KlikDokter.com – Rinosinusitis merupakan inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal. Faktor predesposisi tersering penyebab baktetial rinosinusitis adalah infeksi saluran napas bagian atas dan alergi. Namun beberapa faktor lain juga memegang peranan penting sebagai penyebab rinosinusitis.
Secara umum gejala sembuh total. Sinusitis subakut bakterial terjadi dalam waktu 30-90 hari. Sinuitis akut berulang di definisikan sebagai episode multipel dari infeksi sinus, yang berlangsung 7-10 hari (tapi kurang dari 30hari) dan setiap episode memiliki jarak 10 hari tanpa gejala.
Pada anak, diagnosis rinosinusitis sulit ditegakkan, kerena anak cenderung tidak koperatif saat pemeriksaan. Nyeri pada wajah dan malaise merupakan gejala utama yang sering di temukan pada bayi, namun yang terlihat adalah anak menjadi iritasi dan letargi. Pada anak yang lebih besar, hidung tersumbat, ingus purulen, batuk pada malam dan siang hari, nyeri pada wajah, gangguan penciuman dan malaise, juga dilaporkan gejala lain yang tidak khas berupa bengkak oada mata saat bangun tidur, halitosis, demam dan sakit kepala.
Demam yang timbul akhibat rinosinusitis akut dapat mencapai >39 derajat celcius.
Pemeriksaan fisik rutin dilakukan untuk melihat bengkak dan sekret pada hidung, pada anak yang koperatir akan dilakukan kultur sekret hidung. Pemeriksaan adenoid menjadi penting untuk dilakukan karena adenoid yang membesar menjadi sakah satu penyebab hidung tersumbat dan ingus. Pemeriksaan radiologis berupa fito polos jarang membantu CT scan dilakukan pada kasus yang refrakter dengan pengobatan dan pada saat oertimbangan diperlukan operasi.
Rinosinusitis dapat dipengaruhi oleh:
1. Alergi
Alergi dapat merupakan salah satu faktor yang memegang persnan penting pada anak dengan rinosinusitis berulang, yang gagal di terapi dengan antibiotik. Pada anak dengan riwayat alergi (baik inhalan maupun ingestan), asma atau keluarga atopi harus di informasikan pada saat anamnesis. gejala sperti sumbatan hidung, batuk dan perubahan perilaku dapat ditemukan pada kedua penyakit baik alergi maupun bakterial. Gejala sinusitis disertai gejala lain seperti hidung tersumbat, gatal, konjungtivitis, bersin. Anak dengan riwayat alergi pada kedua orang tua memiliki kemungkinan 50-70% kemungkinan manifestasi alergi. Namun 13% anak tanpar riwayat orangtua penderita alergi memiliki hasil test alergi positif.
Pada kasus rinosinusitis yang refrakter dengan pengobatan, test alergi sebaiknya dilakukan.
2. Hipertofi Adenoid
Pembesaran adenoid menyebabkan gejala rinosinusitis yang sulit hilang, hal ini terjadi karena lendir statis di rongga hidung yang tertumpuk akibat sumbatan, terutama pada anak kecil yang belum dapat membuang ingus. Lendir menjadi terinfeksi sehingga ingus menjadi purulen.
Sumbatan hidung menghasilkan tipikal "adenoid fasies" seorang anak secara konstan bernapas melalui mulut terbuka.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan fisik menggunakan nasoendoskopi atau rontgen leher lateral. Penelitian menyarankan untuk melakukan adenoidektomi pada anak dengan rinosinusitis kronik, dan menunjukan perbaikan 79% gejala.
3. Esophageal refluks
Esofageal refluks memegang peranan penting sebagai salah satu faktor predesposisi penyakit inflamatori akut dan kronik pada saluran napas. Penelitian menggunakan double lumen pH probe mengkonfirmasi asam lambung pada anak dapar meningkat hingga mencapai nasofaring pada anak dengan rinosinusitis kronik. Anak jarang mengeluhkan keluhan refluks gastroesofagus seperti heartburn, regurgitasi, rasa mengganjal, rasa pahit atau asam di mulut dan diperkirakan 50% mengalami "silent refluks". Delapan puluh sembilan persen pasien anak tanpa disertai penyakit imunitas dan kelainan anatomi sembuh dalam 2 tahun.
4.Pajanan lingkungan
Lingkungan yang padat meningkatkan risiko infeksi saluran napas dan otitis media pajanan terhadap rokok meningkatkan risiko otitis media dan infeksi saluran napas.