Pasangan selebritas dari Amerika Serikat, Priyanka Chopra dan Nick Jonas, belum lama ini mengumumkan kelahiran anak pertama mereka. Sang buah hati dilahirkan melalui prosedur surrogacy.
Surogasi merupakan metode kehamilan menggunakan surrogate mother alias ibu pengganti.
Apa itu surrogate mother? Istilah ini merujuk kepada wanita yang membantu pasangan memperoleh keturunan dengan cara meminjamkan rahimnya hingga proses persalinan.
Lantas, bagaimana surrogacy dilakukan? Yuk cari tahu lewat ulasan berikut.
1. Metode Surrogacy
Umumnya, metode surogasi dilakukan karena wanita memiliki masalah kesuburan ataupun kondisi medis lainnya yang dapat memengaruhi kehamilan.
Karena itu, dia membutuhkan peran ibu pengganti untuk hamil sehingga meningkatkan peluang kelahiran sang anak.
Artikel Lainnya: Tes Kesuburan Sebelum Menikah, Cara Deteksi Kemandulan Sejak Dini
Surrogacy sendiri ada dua jenisnya, yaitu:
- Traditional Surrogacy
Traditional surrogacy dilakukan melalui proses inseminasi buatan. Artinya, dokter akan mengambil sperma pria untuk kemudian ditempatkan ke dalam rahim surrogate mother.
Penempatan sperma akan dilakukan menggunakan kateter kecil. Hal ini dilakukan ketika ibu pengganti mengalami ovulasi alias pelepasan sel telur sehingga meningkatkan peluang kehamilan.
Karena sel telur yang digunakan berasal dari surrogate mother, maka anak yang dikandung dan dilahirkan terhubung secara genetik dengan ibu pengganti.
- Gestational Surrogacy
Gestational Surrogacy dilakukan dengan mengumpulkan gamet (sel reproduksi) pasangan yang ingin memiliki keturunan. Dalam hal ini, sel telur dari wanita dan sperma dari pria.
Setelah dikumpulkan, kedua gamet akan difertilisasi (dibuahi) di laboratorium. Gamet yang sudah dibuahi dan menjadi embrio kemudian akan diseleksi.
Embrio terbaik selanjutnya akan ditempatkan ke dalam rahim surrogate mother. Di dalam kandungan ibu pengganti, bayi akan tumbuh dan berkembang hingga dilahirkan.
Meski begitu, karena tidak menggunakan sel telur surrogate mother, sang bayi tidak memiliki ikatan genetik dengan ibu pengganti. Oleh karena itu, banyak pasangan memilih menggunakan gestational surrogacy untuk memperoleh keturunan dibandingkan dengan traditional surrogacy.
Artikel Lainnya: L-Carnitine Bisa Bantu Tingkatkan Keberhasilan Program Bayi Tabung
2. Alasan Menggunakan Surogasi
Terdapat sejumlah alasan pasangan memilih metode surogasi guna memperoleh keturunan. Surrogacy dapat dipilih jika wanita memiliki infertilitas alias masalah kesuburan sehingga tidak dapat dibuahi sel sperma.
Jika infertilitas jadi penyebabnya, maka metode yang dapat dipilih yaitu traditional surrogacy.
Alasan lainnya, wanita memiliki kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk hamil. Hal ini juga berlaku untuk wanita yang pernah menjalani histerektomi alias prosedur pengangkatan rahim.
Surogasi juga bisa dilakukan untuk membantu wanita yang berisiko mengalami komplikasi kehamilan karena kondisi khusus. Kondisi yang dimaksud antara lain usia lanjut maupun memiliki penyakit jantung parah.
Pasalnya, wanita yang ingin memiliki anak di usia tua, berisiko tinggi mengalami komplikasi, seperti diabetes, hipertensi, dan keguguran.
Jika berhasil melewati proses persalinan, anak yang dilahirkan pun berisiko prematur, mengalami cacat lahir, serta punya berat badan lahir rendah
Risiko komplikasi kehamilan pada ibu dan janin juga dialami penderita penyakit jantung parah. Disampaikan dr. Dyah Novita Anggraini, hal ini karena jantung yang bermasalah tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal.
“Sementara saat hamil, janin perlu pasokan oksigen dan nutrisi yang dikirim dari jantung. Proses ini harus tetap berjalan, karena dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin,” katanya.
Ketika jantung yang mengalami gangguan dipaksa terus bekerja, akibatnya ibu mengalami sesak napas dan mudah lelah. Hal ini karena adanya peningkatan detak jantung.
“Jika jantung ibu sudah lelah, otomatis penyaluran nutrisi ke janin berkurang. Sehingga, meningkatkan risiko keguguran,” papar dr. Dyah.
Selain itu, beberapa obat untuk mengatasi gangguan jantung, menurut dr. Dyah juga dapat berdampak buruk pada janin.
Artikel Lainnya: Kenali Lebih Jauh tentang Tes NIPT dalam Kehamilan
3. Syarat Jadi Surrogate Mother
Untuk dapat menjadi ibu pengganti, terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Surrogate mother minimal harus berusia 21 tahun, punya indeks massa tubuh maksimal 30, dan pernah melahirkan setidaknya seorang bayi yang sehat tanpa mengalami komplikasi kehamilan.
Ibu pengganti juga harus memiliki kondisi mental yang sehat dan tidak punya catatan kriminal sama sekali.
Selanjutnya, surrogate mother wajib memiliki catatan medis yang bersih atau tidak memiliki riwayat penggunaan alkohol, narkoba, maupun obat antidepresan.
Ibu pengganti juga wajib menjalani tes kesehatan dan bebas dari penyakit menular, seperti HIV, gonore, klamidia, sifilis, cytomegalovirus, maupun hepatitis B dan C.
Terakhir, surrogate mother harus menandatangani perjanjian mengenai peran dan tanggung jawabnya selama masa kehamilan.
Hal ini meliputi perawatan prenatal dan persetujuan untuk menyerahkan sang bayi setelah dilahirkan.
Itu dia serba-serbi metode kehamilan surrogacy menggunakan surrogate mother. Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar kehamilan, konsultasikan kepada dokter via Live Chat. Pantau juga kandungan Anda dengan rajin mengecek Kalender Kehamilan.
(OVI/JKT)
- WebMD. Diakses 2022. Using a Surrogate Mother: What You Need to Know.
- Healthline. Diakses 2022. How Do I Become a Surrogate Mother?