Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat menyerang siapa saja. Orang dewasa, lansia, bahkan anak-anak bisa terkena infeksi tersebut dengan keadaan ringan hingga berat.
Terlebih menurut riset Kementerian Kesehatan RI, orang di wilayah urban, berisiko alami ISPA 1,2 kali lebih tinggi dibandingkan di pedesaan.
Dalam kondisi serius, bahaya ISPA pada anak bisa berefek panjang. Salah satunya bisa mengganggu perkembangan anak.
Apa Itu ISPA?
ISPA mengacu kepada infeksi yang terjadi pada salah satu atau lebih bagian saluran pernapasan. Kondisi ini dibagi menjadi dua, yakni yang menyerang pernapasan atas dan bawah.
Infeksi saluran pernapasan atas termasuk infeksi pada hidung, tenggorokan, dan sinus. Sementara itu, pada infeksi saluran pernapasan bawah, mencakup bronkus, paru-paru, dan sebagainya.
ISPA disebabkan oleh virus atau bakteri. Misalnya, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Rhinovirus.
Sementara itu, gejala ISPA umumnya timbul sekitar 1-3 hari setelah paparan virus atau bakteri. Tanda dan gejala yang muncul bisa berbeda-beda.
Di antaranya, pilek atau hidung tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala, bersin-bersin, sesak napas, meriang, hingga penurunan nafsu makan.
Perlu diketahui, ISPA bisa menular melalui berbagai cara. Penderita dapat menularkan mikroorganisme penyebab ISPA melalui droplet saat mereka batuk atau bersin. Kemudian, droplet tersebut terhirup oleh orang lain.
Artikel Lainnya: Gejala Sinusitis pada Anak yang Harus Diketahui
Apa Efeknya bagi Tumbuh Kembang Anak?
Anak-anak menjadi kelompok yang sering terkena ISPA. Gejala yang dialami pada umumnya berbeda-beda tergantung jenis infeksi yang diderita. Bisa saja ISPA turut mengganggu perkembangan anak.
Menurut dr. Atika, ISPA yang menyerang saluran pernapasan atas dan jarang berulang pada dasarnya tidak berkaitan dengan gangguan perkembangan. Lain halnya dengan infeksi yang menyerang bagian bawah pernapasan.
“Kalau infeksi yang lebih berat, kronik, misalnya infeksi gastrointestinal kronik (ditandai dengan diare) atau pneumonia (radang paru) bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang (anak),” jelas dr. Atika.
Sebab, infeksi-infeksi berat dapat menyebabkan gangguan status nutrisi pada anak. Misalnya, asupan makan anak pasti turun setiap dia sakit.
Artikel Lainnya: Tips agar Anak Penderita Pneumonia Tetap Sehat
Jika anak terus-menerus sakit, tentu berat badannya pun tidak akan naik. Padahal, di masa pertumbuhan dan perkembangan, umumnya berat badan anak akan naik.
“Selain itu, infeksi berat dan kronik juga bisa bikin gangguan absorpsi (penyerapan) nutrisi di usus juga,” tutur dr. Atika lagi.
Menurutnya, efek jangka panjang ISPA pada anak yang kronik berujung pada kondisi yang lebih serius.
“(Anak bisa mengalami) stunting, pertumbuhan linier anak terganggu. Jadi anaknya pendek,” sebut dr. Atika.
Segera periksakan si kecil ke dokter saat mengalami gejala-gejala di atas. Dokter akan menangani kondisi tersebut sesuai penyebab dan gejala yang dialami anak.
Artikel Lainnya: Dampak Memiliki Orang Tua Perokok pada Anak
Pastikan juga anak dengan ISPA mendapatkan cukup nutrisi dari makanan agar perkembangannya dapat terjaga. Bila diperlukan, berikan juga suplemen multivitamin pada anak sesuai petunjuk dokter.
Cukupi juga kebutuhan minumnya agar tidak terjadi dehidrasi. Di lain sisi, air putih bisa membantu mengencerkan dahak.
Jaga juga kebersihan ruangan dan kamar si kecil dari debu, asap, rokok, ataupun kotoran lainnya. Bila diperlukan, Anda bisa memasang humidifier untuk menjaga kelembapan udara di dalam kamar.
Bahaya ISPA pada anak tak main-main. Itulah sebabnya, jaga buah hati Anda agar terhindar dari penyakit ini. Misalnya, menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan, menerapkan gaya hidup sehat, dan rutin beraktivitas fisik.
Dukung terus tumbuh kembang si kecil! Optimalkan melalui fitur Tumbuh Kembang Anak dari Klikdokter.
(HNS/AYU)