Orang tua tentu senang jika anak lahap makan dan tidak memilih-milih makanan. Namun, bagaimana bila makan berlebihan justru merupakan gejala autisme?
Autisme atau yang dikenal pula sebagai gangguan spektrum autisme adalah gangguan perkembangan anak yang bisa menghambat kemampuan sosial, emosional, dan komunikasi si kecil.
Beberapa penelitian menduga bahwa kebiasaan anak makan berlebihan dikaitkan dengan gejala autisme. Benarkah demikian?
Kebiasaan Makan Berlebihan pada Anak Autisme
Studi menunjukkan bahwa perilaku makan tertentu, seperti hipersensitivitas terhadap tekstur suatu makanan atau mengemut makanan tanpa ditelan umumnya ditemukan pada sebagian besar anak pengidap autisme.
Studi lain yang dimuat Journal of Autism and Developmental Disorders, menunjukkan bahwa anak dengan autisme lebih sering menunjukkan ”selective overeating.” Artinya, anak autisme cenderung menyukai suatu jenis makanan dan dapat mengonsumsinya secara berlebihan.
Namun, studi yang menelaah mengenai pola makan anak sebagai gejala autisme masih terbatas dan perlu penelitian lebih lanjut.
Karenanya, pola makan seorang anak bukanlah cara terbaik untuk mengenali, apalagi untuk mendiagnosis autisme. Terlebih, ada beragam faktor yang bisa jadi penyebab anak makan berlebihan, salah satunya adalah kondisi emosi si kecil.
Artikel lainnya: Ragam Terapi untuk Penderita Autis
Bukan dari Kebiasaan Makan, Bagaimana Mengenali Autisme?
Autisme pada anak dapat dilihat ketika mereka tidak ada kontak mata dengan orang lain saat berbicara, sulit diajak berkomunikasi, maupun mengalami perkembangan yang tidak sesuai dengan anak seusianya.
Umumnya, orang tua dapat mengenali gejala autisme pada anak sebelum mereka berusia 3 tahun. Gejala ringan bahkan bisa terdeteksi sejak anak berusia 9 bulan.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5), anak dengan gangguan autism akan mengalami dua gejala utama. Pertama, gangguan interaksi dan komunikasi sosial yang meliputi berbagai aspek. Aspek yang dimaksud, yaitu komunikasi verbal, komunikasi non-verbal, serta kemampuan mempertahankan interaksi dengan orang lain.
Kedua, adanya perilaku yang terbatas dan repetitif. Misalnya, gerakan tangan atau kaki tertentu yang diulang-ulang atau berbicara satu kalimat secara berulang.
Artikel lainnya: Kenapa Anak dengan Autisme Biasanya Pintar? Ini Faktanya!
Hingga saat ini memang belum ada obat yang dapat menyembuhkan atau menghilangkan gejala autisme sepenuhnya. Terapi yang telah terbukti mengurangi dan memperbaiki gejala adalah terapi perilaku (behavioural therapy).
Tujuan terapi ini adalah memperbaiki kemampuan sosial, mengontrol perilaku maladaptif, serta membentuk perilaku yang baik agar anak dapat beradaptasi dengan lingkungan saat dewasa.
Anak makan berlebihan tidak selalu berarti tanda autisme. Dokter perlu memeriksa anak secara langsung. Bisa jadi, anak makan berlebihan karena porsi makan yang ia dapatkan terlalu sedikit atau kurang.
Karena itu, pastikan Mama dan Papa mengatur porsi makan si kecil dengan tepat dan teratur setiap harinya. Untuk tahu makanan yang aman dan sehat bagi perkembangan anak, Mama-Papa bisa bertanya langsung lewat fitur tanya dokter online di aplikasi KlikDokter, solusi #JagaSehatmu dan keluarga.
(ADT/JKT)
Referensi:
Journal of Autism and Developmental Disorders (Nadeau, M. V., Richard, E., & Wallace, G. L. ) Diakses 2022. The Combination of Food Approach and Food Avoidant Behaviors in Children with Autism Spectrum Disorder: “Selective Overeating.”