Autisme adalah kondisi yang dapat memengaruhi perkembangan otak anak. Kondisi ini menyebabkan masalah interaksi sosial, keterampilan komunikasi, keterbatasan dalam pola perilaku.
Baru-baru ini, sebuah penelitian menunjukan bahwa alergi makanan juga dapat memperparah gejala autisme. Benarkah demikian? Simak ulasannya di sini.
Bagaimana Alergi Makanan Memengaruhi Autisme?
Dokter Dyah Novita Anggraini mengatakan beberapa penelitian menunjukan alergi makanan berperan dalam menyebabkan atau memperburuk gejala autisme.
Menurut penelitian dari jurnal Reports of Biochemistry and Molecular Biology, kandungan makanan yang diduga menyebabkan alergi adalah gluten (protein dari gandum) dan kasein (protein dari susu).
“Beberapa jenis makanan bisa memperburuk gejala autis. Gluten dan kasein bisa mengubah protein menjadi peptida yang bisa menyebabkan perburukan sikap pada anak dengan autisme,” ucap dr. Dyah Novita yang senada dengan penelitian.
Artikel Lainnya: Mengenal Lebih Lanjut Cara Mencegah Alergi Makanan pada Anak
Belum ditemukan jelas bagaimana makanan bisa memperburuk gejala autisme. Berdasarkan penelitian yang dipublikasi jurnal Frontiers of Immunology, autisme dapat diakibatkan oleh hilangnya regulasi sistem kekebalan.
Dampak dari kondisi tersebut menyebabkan peningkatan sinyal kimia akibat inflamasi dari sel darah putih.
Diduga bahwa sitokin (bahan kimia akibat inflamasi) bertanggung jawab atas kelainan neurologis yang terlihat pada anak autis.
Studi terbaru menunjukkan, anak-anak autisme merespons makanan tertentu (terutama yang mengandung gluten dan kasein) dengan memproduksi lebih banyak sitokin inflamasi.
Sel darah dari anak autis dikultur dengan berbagai makanan di laboratorium. Berbagai sitokin inflamasi juga diukur dalam penelitian tersebut.
Hasilnya, tingkat sitokin pada tubuh anak autisme jauh lebih tinggi setelah terpapar gluten atau kasein. Hasil ini berlaku ketika dibandingkan dengan tingkat sitokin anak yang tidak mengidap autisme.
Sitokin akibat alergi ini diduga dapat menyebabkan perburukan perilaku pada anak dengan autisme. Akan tetapi, hasil penelitian ini masih harus dikembangkan dengan melakukan studi lanjutan lagi.
Artikel Lainnya: Perdana, Obat untuk Mengatasi Alergi Kacang pada Anak
Lantas, Perlukah Anak Autis Menjauhi Gluten dan Kasein?
Saat ini, belum ada informasi dan penelitian yang mendukung anak autis untuk mengikuti diet atau pola makan bebas gluten dan kasein.
Selain itu, orangtua perlu mengetahui bahwa membatasi makanan bergizi bisa sangat berbahaya.
Pasalnya makanan mengandung gluten dan kasein seperti susu dan gandum dibutuhkan untuk tumbuh kembang anak autis.
Banyak orangtua anak dengan autisme bersedia membatasi makanan agar gejala kondisi buah hatinya dapat membaik.
Akan tetapi, penting untuk berbicara dengan dokter terlebih dahulu jika ingin mencoba membatasi makanan tertentu.
Jika ingin melihat dampak dari diet makanan tertentu kepada anak, cobalah untuk membuat jurnal.
Buat jurnal menggunakan angka antara 1 dan 10 untuk mengurutkan perilaku atau perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah anak mengonsumsi suatu makanan.
Anda mungkin tidak melihat perubahan apa pun dalam semalam atau bahkan beberapa minggu setelah mencoba pola makan yang berbeda pada anak autis.
Itu dia tadi penjelasan mengenai hubungan alergi makanan dan gejala autisme. Jika Anda memiliki pertanyaan lain seputar pola makan anak autis, gunakan fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter.
(OVI/AYU)
Referensi:
- Wawancara dr. Dyah Novita Anggraini.
- Diakses 2022. Debate Continues Over Relationship Between Autism and Allergies.
- Diakses 2022. Allergies More Common in Kids With Autism.
- Very Well. Diakses 2022. The Relationship Between Autism and Food Allergies.
- Reports of biochemistry & molecular biology. Diakses 2022. The evaluation of food allergy on behavior in autistic children.
- Frontiers in Immunology. Diakses 2022. Distinct cytokine and chemokine profiles in autism spectrum disorders.