Sindrom asperger merupakan salah satu tipe gangguan neurologis yang mungkin belum sering didengar oleh masyarakat luas. Biasanya, kata “autis” yang lebih umum terdengar bila membicarakan seputar hal ini.
Sebenarnya, samakah autisme dengan sindrom asperger? Ternyata tidak lho. Mari kita bahas lebih lanjut.
Apa Itu Sindrom Asperger?
Berbeda dengan anak yang memiliki kondisi autisme, anak dengan sindrom asperger tidak terlihat begitu berbeda dengan teman seusianya. Mereka bisa memiliki kecerdasan yang sama, atau bahkan melebihi teman sepantarannya.
Namun, anak dengan sindrom asperger memiliki masalah dalam kemampuan bersosialisasi dengan orang lain. Tidak jarang mereka lebih memilih untuk menyendiri dibandingkan berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak tahun 2013, The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-5) telah mengubah klasifikasi sindrom asperger. Sebelumnya, sindrom asperger menjadi diagnosis penyakit sendiri, namun kini termasuk di dalam kategori autism spectrum disorder (ASD).
Kondisi yang dialami anak dengan sindrom asperger lebih ringan dibandingkan autisme. Sehingga, sindrom asperger sering disebut dengan ASD tanpa gangguan intelektual maupun bahasa.
Berdasarkan penelitian, anak laki-laki memiliki kecenderungan mengalami sindrom asperger sebanyak 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan anak perempuan.
Lalu, kondisi sindrom asperger lebih sering ditemukan pada usia 5-9 tahun. Namun, terdapat beberapa kasus di mana anak bisa terdiagnosis pada usia tiga tahun.
Artikel lainnya: 9 Hal yang Sering Dikira Autisme
Tanda Sindrom Asperger pada Anak
Sebagai orang tua, sangat penting untuk terus peka terhadap tumbuh kembang anak.
Kurva pertumbuhan sering diperiksa saat ke posyandu atau dokter spesialis anak. Sedangkan untuk perkembangannya, orang tua harus memahami apakah ada keterlambatan dalam perkembangan anak di usianya.
Secara umum, anak dengan sindrom asperger memiliki keterbatasan dalam interaksi sosial, bicara, ekspresi wajah, dan cara bersikap lainnya.
Berikut adalah tanda-tanda yang bisa ditemukan pada anak dengan sindrom asperger:
- Interaksi sosial yang tidak sesuai atau sedikit.
- Hanya ingin berbicara mengenai topik tertentu.
- Tidak memahami emosi dengan baik.
- Memiliki mimik wajah atau tidak seekspresif anak lain seusianya.
- Intonasi nada yang dikeluarkan saat berbicara terdengar berbeda (lebih datar atau bernada tinggi, suara terlalu kecil atau terlalu besar).
- Tidak menggunakan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh dan ekspresi wajah).
- Tidak menyukai adanya perubahan kecil dalam rutinitas setiap hari.
- Mudah mengingat informasi dan fakta.
- Ceroboh, gerakan yang tidak terkoordinasi, sulit menulis.
- Sulit mengatur emosi (mudah tantrum).
- Tidak memahami perasaan atau pandangan orang lain.
- Terlalu sensitif terhadap cahaya, suara, dan tekstur tertentu.
Jika anak Anda memiliki beberapa tanda di atas, maka jangan ragu berkonsultasi dengan dokter spesialis anak. Sehingga, dapat diperiksa secara menyeluruh dan kemungkinan adanya sindrom asperger bisa disingkirkan.
Bila benar ada, deteksi dini dapat membantu penanganan lebih cepat dan maksimal bagi anak, agar komplikasi lainnya bisa dihindari.
Artikel lainnya: Kenali Perbedaan Asperger dan Autisme
Bisakah Sindrom Asperger Dicegah?
Hingga saat ini, penyebab sindrom asperger masih belum diketahui. Ada kecurigaan bahwa terdapat permasalahan genetik maupun gangguan otak yang mendasari.
Tenang, sindrom asperger tidak disebabkan oleh pola asuh yang buruk, kok. Namun, kondisi ini diakibatkan oleh gangguan neurobiological yang memengaruhi perkembangan otak.
Meski tidak dapat dicegah, berbagai upaya dapat dilakukan untuk membantu mengatasi sindrom asperger. Tapi, hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan anak dengan gangguan tersebut.
Berikut terapi yang dapat diberikan pada anak dengan sindrom asperger:
- Pelatihan kemampuan sosial.
- Dukungan perilaku.
- Terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy).
- Pelatihan dan edukasi bagi orang tua.
- Terapi berbicara dan bahasa.
- Kelas edukasi khusus.
- Pengobatan.
Sampai sekarang, sindrom asperger memang belum dapat disembuhkan. Namun, dengan menyadarinya sedini mungkin, kebutuhan anak dengan sindrom ini dapat terbantu untuk dipenuhi.
Dalam hal ini, orang tua memiliki peranan penting untuk terus ada dan memberi dukungan bagi anak. Bila Anda memiliki pertanyaan seputar sindrom asperger atau gangguan lainnya, bisa konsultasi dengan dokter lewat Live Chat di aplikasi KlikDokter!
(FR/RPA)