Apa Itu Pemeriksaan Amniosentesis?
Dalam beberapa kondisi kehamilan, diperlukan pemeriksaan kehamilan untuk mendeteksi atau mengidentifikasi potensi masalah kesehatan pada janin yang berkembang di dalam rahim ibu. Salah satu prosedur medis yang bisa dilakukan adalah amniosentesis.
Amniosentesis adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel cairan amnion (ketuban) dari dalam rahim untuk memeriksa adanya risiko cacat lahir hingga mendeteksi adanya infeksi pada janin.
Tindakan Amniosentesis biasanya dilakukan di usia kehamilan trimester 2 atau usia kehamilan di minggu ke 15 dan ke 20. Prosedur ini dibutuhkan oleh pasien yang memiliki keadaan seperti terinfeksi hepatitis, HIV, hingga ketika ibu hamil mengalami oligohidramnion parah atau kondisi saat cairan ketuban dalam rahim sangat sedikit.
Artikel Lainnya: Mengenal Prosedur Pemeriksaan Leopold Pada Ibu Hamil
Tujuan Pemeriksaan Amniosentesis
Prosedur amniosentesis dilakukan untuk mendiagnosis risiko adanya kelainan pada janin dan untuk menentukan usia kehamilan secara akurat.
Pemeriksaan amniosentesis berfungsi untuk mendeteksi beberapa kondisi, seperti:
- Kelainan karyotipe
- Analisis DNA
- Kelainan kromosom sex
- Kelainan metabolisme janin
- Perkembangan kematangan organ dan fungsinya
- Neural tube defect
- Kelainan darah janin
- Infeksi yang berlangsung pada janin seperti TORCH (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus and Herpes Simplex Virus)
- Mendeteksi bayi kembar dengan kelainan
Prosedur ini juga bisa dilakukan untuk mengatasi masalah pada ketuban. Termasuk mengurangi tekanan rahim yang tinggi akibat cairan ketuban yang berlebih hingga memasukkan cairan amnion ke rahim pada kandungan dengan kelainan ketuban yang sedikit.
Artikel Lainnya: Hal Ini Harus Diperhatikan Ibu Hamil Saat USG Trimester 1
Prosedur Pemeriksaan Amniosentesis
Sebelum dilakukan pemeriksaan amniosentesis, ibu hamil tidak boleh mengonsumsi obat pengencer darah dalam rentang waktu 24-72 jam sebelum tindakan dilakukan.
Selain itu, sebelum prosedur dimulai, dokter juga akan menjelaskan proses amniosentesis dan risikonya kepada ibu hamil. Jika pasien setuju, persetujuan tertulis biasanya diperlukan. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengukur usia kehamilan dan menentukan posisi janin dan plasenta.
Selanjutnya, area perut ibu hamil yang akan digunakan untuk prosedur akan dibersihkan dan disterilkan untuk mengurangi risiko infeksi. Sebelum memulai prosedur, dokter akan memantau, jumlah janin, letak dan posisi janin, letak plasenta, usia gestasi, kelainan malformasi janin yang jelas terlihat, lewat pemeriksaan USG.
Selain itu juga dipantau detak jantung janin melalui alat pemantau detak jantung janin (fetal heart rate monitor) untuk memastikan janin dalam kondisi baik selama prosedur.
Untuk mengambil sampel cairan ketuban dalam proses amniosentesis, dokter akan menggunakan USG untuk memandu pengambilan sampel cairan ketuban. Probe dari USG terbungkus plastik steril dengan gel yang cukup. Ini membantu dokter melihat posisi janin, plasenta, dan titik yang tepat untuk melakukan pengambilan cairan.
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, selanjutnya dokter akan menggunakan jarum khusus yang dimasukkan melalui perut ibu untuk mengambil sejumlah kecil cairan ketuban. Cairan ini mengandung sel-sel kulit dan rambut janin, serta bahan kimia yang dapat memberikan informasi tentang kesehatan dan perkembangan janin.
Setelah sampel cairan ketuban diambil, dokter akan memastikan bahwa tidak ada pendarahan berlebihan dan bahwa posisi jarum telah ditutup dengan baik.
Artikel Lainnya: Terdeteksi Protein Positif 1 di Hasil Cek Kehamilan, Apa Artinya?
Hal yang Perlu Diperhatikan Setelah Prosedur Amniosentesis
Setelah prosedur selesai, janin akan terus dipantau melalui alat pemantau detak jantung atau metode lain untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Selanjutnya, pasien mungkin akan diminta untuk beristirahat sejenak di fasilitas medis sebelum dipulangkan. Ada juga instruksi pemulihan yang diberikan, serta pantauan lebih lanjut untuk memastikan tidak ada efek samping yang merugikan.
Perlu diingat bahwa amniosentesis, seperti prosedur medis lainnya, memiliki risiko seperti perdarahan, infeksi, kebocoran cairan ketuban, dan kontraksi. Keputusan untuk melakukan amniosentesis harus berdasarkan pada manfaat yang diharapkan dan risiko yang diidentifikasi oleh dokter yang merawat kehamilan.
Untuk berkonsultasi lebih lanjut seputar prosedur amniosentesis, ibu hamil bisa Chat Dokter Spesialis Kandungan langsung di aplikasi KlikDokter. Kamu juga bisa pesan layanan pemeriksaan kehamilan dengan mudah dan aman di KlikDokter. Yuk, download aplikasi KlikDokter sekarang!