Imunisasi telah terbukti dapat menurunkan angka kejadian berbagai penyakit infeksi secara drastis. Walaupun terkadang orang tua khawatir tubuh anak bengkak setelah diimunisasi.
Salah satu kisah sukses vaksin adalah vaksin smallpox atau cacar. Cacar menjadi penyakit yang ditakuti karena penyebarannya yang cepat dan komplikasinya yang mematikan. Namun, sejak vaksin cacar pertama kali diberikan, kasus penyakit ini tidak ditemukan lagi saat ini.
Selain cacar, ada banyak penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Itulah sebabnya, pemerintah menjadikan imunisasi sebagai program wajib untuk setiap anak.
Meski demikian, imunisasi dapat menimbulkan sejumlah efek samping, layaknya pemberian obat atau tindakan medis lainnya. Salah satu yang kerap dikeluhkan adalah bengkak di area suntikan pasca imunisasi.
Munculnya Bengkak Usai Anak Mendapatkan Imunisasi
Bengkak setelah imunisasi termasuk ke dalam KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. KIPI adalah setiap keluhan atau gejala apapun yang terjadi usai imunisasi. Umumnya KIPI terjadi karena adanya interaksi antara zat.
Gejala KIPI sendiri bervariasi. Mulai dari reaksi lokal seperti bengkak di area suntikan, pembesaran kelenjar getah bening di sekitar lokasi penyuntikan, serta nyeri dan pegal. Sedangkan reaksi umum yang biasanya muncul seperti demam, reaksi alergi, bentol atau biduran, kejang, sesak napas, dan sebagainya.
Bengkak sendiri termasuk dalam reaksi lokal yang sifatnya ringan. Umumnya, dapat disertai gatal dan nyeri, serta kemerahan selama beberapa hari. Gejala tersebut jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Orang tua atau pengasuh di rumah dapat mengatasinya dengan kompres hangat di area tersebut untuk mengurangi bengkak serta nyeri yang timbul. Namun, umumnya tanpa dilakukan tindakan apapun, bengkak akan berkurang dengan sendirinya.
Apabila bengkak menetap hingga tiga minggu atau disertai gejala lain seperti terasa hangat saat diraba dan bernanah, sebaiknya Anda membawa anak ke dokter. Karena gejala tersebut sudah mengarah pada adanya infeksi. Untuk kondisi tersebut, perlu diberikan pengobatan yang sesuai dengan penyebab infeksinya.
Kapan Harus ke Dokter?
Ada beberapa kondisi yang harus Anda waspadai dan menjadi ‘alarm’ untuk membawa anak ke dokter. Kondisi tersebut antara lain adalah:
- Reaksi alergi berat atau yang disebut anafilaksis. Gejala anafilaksis adalah gatal, ruam kemerahan di seluruh tubuh, bentol-bentol di kulit, bengkak di bibir, mulut, dan wajah, sesak napas, dan penurunan tekanan darah .
- Reaksi sistem saraf pusat, seperti kejang dan penurunan kesadaran.
- Demam yang sangat tinggi, hingga mencapai 40-410C yang tidak membaik dalam beberapa hari dan tidak turun dengan pemberian obat penurun panas.
- Nyeri dan kaku otot dan sendi yang menyebabkan anak sulit bergerak .
- Infeksi paru, seperti pneumonia dengan gejala batuk, sesak napas berat, serta demam tinggi.
Apabila anak mengalami salah satu gejala di atas setelah imunisasi, sebaiknya Anda membawanya ke dokter untuk mendapat penanganan segera.
Meski demikian, jangan sampai gejala KIPI yang berat di atas membuat Anda enggan membawa si Kecil untuk mendapatkan imunisasi. Sebab, KIPI yang berat cukup jarang terjadi. Dan kalau pun terjadi dengan penanganan yang tepat dan cepat akan dapat diatasi secara optimal oleh dokter.
Sebagian besar reaksi setelah imunisasi, termasuk bengkak, sifatnya ringan dan dapat membaik dengan sendirinya serta tidak mengganggu tumbuh kembang anak. Imunisasi tetap menjadi pilihan terbaik dan paling menguntungkan bagi anak karena dapat memberikan perlindungan dari berbagai penyakit.
[NP/ RH]