Ada sebuah pernyataan yang sempat beredar di masyarakat, dikutip di majalah serta film, bahwa setiap tujuh detik, isi pikiran spesies homo sapiens yang berjenis kelamin laki-laki adalah: seks. Artinya, jika dalam satu hari seorang pria dalam keadaan bangun selama 16 jam, pikiran mengenai seks timbul dalam kepala sebanyak sekitar 8000 kali! Masuk akal?
Pernyataan tersebut ternyata merupakan mitos belaka yang tidak jelas sumbernya, kenyatannya tidak seekstrem itu. Penelitian yang dilakukan oleh The Kinsey Institute di Indiana University, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa 54% pria memikirkan seks minimal 1 kali sehari,43% beberapa kali dalam seminggu atau sebulan, sedangkan 4% sekali sebulan. Dalam hal ini, faktor visual memiliki pengaruh yang besar. Arus informasi yang datang tanpa terbendung melalui media cetak, televisi, film, maupun internet membuat adanya rangsangan atau godaan visual tersebut makin mudah diakses.
Adanya pikiran atau rangsangan visual tersebut akan diikuti oleh suatu respon seksual. Respon seksual terdiri dari 3 fase: keinginan (desire), terangsang secara seksual (arousal), serta orgasme. Adapun orgasme hanya bisa dicapai dengan diberikannya rangsangan taktil (sentuhan) lanjutan pada alat kelamin, baik dengan hubungan intim biasa atau pun masturbasi. Karena banyaknya rangsangan visual yang mudah didapatkan, kemungkinan seseorang melakukan masturbasi pun semakin meningkat.
Apakah masturbasi menyehatkan pria? Mari klik next untuk mendapatkan info selengkapnya.
Bermasturbasi Pada Pria
Masturbasi Dari Segi Kesehatan? Kebiasaan masturbasi seringkali dikaitkan dengan kemampuan ereksi dan ejakulasi pria. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Bila dilakukan dengan tepat, onani atau masturbasi dapat melatih seseorang mengendalikan sensitivitas dan penerimaannya terhadap stimulus/rangsangan seksual. Yang dimaksud dengan tepat disini adalah dengan masturbasi seseorang dapat memanfaatkan rangsangan tersebut secara perlahan, jangan terburu-buru untuk mencapai orgasme. sehingga dapat meningkatkan lama dari penetrasi.
Namun, seperti halnya kebiasaan lain, segala sesuatu yang berlebihan akhirnya dapat mendatangkan dampak yang tidak diinginkan. Masturbasi yang terlalu keras atau terlalu sering dapat mengiritasi kulit penis. Jika menggunakan alat bantu seperti kain, proses tersebut dapat menyebabkan luka pada saluran kemih bawah sehingga terbentuk jaringan parut di dalamnya. Adanya jaringan parut ini dapat menyebabkan pancuran urin yang bercabang atau muncrat sulit dikontrol. Pada kasus-kasus tertentu, mastubasi bahkan dapat menyebabkan fraktur penis, yaitu robekan pada tunika albuginea penis. Hal ini terjadi jika penis yang ereksi menghantam objek yang keras atau menghadap ke bawah.
Seseorang dengan kebiasaan terlalu sering masturbasi dapat mengalami perubahan pola tidur, stres, gangguan panik/kecemasan, lemas, kurangnya konsentrasi yang pada akhirnya dapat juga menyebabkan disfungsi ereksi dan impotensi. Jika sudah memiliki pasangan, masturbasi yang terlalu berlebihan justru dapat menyebabkan hilangnya kepuasan dalam berhubungan seks dengan pasangannya.
Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah hubungan antara hubungan seksual dan masturbasi dengan risiko kanker prostat. Sebetulnya beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Pada tahun 2003, sebuah penelitian yang dimuat pada BJU International menunjukkan adanya hubungan antara ejakulasi yang terlalu sering saat muda dengan risiko kanker prostat pada masa tua. Namun, The Journal of the American Medical Association pada tahun 2004 melaporkan bahwa frekuensi ejakulasi tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kanker prostat.
Pada bulan Januari 2009, BJU International dimuat suatu penelitian yang menunjukkan bahwa seringnya masturbasi pada pria muda meningkatkan risiko kanker prostat, namun pada orang tua justru risiko tersebut berkurang. Sebagai tambahan, hubungan seks justru tidak mempengaruhi risiko kanker prostat. Teori yang diajukan peneliti adalah bukan proses masturbasi yang meningkatkan risiko kanker prostat, melainkan tingginya kadar hormon seks pada pria-pria muda tersebut. Kadar hormon seks yang tinggi itu lah yang membuat mereka menjadi lebih sering masturbasi serta meningkatkan risiko kanker prostat yang sensitif terhadap hormon (jika mereka memiliki faktor risiko genetik). Sedangkan pada pria di atas 50 tahun, menurut para peneliti tersebut, masturbasi yang sering justru membantu mengeluarkan cairan prostat yang mungkin mengandung substansi-substansi penyebab kanker.
Memang dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan masturbasi dan kanker prostat ini. Namun, ada seperti yang telah dipaparkan di atas, masturbasi yang terlalu sering dapat menimbulkan efek-efek kesehatan yang tidak diinginkan. Jadi, ada baiknya jika dorongan untuk masturbasi tidak selalu “dituruti”. Cobalah untuk mengalihkan perhatian, setiap kali merasa ingin melakukan masturbasi, apalagi jika sudah terlalu sering.