Diare adalah penyakit yang sangat umum terjadi pada anak, terutama balita. Gangguan pencernaan ini dapat berlangsung selama beberapa hari. Akibatnya, tubuh dapat kekurangan cairan serta garam yang dibutuhkan.
Hal tersebut membuat diare menjadi penyebab kematian balita nomor dua tertinggi di dunia. Selain itu, diare berulang juga dapat terjadi. Hal tersebut berpotensi menyebabkan atau memperburuk malnutrisi pada anak.
Itulah sebabnya, kamu perlu mengenali penyebab diare pada anak agar bisa menghindari kekambuhannya. Berikut daftarnya.
1. Kebersihan Tangan yang Buruk
Penyebab anak diare tersering adalah infeksi, baik akibat virus, bakteri, ataupun parasit. Kontaminasi tersebut dapat terjadi ketika kebersihan tangan tidak dijaga dengan baik.
Penularan dapat terjadi ketika anak yang sakit buang air besar. Anak yang sehat tidak mencuci tangan dengan baik. Lantas, kuman menempel pada benda yang disentuh oleh anak yang sehat.
Karena tidak mencuci tangan sebelum makan atau memasukan tangan ke dalam mulut, kuman pun masuk ke tubuh anak yang sehat.
Artikel lainnya: Mengapa Harus Banyak Minum Air Putih Saat Diare?
2. Keamanan Makanan yang Kurang Diperhatikan
Kuman juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan keamanan makanan.
Bakteri dapat tumbuh jika dibiarkan pada suhu ruang atau berada pada rentang suhu 4-60 derajat Celsius.
Oleh karena itu, jangan meninggalkan makanan pada suhu ruang lebih dari 2 jam, atau 1 jam apabila suhu ruangan mencapai lebih dari 30 derajat Celsius.
Lebih baik, panaskan makanan hingga lebih dari 70 derajat Celsius sebelum dikonsumsi.
Selain menjaga suhu tetap aman, jangan lupa untuk selalu menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat. Keamanan makanan kerap menjadi penyebab kenapa anak sering diare.
3. Sumber Air Minum Tidak Bersih
Selain makanan, air minum yang terkontaminasi kuman dari kotoran manusia atau hewan juga menjadi salah satu penyebab anak sering diare berulang.
Pastikan air minum yang dikonsumsi berasal dari sumber air minum yang bersih, jauh dari septic tank, dan telah dimasak hingga mendidih.
4. Sering Berkumpul dengan Anak-anak Lain
Risiko infeksi meningkat jika anak sering berkumpul dengan anak yang lain, misalnya di day care, terutama apabila kebersihan tangan sulit dijaga.
Memastikan agar anak menjaga kebersihan tangan dan tidak memasukkan tangan yang kotor ke dalam mulut menjadi kunci penting agar anak tidak mengalami diare.
5. Tidak Mendapatkan Vaksinasi Rotavirus
Terkadang, dengan kebersihan tangan yang dijaga, keamanan makanan dan minuman yang sudah baik, infeksi rotavirus pada balita tetap sulit dihindari.
Kondisi ini menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Rotavirus bahkan menjadi penyebab umum diare pada anak dan bayi, utamanya di negara dengan kebersihan lingkungan yang buruk.
Untungnya, infeksi rotavirus bisa dicegah dengan vaksinasi. Vaksin rotavirus diberikan dengan cara diteteskan ke mulut.
Tersedia bentuk vaksin rotavirus dalam dua dosis dan tiga dosis; semuanya harus lengkap sebelum bayi berusia 8 bulan.
Artikel lainnya: Jenis-Jenis Diare yang Perlu Kamu Tahu
6. Malnutrisi dan/atau Defisiensi Mikronutrien
Malnutrisi dan diare rupanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Anak-anak yang meninggal akibat diare sering memiliki kondisi kekurangan gizi. Hal tersebut juga membuat mereka lebih rentan lagi terkena diare.
Di lain sisi, diare memperburuk kondisi kekurangan gizi yang sudah ada. Hal ini terus-menerus menjadi lingkaran yang tak berkesudahan.
Walaupun berat badan dan tinggi badan anak berada pada rentang yang normal, kekurangan zat gizi mikro atau mikronutrien, yaitu vitamin A dan zink juga bisa menyebabkan anak rentan terkena diare.
Untuk mencegah kekurangan vitamin A, anak perlu makan sumber protein hewani, sayuran hijau, serta buah dan sayuran berwarna jingga juga kuning. Apabila diperlukan, konsumsi minum vitamin A juga dianjurkan.
Selain itu, bayi bisa mengalami kekurangan zink sejak usia 6 bulan. Ini terjadi ketika kadar zink pada ASI sudah tidak lagi mencukupi dan MPASI tidak mengandung cukup zink.
