Sudah bukan rahasia lagi jika Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus demam berdarah terbanyak di Asia Tenggara. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini dapat menyerang orang segala usia, tak terkecuali anak-anak.
Hanya saja pada kenyataannya, ternyata anak usia sekolah lebih rentan terkena virus yang mudah merajalela setiap musim hujan. Anak berusia 7–12 tahun adalah kelompok yang paling berisiko akan virus ini berdasarkan data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Tanda dan gejala demam berdarah meliputi demam tinggi mendadak, tampak ruam atau bintik merah, kehilangan nafsu makan, mimisan atau perdarahan di gusi disertai nyeri sendi. Tidak jarang, kondisi ini juga dapat menimbulkan komplikasi yang berujung pada kematian.
Artikel Lainnya: Mitos dan Fakta Soal Demam Berdarah Dengue
Penelitian Kondisi di Sekolah
Berdasarkan penelitian, jadwal sekolah yang begitu padat dari pagi hingga sore hari ditambah lokasi kaki anak yang ada di bawah gelapnya meja merupakan kesempatan bagi nyamuk ini bergerak bebas.
Pada studi tersebut, anak-anak tengah berada di jam sekolah. Secara perjalanan, virus pada penyakit ini diawali dengan gigitan nyamuk Aedes aegypti yang bergerak aktif saat pagi hingga sore hari.
Bagaimanapun juga mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, cobalah untuk lebih sadar dalam menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas genangan air. Terapkan juga 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup penampungan air, dan mengubur barang bekas.
Selain itu, pemberian vaksin Dengue juga dapat dilakukan untuk mencegah demam berdarah. Vaksin ini bisa diberikan kepada anak usia 9–16 tahun sebanyak 3 kali dengan jarak pemberian 6 bulan.
[RS/ RVS]