Banyak cara yang ditempuh untuk bisa hamil. Salah satunya adalah program bayi tabung alias in fitro vertilization (IVF). Namun, banyak yang bilang program hamil lewat bayi tabung itu sulit. Masa kehamilan pun perlu dijaga dengan ekstra. Bagaimana sebenarnya cara menjaga kehamilan dari program bayi tabung?
Tentunya Anda sudah tahu bahwa program bayi tabung merupakan sebuah metode pengambilan sperma dan sel telur untuk dipertemukan di luar organ wanita agar terjadi proses pembuahan. Kemudian setelah pembuahan terjadi, hasilnya dimasukkan kembali ke dalam rahim wanita dengan harapan dapat menghasilkan kehamilan.
Memang butuh proses yang panjang untuk bisa mendapatkan kehamilan lewat proses ini. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang matang sebelum memulai program bayi tabung, baik secara fisik dan mental.
Menjaga Kehamilan dari Program Bayi Tabung
Banyak orang yang berpikiran bahwa kehamilan yang berasal dari program bayi tabung itu lebih ringkih. Alhasil, banyak pasangan yang berhasil mengikuti program bayi tabung menjaga dengan masa kehamilan dengan ekstra.
Sebenarnya wajar saja, mengingat biaya yang dikeluarkan memang tidak sedikit. Apalagi bagi pasangan yang memang sudah menantikan momongan sejak lama, sungguh sangat menyesakkan hati jika istri mengalami keguguran.
Tapi, apakah menjaga kehamilan dari program bayi tabung sama dengan kehamilan yang alami? KlikDokter berkesempatan berkunjung ke Klinik Fertilisasi Bocah Indonesia di Rumah Sakit Awal Bros, Tangerang, dan menanyakan langsung hal ini kepada ahlinya.
Artikel Lainnya: 5 Fakta Tentang Bayi Tabung
Menurut dr. David Mayndra Utama, SpOG, salah satu dokter di klinik tersebut, secara umum menjaga kehamilan bayi tabung sama saja dengan kehamilan pada umumnya. Apalagi kalau ternyata yang bermasalah adalah prianya, tentu itu aman-aman saja kalau wanitanya sudah hamil.
"Secara umum, kehamilan bayi tabung itu sama seperti kehamilan normal lainnya. Hanya saja harus dilihat kasus demi kasus, karena bayi tabung dengan faktor risikonya dan hitungannya seperti 'anak mahal' yang perlu dijaga banget. Kadang perlakuan kita menjadi berlebihan dalam menjaga seaman mungkin. Meskipun pada dasarnya tidak perlu, tapi lebih aman lebih baik," ujar dr. David.
"Namun, bisa juga dilihat jika pihak pria yang mengalami masalah kesuburan. Tentu tidak ada hubungannya dengan proteksi berlebihan. Toh, ibunya berarti aman-aman saja," sambungnya.
Akan tetapi, ada kasus di mana kehamilan perlu dipantau secara ekstra kalau ternyata ada masalah di jalan rahim wanita. Biasanya juga akan dilakukan beberapa pencegahan lebih ekstra sejak awal mengikuti program bayi tabung.
"Pada prinsipnya, menjaga kehamilan bayi tabung dan kehamilan biasa itu sama saja. Cuma, kembali lagi IVF itu kan faktornya ada tiga, dari pria yakni masalah sperma, dan faktor ibu yakni sel telur dan saluran jalan rahim. Kalau ada sesuatu di jalan rahimnya, pastinya perlu ada proteksi ekstra. Nah, kalau faktornya terkait sel telur atau sperma, serta tidak ada kelainan hormonal, sepertinya hormon alami akan memproteksi dengan sendirinya," ungkap dr David.
"Tapi, jika ada masalah di saluran jalan rahim, seperti ada polip, atau dinding rahim terlalu tipis, atau faktor lainnya, biasanya akan didukung untuk terapi hormonalnya. Pencegahannya lebih maksimal," tutur dr. David.
Artikel Lainnya: Apa Perbedaan Bayi Tabung dan Inseminasi Buatan?
Proteksi Ekstra Sejak Awal Ikut Program Bayi Tabung
Namun, dr. David juga tidak menyalahkan jika ada masyarakat menganggap bahwa kehamilan bayi tabung itu ringkih. Toh, memang persentase keberhasilannya tidak selalu memuaskan.
Meski begitu, sebenarnya bagi pasangan yang mengikuti program bayi tabung, proteksi kehamilan sudah dilakukan sejak awal mengikuti program ini. Seperti di Klinik Fertilisasi Bocah Indonesia ini, mereka akan memantau setiap langkahnya.
Di sisi lain, kalau memang sudah dinyatakan hamil, pasangan bisa memeriksakan diri ke dokter kandungan biasa alias tidak harus kembali ke klinik.
"Proteksi ekstra sebenarnya bisa dilakukan sejak awal penempelan (sperma dan sel telur). Sebelum kehamilan, ada fase luteal namanya yang berfungsi untuk mempertahankan dinding rahim. Pada fase ini hormon progesteron stabil, biasanya bisa sampai dua bulan untuk mendukung implantasi maksimal. Ketika pembuahan sudah berhasil, kebijakan dari klinik ini, pasangan disarankan untuk mengecek kehamilan ke dokter spesialis kandungan terdekat dan tidak perlu kembali ke klinik khusus fertilisasi. Kami hanya mengawal sampai kehamilan dinyatakan positif," kata dr. David.
Namun secara umum, dr. David mengatakan bahwa kehamilan pada dua bulan awal adalah fase yang rentan, berbeda dengan ibu yang hamil alami.
"Seandainya terjadi kegagalan pun peluangnya masih banyak untuk bisa hamil lagi. Pada kasus bayi tabung, karena sudah menanti dalam waktu panjang, biaya yang tidak sedikit, faktor psikologis juga berat, maka kami fokus menjaganya seaman mungkin. Pasien diminta untuk menghindari gerakan aktivitas terlalu berat, seperti berenang atau lari. Selain itu, pokoknya segala hal yang memicu infeksi, kami akan proteksi secara ekstra," tegas dr. David.
Jadi, wajar saja kalau pasangan yang mendapatkan kehamilan lewat bayi tabung memproteksi kehamilan secara ekstra. Selain persentase keberhasilan tak selalu memuaskan, untuk bisa menjalani program ini memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Namun Anda dan pasangan jangan cepat menyerah, ikuti anjuran dokter supaya kesehatan kandungan selalu terjaga.
[RPA/AYU]