Pernahkah Anda bertemu dengan seseorang yang sangat takut saat melihat badut? Atau Anda mungkin berpikir 'Ah masa sama badut saja takut'. Jangan salah, hal yang dianggap sepele tersebut bisa terasa seperti bencana bagi mereka yang fobia badut!
Dikutip dari liputan6.com, fobia badut atau semacamnya disebut dengan coulrofobia. Menurut psikolog dari North Shore Stress and Anxiety Clinic di North Vancouver, Rami Nader, fobia badut bisa membuat seseorang takut setengah mati dengan badut, karena tak tahu secara pasti siapa sosok di balik topeng ‘menyeramkan’ itu.
Penampilan badut yang sedemikian rupa bisa mendorong mereka yang fobia badut untuk memikirkan hal-hal aneh. Umumnya, yang terlintas di pikiran mereka adalah badut merupakan sosok monster yang akan berbuat jahat padanya.
"Anda tidak bisa benar-benar tahu wajah mereka seperti apa. Sekalipun topeng badut itu terlihat lucu, belum tentu orang di dalamnya seperti itu," kata Nader.
Seseorang yang mengalami fobia badut biasanya akan mulai merasakan gejala-gejala ‘demam panggung’ – seperti berkeringat, detak jantung menjadi lebih cepat, mual, dan perasaan takut – setiap kali melihat badut.
Nader mengatakan, jangan sekali-sekali menganggap rasa takut orang yang fobia sebagai satu hal yang lucu. Sebab mereka yang fobia badut bisa trauma atau bahkan mengalami masalah gangguan mental yang serius jika sering dianggap remeh.
Mengatasi Fobia Badut pada Anak
Pada dasarnya, perasaan takut dan cemas adalah suatu metode pertahanan diri. Namun seiring berjalannya waktu, perasaan ini bisa berubah menjadi sebuah fobia, terutama pada anak kecil yang umumnya belum bisa mengendalikan perasaan.
Menurut Dr. Alice Neuman, anak pada umumnya tidak selalu bisa menerjemahkan rasa takutnya dengan kata-kata. Sebagai orangtua, Anda harus peka dan bertanya jika melihat kemungkinan anak mengalami fobia badut.
Sejumlah ahli meyakini bahwa rasa takut anak terhadap suatu hal bisa saja disebabkan beberapa kemungkinan, salah satunya pemahaman yang salah dari orangtua. Ini termasuk menjadikan sesuatu yang menakutkan sebagai ‘senjata’ untuk membuat jera anak yang malas makan.
Maka itu, para ahli menyarankan para orangtua untuk selalu mendampingi dan memberi pemahaman yang baik pada anak, agar ia tak merasa takut secara berlebih. Jika anak terlanjur merasa takut, ajarkan ia untuk selalu bersikap tenang. Mulai dengan menarik napas panjang, dan mengatakan bahwa Anda ada di sana sehingga tak seorang pun bisa menyakitinya.
Jika anak terlanjur fobia badut, apalagi sudah sangat akut, jangan ragu untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan psikolog atau psikiater. Jangan biarkan masalah ini menganggu perkembangan mental dan kesehatan anak Anda.
[NB/ RVS]