Sejak kemunculannya, makanan cepat saji atau fast food dengan cepat menjadi idola. Rasa yang enak, praktis, dan mudah didapat dimana-mana membuat fast food kerap dijadikan pilihan, tak terkecuali oleh para orang tua. Saat anak susah makan atau sedang dalam perjalanan, fast food menjadi solusi yang mudah dan hampir pasti disukai anak. Padahal, konsumsi fast food yang terlalu sering punya efek tak baik pada tumbuh kembang anak.
Seperti yang telah Anda ketahui, fast food mengandung kadar garam, gula, kalori, dan lemak jenuh yang tinggi. Dalam satu sajian saja, kadar keempat kandungan tersebut sudah lebih dari batas maksimal harian anak. Hal ini akan membuat anak rentan alami kelebihan berat badan (obesitas), yang mana fakta tersebut telah dibuktikan oleh berbagai penelitian ilmiah.
Berbagai dampak buruk konsumsi fast food pada tumbuh kembang anak
Ini adalah alasan mengapa Anda tak disarankan untuk memberikan anak makanan cepat saji terlalu sering.
-
Lebih rentan alami obesitas
Anak yang sering mengonsumsi fast food risikonya lebih tinggi untuk mengalami obesitas dibandingkan mereka yang mengonsumsi makanan rumah yang lebih sehat.
-
Membuat pola makannya jadi tak sehat
Tidak berhenti di situ, kebiasaan makan fast food juga bisa membuat anak tidak gemar minum susu, makan buah, sayur, dan makanan tinggi serat lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan The Prevention Institute, hampir 40 persen anak memiliki pola makan yang tidak sehat, yaitu tinggi lemak dan gula. Hanya 21 persen anak usia 6-19 tahun yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai rekomendasi harian. Ini bisa membuat anak rentan mengalami konstipasi.
-
Ancaman penyakit metabolik kronis
Tak hanya itu, pola makan rendah serat biasanya akan diikuti dengan kebiasaan tak sehat lainnya, seperti jarang berolahraga. Faktor-faktor tersebut akan meningkatkan risiko anak mengalami berbagai penyakit metabolik kronis saat ia dewasa nanti, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi, penyakit gula (diabetes).
-
Anak rentan alami kerusakan gigi dan osteoporosis
Fast food miskin kandungan mikronutrien seperti kalsium, zink, dan vitamin. Padahal, zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi anak. Kekurangan berbagai mikronutrien tersebut akan membuat anak rentan alami kerusakan gigi dan osteoporosis (tulang keropos).
-
Penurunan prestasi
Dari sisi perkembangan anak, fast food dapat mengancam kemampuan kognitif dan kecerdasannya. Pola makan memang berkaitan erat dengan kemampuan berpikir anak.
Hal ini telah dibuktikan oleh banyak studi ilmiah. Anak yang mengonsumsi fast food empat sampai enam kali dalam seminggu memiliki nilai matematika, bahasa, dan sains 20 persen lebih rendah dibanding mereka yang tidak mengonsumsi fast food sama sekali. Kadar gula yang tinggi dalam fast food (terutama dalam minuman), menyebabkan anak sulit fokus dan konsentrasi, cenderung lemas (letargik), dan rendahnya pastisipasi di kelas.
-
Emosi anak menjadi tidak stabil
Lebih jauh lagi, kebiasaan makan fast food akan membuat emosi anak cenderung tidak stabil, menurunkan rasa percaya diri, bahkan memicu depresi, seperti yang tercatat dalam sebuah penelitian yang dimuat di American Family Physician.
Melihat berbagai fakta di atas, sebaiknya Anda mulai membatasi asupan fast food pada anak. Kalaupun ingin mengonsumsi fast food, imbangi dengan beberapa trik seperti pilih air putih dibandingkan minuman bersoda saat memilih minuman, pilih menu makanan yang dipanggang ketimbang yang digoreng, dan dorong anak untuk mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga.
Fast food dapat merugikan anak baik untuk pertumbuhan maupun perkembangan anak. Kebiasaan makan makanan cepat saji bahkan dapat menimbulkan efek jangka panjang. Karena itu, mulailah batasi sejak dini, bangun kebiasaan makan sehat, dan jadilah teladan pola hidup sehat bagi anak Anda.
(RN/ RVS)