Anak-anak berhak untuk mempunyai kehidupan yang sehat, baik secara fisik, biologis, psikologis, sosial, maupun seksual. Oleh sebab itu, edukasi seks yang benar dan sesuai usia perlu diberikan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara lahir dan batin.
Istilah ‘edukasi seks’ sebenarnya lebih tepat disebut dengan pendidikan seksualitas. Sebab kedua istilah tersebut sangat berbeda maknanya. Kata ‘seks’ identik dengan aktivitas seputar hubungan intim dan alat kelamin. Sedangkan ‘seksualitas’ memiliki makna yang mendalam dan kompleks.
Edukasi seputar seksualitas mencakup bagaimana seorang anak diajarkan cara berpikir dan bersikap sesuai citra dan identitas dirinya, mengenal perannya sesuai jenis kelamin, belajar mengekspresikan diri dan keinginannya, serta tahu batasan-batasan terhadap dirinya dan orang lain.
Para pakar psikologi anak setuju bahwa ‘edukasi seks’ perlu dilakukan sejak dini, sesuai dengan tahapan usia anak. Ini berarti dimulai sejak usia prasekolah.
Mengapa? Karena anak-anak zaman sekarang tumbuh lebih cepat dari generasi orangtuanya. Masifnya perkembangan teknologi dan kemudahan mengakses internet membuat anak dapat mencari informasi tanpa batas. Tentunya, tidak semua informasi yang ditemukan adalah benar dan sesuai untuk usia anak.
Edukasi seks yang benar dan sesuai usia akan membuat anak memiliki hubungan pertemanan yang sehat, serta terhindar dari bahaya pornografi, pelecahan dan kekerasan seksual.
Tidak hanya itu, edukasi seks juga bertujuan agar anak dan remaja terhindar dari infeksi menular seksual seperti HIV dan HPV, atau hamil di luar nikah.
Bagaimana Cara Memulainya?
Edukasi seks sesungguhnya telah dimulai sejak pertama kali orangtua memberikan nama terhadap bagian-bagian tubuh, termasuk kelamin. Hal ini juga dimulai ketika seorang anak bertanya, “Berasal dari manakah saya?” dan “Mengapa tubuh saya berbeda dengan Mama atau Papa?”.
Pada prinsipnya, apa yang diajarkan dalam edukasi seks harus sesuai dengan tahapan usia anak. Anak balita dapat diajar tentang sentuhan kasih sayang, seperti belaian atau usapan sayang, dan siapa saja yang boleh membelai—orangtua, kakek/nenek, keluarga terdekat.
Ajarkan bagaimana sentuhan yang ‘baik’ dan ‘tidak’. Jelaskan bahwa tubuhnya adalah miliknya, dan berada di bawah kendali dirinya.
Tekankan pula bahwa ia harus memberitahukan orang dewasa yang bertanggung jawab atas dirinya jika merasa tidak nyaman dengan cara orang lain menyentuh mereka.
Memasuki usia sekolah dasar, anak sudah bisa diajarkan seputar menstruasi, mimpi basah, dan perubahan-perubahan pada tubuh mereka akibat pubertas.
Pastikan orangtua menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, dan berbicara sesuai tahapan usia anak. Anda dapat melengkapi diri dengan materi edukasi seks yang baik, yang bisa diperoleh secara online. Anda juga bisa mengikuti seminar-seminar parenting yang membahas pendidikan seksualitas pada anak.
Memberikan pendidikan seksualitas sejak dini juga berarti membuka kesempatan lebih bagi orangtua untuk melanjutkan pembicaraan seputar kesehatan seksual dengan anak selama masa-masa pubertas dan remaja. Pada tahap ini, anak perlu merasa aman, nyaman, dan percaya bahwa orangtua dapat memberikan informasi tanpa menghakimi. Mereka juga membutuhkan bimbingan yang intens agar tidak salah informasi.
Orangtua merupakan guru pertama anak dalam memberikan edukasi seks. Jangan malu dan enggan, karena Anda memegang peranan yang sangat penting. Sebab semua ini bertujuan agar anak dan remaja dapat menentukan pilihan sehat dan tepat, serta bertanggungjawab tentang kehidupan seksualnya kelak.
[NB/ RVS]