Banyak orang percaya bahwa gula membuat anak hiperaktif. Saat melihat anak terlalu aktif atau tak bisa diam, orang tua biasanya berpikir apakah anaknya baru saja mengonsumsi gula.
Selain itu, kondisi gangguan mental hiperaktif seperti attention deficit hyperactive disorder (ADHD) juga sering dikaitkan dengan asupan gula berlebih. Benarkah dampak gula pada anak memang demikian?
Apakah Gula Membuat Anak Hiperaktif?
Pengetahuan bahwa gula membuat anak hiperaktif dipopulerkan pada tahun 1973 oleh seorang dokter ahli alergi, dr. Benjamin Feingold. Ia mengeluarkan kesimpulan bahwa bahan makanan tambahan, seperti pengawet dan pewarna makanan, dapat menyebabkan anak menjadi hiperaktif.
Oleh karena itu, Feingold menciptakan diet yang bernama Diet Feingold, yang meniadakan bahan pengawet, pewarna, dan gula dalam makanan anak untuk mencegah hiperaktif.
Artikel Lainnya: Mempersiapkan Anak Hiperaktif untuk Mulai Sekolah
Meski teori tersebut sangat meyakinkan dan terbawa hingga sekarang, berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun 1990-an hingga saat ini menemukan bahwa baik gula maupun pemanis buatan tidak menjadi penyebab ADHD. Lebih lanjut, gula juga tetap dapat dikonsumsi oleh anak yang mengalami hiperaktif.
Penyebab Anak Hiperaktif
Secara medis, hiperaktif merupakan suatu gangguan mental bernama ADHD. Tak semua anak yang aktif bergerak mengalami ADHD sebab pada dasarnya anak-anak memang aktif bergerak.
Menurut DSM-V, seseorang baru dapat didiagnosis ADHD jika menunjukkan gangguan dalam memusatkan perhatian dan/atau hiperaktif terus-menerus selama enam bulan atau lebih. Serta apabila gangguan tersebut mengganggu aktivitas sehari-harinya.
Gejala ADHD yang dialami anak bisa berbeda-beda. Sebagian anak ADHD kesulitan dalam memusatkan perhatian tetapi tidak hiperaktif. Contohnya, anak mudah terdistraksi saat mengerjakan tugas, sulit memperhatikan dengan detail pelajaran di sekolah, atau mudah lupa dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Artikel Lainnya: Makanan yang Dilarang dan Dianjurkan untuk Anak ADHD
Sebaliknya, ada penderita ADHD yang hiperaktif tetapi masih dapat memusatkan perhatian. Contohnya, anak tidak bisa duduk diam, tidak mau beristirahat, banyak bicara, kesulitan dalam mengantre, sering mengetuk tangan atau kaki. Selain itu, ada pula penderita ADHD yang mengalami gejala campuran antara hiperaktif dan kesulitan memusatkan perhatian.
Hingga saat ini, penyebab pasti ADHD belum diketahui dengan jelas. Meski demikian, telah diketahui bahwa faktor genetik berperan dalam terjadinya ADHD. Seseorang yang memiliki anggota keluarga yang ADHD, punya risiko lebih tinggi untuk mengalami ADHD juga.
Selain itu, anak yang lahir secara prematur, anak yang lahir dengan berat badan lahir epilepsi atau gangguan otak lainnya juga lebih rentan mengalami ADHD.
Asupan Gula Tetap Harus Dibatasi
Penelitian memang membuktikan bahwa tidak benar gula membuat anak hiperaktif. Namun, konsumsi gula pada anak tetap harus dibatasi. Pasalnya, meski menyebabkan hiperaktif, anak yang mengonsumsi gula secara berlebihan berisiko tinggi untuk mengalami sederet masalah kesehatan berikut ini:
1. Gigi Berlubang
Anak yang terlalu banyak mengonsumsi gula memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami karies gigi. Bila keadaan ini tidak diatasi dan terjadi secara berkelanjutan, gigi berlubang tak bisa dihindari.
Artikel Lainnya: Benarkah Anak Ambidextrous Memiliki Kaitan dengan ADHD?
2. Kekurangan Gizi
Makanan dan minuman yang manis biasanya hanya mengandung sedikit vitamin dan mineral. Oleh karena itu, jika anak hanya mengonsumsi yang manis-manis saja, kebutuhan gizi harian tidak akan terpenuhi sehingga tumbuh kembangnya juga ikut terganggu.
3. Obesitas atau Kelebihan Berat Badan
Makanan dan minuman manis mengandung tinggi kalori, sehingga berisiko menyebabkan obesitas alias kelebihan berat badan pada anak. Bila tidak diatasi, kondisi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi, dan penyakit jantung di kemudian hari.
Apa yang Harus Dilakukan?
Hindari memberi makanan dan minuman yang tinggi gula kepada anak, juga akses mereka pada makanan dan minuman tersebut.
Untuk anak usia 1-3 tahun, batas maksimal pemberian gula tambahan adalah 4 sendok teh per hari. Sementara untuk anak yang berusia 4-18 tahun, maksimal gula tambahan yang diberikan adalah 6 sendok teh per hari.
Sebagai pengganti asupan manis atau mengandung gula, Anda dianjurkan untuk memberikan menu yang kaya protein dan serat seperti sayur dan buah pada anak. Tindakan ini bertujuan agar kebutuhan gizi harian anak terus terpenuhi, sehingga tumbuh kembangnya dapat berlangsung optimal.
Jadi, pastikan anak Anda tidak mengonsumsi gula terlalu banyak. Meski informasi bahwa gula membuat anak jadi hiperaktif tidak benar adanya, mengonsumsi gula berlebih tetap dapat mendatangkan sederet dampak buruk.
Bagi Anda yang punya pertanyaan seputar ADHD atau masalah lainnya, dapat bertanya langsung kepada dokter kami. Gunakan layanan Live Chat dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.
[NWS/ RS]