Bullying merupakan salah satu kasus yang sering menimpa anak-anak. Meski tampak sepele, ternyata kondisi ini dapat menganggu kesehatan mental anak. Bullying menyebabkan anak menjadi sangat tertekan hingga depresi, yang pada akhirnya menimbulkan keinginan untuk bunuh diri.
Sebuah penelitian di Kanada mengungkapkan, remaja yang mengalami bullying di masa anak-anak akan cenderung mengalami depresi, dan gelisah. Hal ini pada akhirnya akan membangkitkan keinginan mereka untuk segera mengakhiri hidup dengan bunuh diri.
Penelitian yang dilakukan pada 1.363 anak dari usia 6-13 tahun itu mengadakan survei tentang intimidasi yang pernah dirasakan oleh para partisipan. Hasilnya menyebutkan, sekitar 26% partisipan pernah mengalami bullying, dan 15%-nya mengalami gangguan mental karena menjadi korban bullying.
“Saat seorang remaja mengalami rasa cemas yang berlebihan, hal ini membuatnya tiga kali lebih mungkin untuk melakukan percobaan bunuh diri,” kata seorang peneliti psikiatri di McGill University Montreal, Marie-Claude Geoffroy.
Secara keseluruhan, studi itu mengungkapkan bahwa 7% remaja pernah menjadi korban bullying saat masa anak-anak. Remaja-remaja tersebut cenderung mengembangkan perasaan cemas, masalah makan, dan gangguan perilaku.
“Salah satu perasaan yang paling menyakitkan adalah ditolak secara sosial, diejek, dipukuli, dan dipermalukan oleh teman sejawat,” kata seorang peneliti psikologi di University of Warwick, Dieter Wolke.
Mengetahui bahwa bullying dapat memengaruhi kesehatan mental anak di masa depan, orang tua harus benar-benar mengambil sikap akan hal ini. Lindungi anak Anda dari bullying jenis apa pun. Sementara, jika anak sudah terlanjur menjadi korban, usahakanlah untuk terus membangkitkan rasa percaya dirinya. Dengan demikian, depresi dan kemungkinan anak untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri dapat ditekan sekecil-kecilnya.
[NB/ RVS]