Kurangnya kebersihan sering kali dianggap sebagai salah satu sumber penyakit. Sebagai orang tua, hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran. Namun di sisi lain, kabarnya anak yang terlalu bersih malah lebih rentan sakit. Benarkah hal ini?
Teori ini dinamakan hygiene hypothesis dan mulai diperkenalkan oleh Prof. David P. Stratchan pada tahun 1980an. Secara sederhana, teori ini menyatakan bahwa lingkungan hidup anak kecil dapat terlalu bersih, sehingga tidak bisa menstimulasi sistem kekebalan tubuh anak secara efektif. Akibatnya, kekebalan tubuh kurang dapat merespons dengan baik serangan dari berbagai sumber penyakit selama pematangan sistem imun.
Dalam sistem kekebalan tubuh, terdapat berbagai jenis sel imun yang dapat bertambah serta berkembang. Beberapa jenis sel ini akan secara langsung menyerang penyebab penyakit. Namun, beberapa jenis sel lainnya akan menghasilkan zat (misalnya antibodi) sehingga timbul reaksi kekebalan saat berhadapan dengan sumber infeksi.
Artikel Lainnya: Ini Penyebab Si Kecil Gampang Terjangkit Virus Penyakit
Semasa dalam kandungan, sistem kekebalan tubuh janin tidak berfungsi dengan baik. Diperkirakan, imunitas dengan sengaja ‘ditekan’ agar tidak terjadi reaksi penolakan terhadap jaringan tubuh ibunya. Selain itu, janin juga memperoleh kekebalan dari ibunya (dalam bentuk antibodi) semasa dalam kandungan.
Namun setelah lahir, sistem imun tubuh perlu mengenali berbagai sumber penyakit sehingga dapat membentuk kekebalan terhadap infeksi yang merugikan. Jika lingkungan hidup anak terlalu bersih, diperkirakan kekebalan tubuh tidak dapat matang dengan sempurna.
Akibatnya, tubuh tidak dapat memberikan respons yang adekuat saat sistem imun bertemu dengan kuman penyebab penyakit (seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit) atau pemicu lain dari lingkungan (misalnya serbuk sari, spora jamur, dan bulu binatang).
Pada awalnya, Prof. Stratchan menemukan bahwa anak-anak yang lahir dalam lingkungan dengan banyak anggota keluarga akan lebih terekspos kuman dari saudara-saudaranya yang berusia lebih tua. Karena itulah, angka kejadian rhinitis alergi atau hay fever lebih rendah pada mereka.
Artikel Lainnya: Deretan Infeksi yang Rentan Menular ke Anak
Selanjutnya, pada tahun 1990an, studi lain oleh Dr. Erika von Mutius memperoleh hasil serupa. Penelitian ini menemukan anak-anak yang tinggal di lingkungan yang lebih kotor serta kurang sehat (sampel diambil dari anak-anak yang tinggal di Jerman Timur pada masa itu), ternyata memiliki angka kejadian timbulnya asma dan alergi lebih sedikit jika dibandingkan dengan mereka yang tinggal di lingkungan yang bersih serta sehat (perbandingan menggunakan anak-anak yang tinggal di Jerman Barat pada masa itu).
Semasa persalinan, bayi akan terpapar dengan berbagai jenis bakteri yang ditemukan pada jalan lahir ibunya. Setelah itu, menyusui dapat memberikan bayi paparan dengan berbagai faktor maternal, tapi tidak terpapar faktor lingkungan. Saat periode menyusui selesai, bayi mulai terpapar dengan berbagai faktor lingkungan, terutama mengingat kebiasaan bayi untuk memasukkan benda apa pun ke dalam mulutnya.
Higienitas tetap memberikan banyak dampak menguntungkan bagi kesehatan. Namun yang mungkin membingungkan bagi orang tua, parameter apa yang disebut “terlalu bersih”, sehingga malah berpotensi membuat anak rentan sakit.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) merekomendasikan untuk membersihkan dan memberikan disinfektan secara rutin pada rumah Anda. Terutama, area yang terpapar dengan kotoran (feses), daging, serta area yang mungkin terpapar mereka yang membawa virus (misalnya saja pegangan pintu kamar orang yang sedang flu).
Artikel Lainnya: Masalah Kesehatan Anak yang Sering Muncul
Sisanya, biarkan anak Anda bermain bebas di luar ruangan, seperti halaman dan taman selama masih dalam batas aman. Walaupun menyebabkan anak kotor dalam proses bermainnya, hal itu dapat melatih imunitas anak. Untuk menjaga anak tetap sehat, jangan lupa memandikan anak setelah bermain di luar ruangan. Anda dapat menggunakan sabun antibakteri untuk menjaga kebersihan anak.
[HNS/ RH]