Kesehatan Anak

Cara Mengatasi Trauma Anak yang Kehilangan Orangtua karena Bencana

Tamara Anastasia, 26 Jan 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Punya pengalaman traumatis melihat jasad orangtua saat bencana alam? Jangan tergerus emosi. Ini yang bisa Anda lakukan untuk terbebas dari perasaan tersebut.

Cara Mengatasi Trauma Anak yang Kehilangan Orangtua karena Bencana

Bencana alam bisa terjadi kapan saja, di mana saja, dan menimpa siapa saja. Tak jarang pula, keadaan tersebut menyisakan trauma mendalam pada keluarga korban yang ditinggalkan.

Rasa trauma bisa dirasakan lebih berat apabila bencana alam sampai merenggut nyawa kedua orangtua dan hanya menyisakan seorang anak semata wayang. 

1 dari 2

Trauma Orangtua Meninggal Akibat Bencana Alam

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog, berikut ini adalah beberapa efek psikis yang mungkin terjadi ketika seorang anak ditinggal orangtua untuk selamanya akibat bencana alam:

  1. Tertekan Secara Emosional 

“Anak bisa merasa sangat tertekan dan secara emosional histeris. Anak mungkin tidak bisa dipancing dengan hal-hal yang bisa membuat mereka ketakutan dan sebagainya,” ujar Ikhsan. 

  1. Anak Jadi Pemurung 

Anak yang mungkin memiliki pengalaman traumatis juga bisa menjadi pribadi yang pemurung. Saking merasa kehilangan dan tidak ada yang mendukungnya dalam menjalani hidup, ia pun bisa menutup diri dari dunia luar.

Artikel Lainnya: Anak Bunuh Diri, Bagaimana Orang Tua Melanjutkan Hidup?

  1. Emosi Tidak Stabil 

Anak yang mengalami trauma orangtua meninggal akibat bencana cenderung mudah marah, cepat tersinggung, sering mengamuk atau sedih, dan sebagainya.

Jika dibiarkan, anak mungkin akan jadi pribadi yang sulit bersosialisasi, tidak disukai oleh lingkungan, dan sulit untuk membangun relasi baik dengan sekitarnya.

“Jika traumanya mendalam dan membuat anak merasa sangat kehilangan, efeknya bisa jangka panjang,” kata Ikhsan.

“Efek jangka panjang bisa membuat anak takut dengan bencana tersebut, jadi tidak percaya diri, atau emosi tidak stabil. Anak pun bisa merasa sangat tertekan, histeris, atau malah jadi sangat murung (down), karena respons atas kehilangan yang mendadak bisa berbeda-beda,” tegasnya

Artikel Lainnya: Setahun Pertama Ditinggal Pasangan Sangatlah Berat, Apa Kata Psikolog?

2 dari 2

Trauma Healing untuk Anak Korban Bencana

Agar trauma karena orangtua meninggal akibat bencana tak terus-menerus dirasakan, berikut ini beberapa tips trauma healing untuk anak korban bencana:

  • Bergabung ke Komunitas 

Bergabung pada suatu komunitas yang memiliki kisah atau pengalaman serupa. Dalam komunitas ini, anak yang bersangkutan biasanya dapat menemukan pendengar yang baik karena memiliki pengalaman yang mirip. 

Lewat komunitas ini, sang anak dan anggota lainnya juga bisa saling menguatkan dan memotivasi untuk tetap semangat menjalani hidup. 

Artikel Lainnya: Gangguan Trauma Pascagempa dan Cara Menanganinya

  • Melakukan Kegiatan Positif

Melakukan kegiatan positif yang menyenangkan juga tergolong sebagai trauma healing untuk anak korban bencana.

Jika memang kondisinya cukup berat, lakukanlah terapi dengan bantuan tenaga profesional agar tidak merasakan trauma yang berlarut-larut.

  • Coba untuk Bangkit 

Kehilangan orang yang paling disayang memang sangat menyakitkan. Tapi, jangan biarkan rasa kehilangan itu terus ada dalam pikiran. 

Ingat, kehidupan Anda masih berjalan. Anda masih punya banyak hal yang perlu dilakukan. 

  • Olahraga 

Lakukan olahraga secara rutin dan teratur, agar tubuh dan pikiran kembali relaks. 

Anda bisa melakukan olahraga yang menyenangkan, seperti berenang, bersepeda, yoga, atau hanya sekadar jalan santai bersama binatang peliharaan. 

Jangan pendam sendiri rasa trauma yang Anda rasakan. Cobalah untuk menceritakannya kepada psikolog, agar dapat dicarikan solusi yang paling baik sehingga Anda bisa segera terbebas dari perasaan tersebut.

Untuk lebih lanjut mengenai trauma healing untuk anak korban bencana, Anda bisa menghubungi psikolog melalui layanan LiveChat 24 jam atau di aplikasi KlikDokter.

(NB/JKT)

Bencana Alam
kesehatan mental