Tak perlu menunggu adanya keluhan, medical check-up biasa dijalani orang dewasa untuk mengetahui status kesehatan dan adakah risiko penyakit tertentu. Namun, perlukah anak juga menjalani medical check-up?
Medical check-up secara ringkas dapat disebut cek kesehatan rutin. Ini adalah serangkaian pemeriksaan baik melalui anamnesis (wawancara dokter), pemeriksaan fisik, maupun dengan pemeriksaan penunjang seperti cek darah, foto rontgen, Ultrasonografi (USG), dan sebagainya.
Medical check-up penting untuk anak?
Pada anak-anak, anggapan “masih sehat” sering kali menempel di pikiran para orang tua. Karena itu, anggapan kalau kondisi penyakit, seperti kolesterol, diabetes, penyakit jantung, tidak akan terjadi pada anak. Padahal, usia yang lebih muda juga mempunyai risiko penyakit yang berbeda tergantung dengan usianya.
Selanjutnya, medical check-up pada bayi, anak-anak, atau bahkan remaja tak kalah penting untuk dilakukan, utamanya untuk memantau pertumbuhan, perkembangan, dan status gizi. Selain itu, penyakit bawaan lahir dan penyakit lain yang belum terdeteksi juga perlu disaring kemungkinannya.
Pemeriksaan rutin ini bisa Anda lakukan ketika si Kecil memasuki usia 2 minggu, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 9 bulan, 12 bulan, 18 bulan, serta 24 bulan. Di atas usia itu, setidaknya medical check-up dapat dilakukan setahun sekali sesuai keperluan.
Berikut adalah pemeriksaan yang bisa dokter lakukan sebagai bentuk medical check-up pada anak-anak.
-
Pertumbuhan dan status gizi
Pemeriksaan rutin untuk tinggi dan berat badan anak memang bisa Anda lakukan sendiri. Namun, pada saat medical check-up, dokter akan mengonversikan angka pengukuran yang didapat dalam bagan untuk melihat pertumbuhan dan status gizi anak Anda.
Status gizi anak juga dipengaruhi oleh asupan yang dikonsumsi dan makanan pendamping ASI pada bayi usia 6 bulan. Medical check-up juga berguna untuk mendeteksi apakah ada hambatan pertumbuhan yang dapat menyebabkan stunting.
Selain itu, anak yang kurus dan kurang konsumsi daging kerap mengalami anemia defisiensi besi. Hal ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan darah rutin untuk melihat kadar hemoglobin (Hb) anak.
-
Perkembangan
Medical check-up juga membantu orang tua untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia tertentu, anak sudah seharusnya dapat melakukan sesuatu sesuai dengan usianya.
Misalnya, pada usia 4 bulan sudah bisa mengangkat kepala, usia 9 bulan sudah mulai bisa mengucap “mama”, dan usia 12 bulan bisa berdiri. Ketika ada perkembangan yang terhambat, dokter akan memberikan saran untuk stimulasi yang harus diberikan agar keterlambatan perkembangan tersebut tidak menjadi permanen.
-
Pendengaran dan penglihatan
Jika ada gangguan pada pendengaran dan penglihatan pada bayi, sering kali orang tua tidak menyadarinya. Padahal jika gangguan ini berlangsung terus karena tidak terdeteksi akan menyebabkan tuli atau kebutaan yang permanen.
Saat medical check-up anak, pemeriksaan untuk pendengaran bayi dengan otoacoustic emission (OAE) dan penglihatan pada bayi prematur, disarankan untuk dilakukan.
-
Status imunisasi
Salah satu bentuk medical check-up yang banyak dilakukan juga adalah melakukan imunisasi guna mencegah penyakit akibat virus atau bakteri yang dapat dengan mudah dicegah dengan tindakan ini.
-
Hipotiroid
Hipotiroid bawaan harus dapat dideteksi agar bisa dicegah. Penyakit akibat kurangnya hormon tiroid ini mengakibatkan menurunnya fungsi metabolisme tubuh sehingga pertumbuhan dan perkembangan jadi terhambat. Bila tidak tepat ditangani, gangguan ini dapat menyebabkan retardasi mental.
Medical check-up pada anak ternyata tidak kalah penting dibanding orang dewasa. Selain untuk mengantisipasi risiko penyakit, medical check-up dapat membantu mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil. Untuk itu, tidak ada salahnya Anda membawa anak secara berkala untuk cek kesehatan rutin untuk tumbuh kembang yang optimal.
[HNS/ RVS]