Perkembangan teknologi yang semakin bertambah pesat menghasilkan beragam produk elektronik yang bersifat hiburan dan permainan dengan mudah didapat. Di Indonesia, khususnya di perkotaan, pemandangan anak-anak baik usia prasekolah maupun usia sekolah sudah terbiasa dengan gawai. Bahkan, tak sedikit anak yang sudah kencanduan gawai hingga waktunya terbuang memandangi layar tersebut. Jika ini terjadi, sebisa mungkin orang tua harus bertindak dan segera menghentikan kecanduan tersebut.
Penggunaan gawai tak melulu buruk. Namun, penggunaan yang berlebihan dan tidak sesuai dapat memberikan pengaruh buruk bagi anak. Saat ini, pemberian gawai oleh orang tua kepada anak banyak diandalkan sebagai cara agar anak tidak rewel (shut-up toy). Padahal, di balik “jalan pintas” ini, ada dampak yang mengancam tumbuh kembang anak, antara lain:
- Perkembangan mekanisme pengendalian diri anak terhambat.
- Perilaku sosial dan emosional anak tidak terkendali.
- Anak tidak mampu mengeksplorasi lingkungan di sekitarnya.
- Anak tidak suka bermain dengan teman sebayanya.
- Mengganggu perkembangan motorik dan sensorik sehingga anak tidak menjadi kreatif dan bebas bermain menggunakan mainan yang ada di sekitarnya.
Pemberian gawai pada usia dini pada beberapa anak oleh orang tua juga bertujuan untuk mempermudah komunikasi dengan orang tua yang bekerja. Namun, jika tidak ada batasan dalam penggunaan, maka anak bisa jadi kencanduan karena banyaknya fitur yang menarik dan mudah diakses atau digunakan anak.
Tips agar anak tak kecanduan gawai
Untuk menghindari anak jadi kecanduan gawai, Anda disarankan melakukan hal-hal di bawah ini:
-
Membuat batasan waktu
Anda dapat membiasakan anak untuk menggunakan gawai dengan aturan batasan waktu. Waktu yang disarankan adalah 1 jam sehari. Terapkan aturan tersebut sebelum anak menggunakan gawai, setelah anak mengerti dan menyepakatinya. Berikan peringatan secara berkala jika waktu bermain dengan gawainya hampir habis.
-
Berikan contoh kepada anak
Banyak orang tua yang tak menyadari bahwa sikap dan perilakunya ditiru oleh anak, karena pada prinsipnya anak akan selalu bercermin pada orang tuanya. Contohnya, jika orang tua juga selalu terlihat berkutat dengan gawainya saat sedang kumpul keluarga, ya tak heran ini bisa dicontoh anak.
Jika Anda ingin anak lepas dari kecanduan gawai, maka usahakan untuk berkomitmen menyingkirkan gawai saat Anda sedang berkumpul bersama seluruh anggota keluarga.
-
Mengajak anak aktif di luar rumah
Agar anak aktif, jadilah orang tua yang juga aktif. Ajak anak bermain dan melakukan aktivitas di luar rumah seperti bermain ke taman, mengajak anak berenang, bersepeda, bermain bola, atau aktivitas apa pun yang dapat mengalihkan anak dari gawai. Dengan begini, anak akan mulai mengerti bahwa banyak aktivitas di luar sana yang bisa dilakukan dan sama (atau lebih) menariknya.
-
Kurangi frekuensi bermain secara bertahap
Jika ingin anak Anda berhenti secara terus-terusan menggunakan gawainya, jangan langsung menghentikannya secara tiba-tiba. Anda dapat mencoba menguranginya secara bertahap. Batas penggunaan gawai yang disarankan adalah 1-2 jam sehari.
-
Dorong anak bersosialisasi lebih sering dengan teman-temannya
Anda dapat mengundang teman-teman anak di sekolah atau teman mainnya ke rumah, lalu sediakan beberapa jenis permaianan untuk dimainkan bersama (plus sediakan camilan sehat). Hal ini dapat memicu anak untuk lebih aktif dan lebih menyukai bermain secara langsung dan berkomunikasi dengan teman-temannya.
-
Berikan reward pada anak
Jika anak Anda sudah memperlihatkan perubahan dengan mengurangi frekuensi menggunakan gawainya, jangan sungkan untuk memberikan hadiah seperti pelukan atau ciuman kepada anak Anda.
Jika beberapa langkah di atas tidak berhasil, Anda dapat meminta bantuan dari psikolog atau psikiater jika terdapat beberapa tanda tak biasa yang ditunjukkan anak, seperti anak jadi sulit diatur atau mudah marah dan mengamuk saat gawainya diambil. Anak adalah harta yang paling berharga. Pencegahan dini terhadap kecanduan gawai bisa melindungi dan membantu tumbuh kembang anak.
[RN/ RVS]