Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik bagi calon buah hatinya, mulai dari masa kehamilan hingga setelah persalinan. Berbagai cara pun ditempuh agar proses kehamilan dan persalinan berjalan lancar, mulai dari cara tradisional hingga medis.
Salah satu mitos yang beredar mengatakan kalau minum minyak saat hamil dapat memperlancar jalan lahir saat proses persalinan. Namun, apakah anggapan tersebut didukung dengan fakta medis?
Minyak kelapa sawit dan penggunaannya
Salah satu jenis minyak yang paling populer digunakan untuk memasak adalah minyak kelapa sawit.
Menurut studi yang dilansir di jurnal “PLOS One” pada tahun 2016, di antara negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia dan Malaysia merupakan negara penyuplai minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Bahkan, kedua negara ini memiliki 80 persen cadangan minyak kelapa sawit dunia.
Tak heran, banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan minyak kelapa sawit sebagai minyak untuk keperluan memasak sehari-hari.
Sebanyak 1 sendok makan (14 gram) minyak kelapa sawit mengandung 114 kalori, 14 gram lemak, 7 gram lemak jenuh, 5 gram lemak tak jenuh rantai pendek, 1,5 gram lemak tak jenuh rantai panjang, dan memenuhi 11 persen kebutuhan harian vitamin E.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal “Stroke”, minyak kelapa sawit merupakan sumber tocotrienols. Ini adalah bentuk vitamin E yang dapat berperan sebagai antioksidan dan baik untuk kesehatan otak.
Selain itu, konsumsi minyak kelapa sawit dapat meningkatkan status vitamin A pada orang yang mengalami defisiensi atau kekurangan vitamin A.
Menurut studi yang dipublikasikan di “Food and Nutrition Bulletin”, yang dilakukan pada ibu hamil di negara-negara berkembang, disebutkan bahwa konsumsi minyak kelapa sawit merah dapat meningkatkan kadar vitamin A di dalam darah, termasuk bagi bayi yang diberikan ASI eksklusif.
Sementara itu, pada studi lain terhadap pasien dengan cystic fibrosis (penyakit keturunan yang menyebabkan paru-paru dan sistem pencernaan tersumbat oleh lendir yang tebal dan lengket) yang mengalami gangguan penyerapan vitamin larut lemak, mereka disebut-sebut mengalami peningkatan kadar vitamin A dalam darah setelah mengonsumsi 2-3 sendok makan minyak kelapa sawit merah, setiap hari selama 8 minggu.
Konsumsi minyak kelapa sawit juga memiliki risiko kesehatan
Meski begitu, menurut riset lain yang dilansir di “Journal of International Medical Research”, wanita dengan riwayat kadar kolesterol yang tinggi akan mengalami peningkatan kadar LDL (low-density lipoprotein alias kolesterol jahat) dalam darah setelah mengonsumsi minyak kelapa sawit secara rutin.
Bahkan, konsumsi minyak yang digunakan atau dipanaskan berulang kali disebut-sebut bisa meningkatkan risiko dan dampaknya terhadap kesehatan.
Sebuah studi dilakukan pada mencit terkait hal ini dan dipublikasikan di jurnal “Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine”. Studi ini menemukan, konsumsi minyak kelapa sawit yang dipanaskan berulang hingga 10 kali secara rutin selama 6 bulan, dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak atau sumbatan di pembuluh darah jantung.
Konsumsi minyak—baik itu minyak kelapa sawit atau minyak zaitun—memiliki manfaat sekaligus dampak buruk bagi kesehatan.
Khusus pada ibu hamil, konsumsi minyak-minyak tersebut untuk memperlancar persalinan adalah mitos. Kelancaran proses persalinan sendiri bergantung pada banyak faktor, mulai dari kondisi ibu hamil, kondisi janin, hingga faktor jalan lahir.
Maka dari itu, daripada mengonsumsi minyak yang tidak jelas manfaatnya, lebih baik ibu hamil berusaha memenuhi asupan asam folat, iodium, zat besi, kalsium, dan DHA. Ini adalah nutrisi-nutrisi yang dapat menjaga kesehatan kehamilan dan janin.
Untuk menjaga kesehatan dan kualitas ASI, ibu dapat mengonsumsi suplemen multivitamin yang mengandung minyak. Di antaranya yang mengandungminyak ikan alami, asam folat, zat besi, serta vitamin dan mineral lainnya yang dapat menunjang kesehatan ibu dan perkembangan buah hati selama kehamilan dan menyusui.
Jadi, minum minyak saat hamil yang dikatakan dapat memperlancara persalinan belum terbukti secara medis alias hanya mitos belaka. Karenanya, hindari mengonsumsinya secara berlebihan, karena justru bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Jalani pola makan sehat, olahraga teratur, dan rutin cek kondisi kehamilan sesuai anjuran dokter.
[RN/RH]