Untuk mencegah si kecil kekurangan zinc, berikan menu MPASI atau makanan dari daging sapi, produk susu, telur, dan juga biji-bijian.
7. Terlalu Banyak Cairan
Pada balita, minum terlalu banyak cairan dalam satu hari dapat menyebabkan kotoran lebih lunak atau cair dan buang air besar menjadi lebih sering sehingga terjadi diare. Oleh karena itu, hindari minum cairan yang terlalu banyak.
Pada umumnya, balita membutuhkan tidak lebih dari 6-8 gelas (200 ml) cairan per hari. Cairan di sini termasuk air putih, susu, kuah dalam makanan, dan minuman lainnya.
8. Terlalu Banyak Jus Buah
Anak balita yang terlalu banyak minum jus buah atau minuman kemasan yang manis juga lebih rentan mengalami diare.
Hal ini karena bentuk gula dalam minum tersebut (fruktosa) atau pemanis buatan (sorbitol) tidak dapat diserap dengan baik oleh usus. Senyawa tersebut menyebabkan pengosongan usus menjadi lebih cepat, sehingga menyebabkan diare.
Lebih baik, tawarkan air putih atau susu sebagai sumber cairan untuk anak-anak.
9. Pola Makan Rendah Lemak
Seorang anak, terutama balita, membutuhkan lemak lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Selain dibutuhkan untuk pertumbuhan, lemak juga berfungsi memperlambat pencernaan di dalam usus.
Jika anak kurang mengonsumsi lemak, makanan dalam usus berjalan dengan terlalu cepat sehingga menyebabkan diare.
Makanan yang kaya lemak antara lain adalah susu sapi full fat, yogurt, keju, daging sapi, daging ayam, mentega, margarin, atau makanan yang dimasak dengan minyak seperti minyak zaitun, minyak kelapa, dan lain-lain.
Artikel lainnya: Cara Mengobati Diare dengan Cepat
10. Terlalu Rendah atau Terlalu Banyak Serat
Serat penting untuk menjaga kesehatan usus. Namun, terlalu banyak serat atau terlalu sedikit serat bisa membuat anak-anak mengalami diare.
Serat menyerap air berlebih di dalam usus. Jika anak kurang mengonsumsi serat, kotoran bisa menjadi lebih cair.
Sebaliknya, jika anak dikonsumsi terlalu banyak serat, usus dapat teriritasi dan menyebabkan kotoran menjadi cair.
11. Masalah Medis yang Menjadi Menjadi Penyebab Diare
Beberapa masalah medis bisa jadi penyebab diare kronik atau diare berulang pada anak. Kondisi tersebut antara lain intoleransi laktosa, alergi makanan, penyakit Celiac (intoleransi gluten), inflammatory bowel disease, atau inflammatory bowel syndrome.
Berbagai penyakit ini memerlukan diagnosis dan terapi yang tepat. Jika anak kamu mengalami diare terus-menerus, berkonsultasilah dengan dokter anak, hindari mendiagnosis dan melakukan terapi sendiri.
12. Penggunaan Antibiotik Berkepanjangan atau Berulang Kali
Antibiotik tidak hanya membunuh kuman yang jahat, tapi juga kuman yang baik, termasuk yang ada di dalam usus.
Kuman baik ini berfungsi melawan kuman jahat yang masuk ke dalam usus. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik berkepanjangan atau berulang kali menyebabkan anak lebih retan terkena diare karena jumlah pasukan kuman baik berkurang.
Itulah sebabnya, kamu perlu memastikan penggunaan antibiotik selalu berdasarkan rekomendasi dokter dan benar-benar dibutuhkan.
Ada banyak sekali penyebab diare pada anak. Lingkungan yang bersih dan dukungan dari orang dewasa di sekitarnya dapat membantu anak terhindar dari penyakit ini.
Penting bagi orang tua untuk mengetahui tanda-tanda bahaya ketika anak mengalami diare, misalnya tidak bisa minum dalam beberapa jam, demam tinggi, ada darah di feses, muncul tanda-tanda dehidrasi, dan diare tak membaik dalam beberapa hari.
Jika si kecil menunjukkan tanda-tanda tersebut, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat. Kamu juga bisa tanya dokter online seputar pengobatan diare lewat KlikDokter seputar pengobatan diare. Simak informasi lainnya seputar penanganan diare pada si kecil dengan mengunduh aplikasi KlikDokter.
(HNS/JKT)
Referensi:
WebMD. Diakses 2021. Diarrhea in Children: Causes and Treatments
Hopkinsmedicine.org. Diakses 2021. Diarrhea in Children
American College of Gastroenterology. Diakses 2021. Diarrhea in Children