Ketuban pecah sebelum waktunya atau disebut ketuban pecah dini (KPD) adalah kondisi pecahnya ketuban pada ibu hamil sebelum bayi mencapai usia kehamilan 37 minggu. Jika hal ini terjadi sebelum adanya kontraksi bisa membahayakan kondisi ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Umumnya, KPD terjadi karena adanya infeksi pada uterus (rahim) yang disebabkan oleh bakteri.
Menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, ketuban pecah dini ini rentan memicu persalinan dini atau bayi lahir prematur. Oleh sebab itu, sangat disarankan bagi ibu hamil untuk memeriksakan kondisi kandungannya secara rutin agar hal seperti ini dapat diantisipasi sejak dini.
Tanda-tanda ketuban pecah dini
Terkadang ibu hamil ada yang belum bisa membedakan antara pecahnya air ketuban dengan air kencing yang mengalir, terutama bagi ibu hamil yang baru akan memiliki anak pertama. Sebab, warnanya sama-sama bening kekuningan. Jadi, saat hamil, sebaiknya Anda membekali diri dengan mengetahui perbedaannya.
Dilansir dari situs kesehatan ibu dan bayi Babyologist, pecahnya ketuban sebelum waktunya bisa disebabkan oleh berbagai hal, termasuk trauma hingga infeksi. Namun, untuk membedakan antara pecah ketuban atau air seni yang keluar dari vagina, perhatikan geja berikut:
- Cairan ketuban akan keluar seperti menyembur dan mengucur.
- Terasa lega saat air keluar.
- Keluarnya cairan tak bisa ditahan, berbeda dengan saat Anda ingin buang air kecil.
- Terkadang ibu hamil tidak merasakan gejala tertentu hingga air ketuban mengalir.
Namun, dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter menjelaskan, bila saat hamil Anda mengalami KPD, segeralah menemui dokter untuk mendapatkan penanganan dini, terutama bila ketuban pecah disertai dengan gejala berikut ini:
- Demam lebih dari 37 derajat Celsius
- Tubuh menggigil
- Perdarahan dari vagina
- Cairan ketuban menjadi hijau atau berbau
- Terdapat kontraksi
- Nyeri perut
- Aktivitas gerak janin berkurang
Bahaya ketuban pecah dini
Pecahnya ketuban sebelum waktunya tak bisa dianggap sepele. Saat ketuban pecah, Anda akan merasakan adanya rembesan air yang keluar dari vagina. Air ketuban ini seharusnya berwarna bening kekuningan.
“Jika berwarna merah, berarti sudah bercampur dengan darah. Bila warnanya kehijauan atau cokelat, segeralah ke unit gawat darurat, karena tandanya terdapat infeksi. Hal ini sangat berbahaya bagi janin,” jelas dr. Nadia.
Bila usia kehamilan di bawah 24 minggu, kemungkinan janin untuk bertahan hidup sangatlah rendah. Namun, jika kehamilan Anda sudah berusia lebih dari 30 minggu, kemungkinan bayi bertahan hidup bisa sampai 95 persen.
Lalu, apa saja akibatnya bila saat hamil di usia 7 bulan Anda mengeluarkan cairan ketuban? Berikut ini dipaparkan oleh Babyologist mengenai kemungkinan buruk yang akan terjadi:
1. Risiko infeksi
Ketika ketuban pecah, kuman akan masuk ke dalam kantung ketuban dan rentan menimbulkan infeksi. Saat ini terjadi, biasanya vagina berbau tidak sedap, keputihan yang tidak normal, meningkatnya suhu tubuh, nyeri di area perut, denyut nadi cepat dan detak jantung meningkat.
“Pecahnya ketuban karena adanya infeksi harus diikuti dengan persalinan dini untuk mencegah infeksi bertambah luas. Penanganan yang dilakukan tergantung pada usia kehamilan Anda,” jelas dr. Nadia.
2. Retensi plasenta
Kondisi ini ditunjukkan dengan plasenta yang tertinggal di dalam rahim. Hal ini bisa menyebabkan ibu hamil mengalami perdarahan hingga 6 minggu pasca persalinan.
3. Risiko bayi mengalami cedera otak
Ketubah pecah dini berisiko membuat tali pusat terjepit antara dinding rahin dan janin. Risiko terburuk yang bisa terjadi adalah cedera otak hingga kematian bayi.
Dengan memahami bahayanya ketuban pecah dini pada ibu hamil, Anda harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas dan memilih asupan di masa kehamilan. Bila Anda mengalaminya, segera periksakan diri ke dokter dan beristirahatlah untuk pemulihan yang lebih cepat. Kehamilan sehat, bayi pun akan tumbuh sehat!
Bila punya pertanyaan lain seputar topik ini, gunakan fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter.
[RVS]