Akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk memboyong keluarga Anda menikmati liburan. Salah satu lokasi liburan yang digemari keluarga adalah kawasan gunung. Bagi yang tidak memiliki anggota keluarga di bawah umur, tentu mudah untuk mengatur perjalanan untuk mendaki gunung. Namun, bagaimana jika Anda memiliki bayi sedangkan Anda sangat ingin menikmati suasana pegunungan? Apakah membawa si Kecil naik gunung cukup aman dilakukan?
Menurut Suzanne Dixon, seorang dokter anak, dilansir dari Baby Center, hal utama yang harus Anda perhatikan adalah, bayi Anda tidak memiliki masalah kesehatan khusus dan berusia di atas 3 bulan.
“Bayi di bawah 3 bulan belum memiliki paru-paru yang cukup matang untuk mengatasi stres pada kondisi ketinggian,” kata Dixon. Jadi, tunggulah sampai bayi Anda melampaui usia itu untuk melakukan perjalanan bersama Anda.
Hal lain yang harus diperhatikan
Selain usia dan kesehatan, dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter menambahkan, “Yang harus diingat orang tua saat naik gunung adalah tekanan udara yang berbeda. Nah, organ yang paling sering terpengaruh adalah telinga. Ini sama seperti bayi saat naik pesawat. Karena masih sensitif, telinga bayi bisa terasa pengang sehingga bayi rewel.”
Jika perbedaan tekanan udara besar, apalagi bila naik gunung terlalu tinggi, gendang telinga bisa ruptur (pecah). Menurut dr. Sepriani, hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang permanen atau jangka panjang.
Untuk mengatasi hal itu, Dixon menyarankan Anda untuk merencanakan perjalanan dengan sering berhenti di beberapa titik. Dengan begitu, bayi Anda punya beberapa saat untuk menyesuaikan diri dengan ketinggian dan tekanan.
Waspadai juga saat bayi lemas, mengantuk, tidak mau minum ASI, atau ada tanda-tanda hipoksia (biru di ujung jari kaki tangan dan bibir). dr. Sepriani mengatakan, “Kalau ini terjadi, segera turun ke daerah lebih rendah dan minta pertolongan dokter.”
Selain itu, ada beberapa hal lain yang wajib Anda perhatikan dan siapkan sebelum memboyong si Kecil dalam perjalanan naik gunung, seperti:
1. Suhu dingin
Semakin tinggi lokasi, suhu cenderung bertambah dingin. “Untuk itu, pastikan membawa dan memakaian beberapa lapisan pakaian hangat agar bayi Anda nyaman,” kata Dixon.
2. Sinar matahari lebih intens
Jangan lupa, paparan sinar matahari di lokasi yang lebih tinggi biasanya lebih intens. Jadi, jangan lupa untuk mengoleskan tabir surya khusus bayi. Tutupi juga kepalanya dengan topi lebar.
3. Penuhi kebutuhan cairan
Menurut Dixon, kebutuhan cairan juga akan meningkat di tempat yang lebih tinggi. Karena itu, susui bayi Anda sesering mungkin. Atau berikan tambahan susu formula atau cairan setiap hari saat Anda berada di ketinggian yang lebih tinggi.
4. Level oksigen
Kondisi level oksigen di daerah ketinggian juga sangat perlu Anda perhatikan. “Makin ke atas (gunung) kadar oksigen makin tipis. Bukan cuma bayi, bahkan orang dewasa juga bisa terkena dampaknya dari kondisi ini. Dalam situasi dimana level oksigen menipis, bayi akan sesak dan rewel,” dr. Sepriani menjelaskan.
5. Akses ke layanan kesehatan
Hal lain yang perlu Anda pertimbangkan mengenai perjalanan ini adalah akses menuju ke layanan kesehatan. Itu karena beberapa gangguan kesehatan, seperti sakit telinga yang sederhana, dapat berubah menjadi masalah besar jika bantuan tidak tersedia. Ini adalah salah satu tindakan preventif yang penting.
Konsultasikan dulu ke dokter
Sebelum Anda melakukan aktivitas naik gunung bersama keluarga termasuk mengajak si Kecil, berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter spesialis anak. Dokter akan menilai kondisi dan kesiapan bayi Anda, apakah sudah memungkinkan bayi pergi ke tempat yang beda tekanan.
“Dokter akan menilai berdasarkan kematangan organnya. Usia 1-3 bulan biasanya bayi belum bisa diajak pergi jauh. Sebab, paru-paru bayi belum sempurna, sistem pengaturan suhunya juga belum matang,” ujar dr. Sepriani.
Jika Anda berencana mengajak serta si Kecil dalam perjalanan naik gunung, pastikan bayi sudah berusia di atas 3 bulan dan tidak memiliki masalah kesehatan. Jika bayi Anda memiliki masalah pada jantung atau paru-paru atau lahir prematur, Anda harus mempertimbangkan kembali perjalanan ini. Dan yang terpenting, berkonsultasilah dengan dokter anak untuk tahu kemampuan anak dalam hal menoleransi ketinggian.
[RVS]