten dokter bedah kolorektal di NYU Langone Medical Center, AS, wasir dapat membengkak dan menimbulkan rasa nyeri akibat area sekitar anus yang mendapatkan banyak tekanan terus-menerus (dari anal seks).
Saat melakukan anal seks, otomatis benjolan berisi pembuluh darah darah vena yang ada di dalam rongga rektum akan mendapatkan gesekan dan tekanan. Apabila bagian tersebut terus mendapatkan tekanan dan gesekan dalam keadaan kering, rasa nyeri akan timbul saat berhubungan seks dan bisa terjadi perlukaan dan perdarahan.
Sampai di sini, kesimpulannya adalah anal seks tidak menyebabkan wasir, tetapi wasir bisa makin parah akibat aktivitas seksual tersebut.
Seperti yang sudah disebut sebelumnya, wasir disebabkan oleh kebiasaan mengejan yang kuat, sehingga pembuluh darah di daerah rektum akan melebar. Selain itu, wasir juga dapat dipicu oleh masalah kelenturan otot di sekitar rektum dan anus.
Ada beberapa orang yang memang ototnya kurang lentur, sehingga mengharuskan dia untuk mengejan tiap kali buang air besar walau tinjanya tidak keras. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seks anal bukanlah penyebab utama dari terjadinya wasir. Seks anal “hanya” memperparah wasir yang sudah ada (bisa bikin wasir pecah dan berdarah), sehingga penderita akan semakin tidak nyaman.
Artikel Lainnya: Jenis-jenis Operasi Wasir yang Wajib Diketahui
Yang Perlu Diwaspadai: Penularan Infeksi Menular Seksual
dr. Dyan Mega Inderawati menambahkan bahwa bukan wasir yang harus dikhawatirkan, tetapi penularan infeksi menular seksual jika dibandingkan dengan penetrasi ke lubang vagina.
Dijelaskan oleh dr. Dyan, hubungan seksual melalui vagina akan menstimulasi produksi cairan pelumas atau lubrikan alami. Lubrikan ini berfungsi meminimalkan gesekan, sehingga risiko terjadinya luka di sekitar kelamin lebih kecil.
“Beda halnya dengan seks anal. Anus tidak memiliki kelenjar yang dapat memproduksi lubrikan. Dengan demikian, pergesekan yang terjadi dapat meningkatkan risiko perlukaan. Luka yang terbentuk, sedikit atau banyak, dapat menghasilkan darah, merusak lapisan kulit pelindung, dan semakin memperbesar risiko penularan berbagai infeksi menular seksual,” jelasnya.
Seks anal sebenarnya tidak menyebabkan wasir, tetapi aktivitas seksual tersebut bisa memperparah kondisi wasir. Untuk mencegah wasir makin parah – serta mencegah penularan infeksi menular seksual – sebaiknya lakukan perilaku seksual yang aman, tidak bergonta-ganti pasangan, selalu menjaga kebersihan alat kelamin, serta cek kesehatan secara rutin.
(RN/RVS)