Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, adakah perubahan sikap pada anak Anda? Entah kembali menyusui botol lagi atau meminta tidur bersama orang tua. Jika mengalami perubahan tersebut, jangan-jangan si kecil mengalami regresi. Kok, bisa?
Masa pandemi virus corona ini, memang mengubah kebiasaan banyak orang, termasuk anak-anak. Mereka yang tadinya biasa bermain dengan nyaman, bertemu dengan teman-teman di sekolah, jadi harus beraktivitas di rumah saja untuk waktu yang lama.
Perubahan kebiasaan ini bisa membuat anak-anak mengalami regresi. Alhasil, membuat mereka kembali lagi ke kebiasaan-kebiasaan lama yang akhirnya membuat orang tua bertanya-tanya.
Mengapa Anak Mengalami Regresi Saat Pandemi Virus Corona?
Dalam psikologi, regresi adalah proses kembali ke tahap perkembangan sebelumnya, di mana seseorang merasa paling nyaman. Bisa juga disebut sebagai respon umum seseorang yang sedang frustasi atau ketika sedang mendapat tekanan.
Di situasi tersebut, perilaku mereka dapat mengalami kemunduran, biasanya balik ke kebiasaan mereka di usia yang lebih muda.
Misalnya anak 10 tahun mengalami stres, akhirnya nyamannya seperti anak usia 5 tahun, ngambek, ngompol. Ini adalah bentuk mekanisme pertahanan diri untuk mengatasi cemas atau rasa stres.
Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa
Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi, regresi pada anak bisa terjadi karena perubahan-perubahan yang sudah disebutkan sebelumnya. Kata kuncinya adalah anak-anak dalam keadaan stres.
"Jadi pada saat COVID-19, ada perubahan kondisi. Biasanya anak ke sekolah, bermain dengan bebas, bisa ketemu teman. Kali ini kan mereka diharuskan di rumah saja," ujar Ikhsan.
"Nah, kondisi-kondisi ini membuat anak menjadi stres. Ketika stres ini, terjadi perubahan fisiologis, perubahan suasana hati, dan perubahan perilaku. Itu yang akhirnya muncul regresi," sambungnya.
Apa Ciri-Ciri Anak Mengalami Regresi?
Kalau anak sudah mengalami regresi, orang tua perlu membantu si Kecil melewati ini semua. Akan tetapi, banyak orang yang tidak sadar kalau anaknya ternyata mengalami kemunduran perilaku akibat stres.
Sebab, seringkali perilaku regresi cuma dianggap sebagai kebutuhan bermanja-manja lebih banyak saja. Padahal, lebih daripada itu.
Untuk itu, Anda perlu mengetahui ciri-ciri saat anak mengalami regresi. Jika, anak mengalaminya, Anda bisa tahu cara untuk mengatasi regresi.
Menurut Ikhsan, regresi paling sering ditandai anak mengalami mengompol, padahal sudah bisa pipis sendiri ke kamar mandi.
"Regresinya bisa ditandai dengan mengompol atau pup sembarangan, itu bentuk regresi. Selain itu, regresi juga bisa menyebabkan anak ngempeng jempolnya lagi. Itu bisa muncul ketika cemas dan stres," kata Ikhsan.
"Lalu, tidak sekadar masalah kencing atau pup yang jadi sembarangan, tapi juga bisa memengaruhi pola makan. Regresi menyebabkannya yang tadinya anak lagi makan banyak, tiba-tiba jadi picky eater (pemilih). Tidak bisa makan tekstur yang keras. Selain itu, tidur juga bermasalah. Tidur jadi tidak beraturan," tegasnya.
Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!
Ini yang Harus Dilakukan Orang Tua Saat Anak Alami Regresi
Kalau anak Anda mengalami regresi, jangan diomelin, ya, Ayah dan Bunda. Berikut yang dapat dilakukan orang tua saat mengalami regresi:
-
Jangan Kritik Anak
Ikhsan menegaskan, mengkritik anak hanya akan membuat mereka makin stres. Satu hal yang pasti, jangan sampai Anda memukul anak.
"Jangan sampai bilang, 'kamu kenapa sudah besar malah ngompol!'. Apalagi sampai dipukul, jangan sampai melakukan itu. Jadi, jangan sampai memberikan kritik, mungkin bisa ditanyakan 'kenapa kamu ngompol'. Itu bisa jadi bentuk perhatian pada mereka. Kita juga tidak tahu, mungkin mereka lagi insecure atau stres," ungkap Ikhsan.
-
Berikan Perhatian Lebih
Perlu diingat, anak yang mengalami regresi biasanya menunjukkan lagi ingin dimanja. Nah, jika sudah begini, Anda harus lebih memahami sebagai orang tua.
Biasanya sebab mereka bersikap seperti itu karena sedang merasakan kecemasan, lagi stres, dan butuh perhatian lebih.
"Jadi, orang tua bisa berikan pelukan, mengajak ngobrol, beri perhatian. Bikin senyaman mungkin kondisi di rumah, keluarga turut menciptakan suasana positif, turut membuat anak merasa aman dan nyaman supaya anak tahu kalau lagi stres bisa nyaman di rumah," saran Ikhsan.
-
Perhatikan Apa yang Anak Tonton dan Baca
Perhatikan juga apa yang ditonton atau dibaca oleh anak, apakah sesuai dengan umur mereka atau tidak. "Kadang, seperti di youtube anak bebas nonton apa saja. Tapi, sebenarnya itu bisa memengaruhi tumbuh kembang anak," jelas Ikhsan.
Jadi, jangan anggap remeh regresi yang dialami oleh anak-anak dalam masa pandemi virus corona seperti sekarang ini. Orang tua harus punya cara untuk memberikan perhatian lebih dan membantu mengatasinya.
Jika butuh penjelasan lebih lanjut, Anda bisa konsultasi tentang regresi pada anak ini ke psikolog. Untuk lebih praktisnya, Anda bisa konsultasi online lewat fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.
(OVI/AYU)