Demensia merupakan sekumpulan gejala yang menunjukkan penurunan kemampuan berpikir, daya ingat, berbicara dan bertingkah laku.
Orang dengan demensia sering mengalami kesulitan dalam berinteraksi, memecahkan masalah, merencanakan sesuatu, dan melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan logika berpikir.
Keadaan ini bersifat progresif, artinya semakin lama semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya, mereka menjadi tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari.
Demensia kerap dihubungkan dengan orang lanjut usia (lansia). Namun ternyata, kondisi ini juga dapat dialami oleh seluruh usia termasuk anak-anak.
Secara fisik anak bisa saja terlihat sehat, akan tetapi kemampuan berpikir dan fungsi kognitifnya tidak berjalan dengan normal. Lantas, apa penyebab dan gejala demensia pada anak? Bagaimana cara untuk mencegahnya?
Artikel lainnya: Punya Pikiran Negatif Bisa Tingkatkan Risiko Demensia
Penyebab Demensia pada Anak
Demensia dapat disebabkan oleh beberapa penyakit yang memengaruhi kondisi otak.
Sejauh ini terdapat lebih dari 70 jenis gangguan genetik yang bisa memicu demensia, di antaranya inborn errors of metabolism, gangguan lisosomal, leukodistrofi, dan sebagainya.
Selain karena genetik, berikut adalah beberapa penyebab demensia yang paling sering ditemukan:
- Neuronal ceroid lipofuscinosis (NCL)
- Tumor atau cedera otak
- Ensefalitis
- Hipotiroidisme kongenital (rendahnya kadar hormon tiroid sejak lahir)
- Keracunan timbal
- Penyakit Niemann-Pick
- Penyakit Batten.
Artikel lainnya: Kebiasaan Buruk Penyebab Demensia atau Pikun
Gejala Demensia pada Anak
Gejala demensia pada tiap anak dapat berbeda-beda, tergantung dari penyebabnya. Akan tetapi, secara umum anak yang mengalami demensia akan menunjukkan gejala-gejala berikut ini:
- Penurunan daya ingat, seperti sering lupa, menceritakan atau menanyakan hal yang sama berulang kali, sulit belajar terutama dalam menghafal.
- Kehilangan keterampilan intelektual, contohnya kemampuan untuk memecahkan masalah. Terlihat dari cara bermain seperti permainan puzzle, mengisi teka-teki, berhitung, dan sebagainya. Gangguan ini semakin lama semakin berat, sehingga anak tidak mampu mempelajari hal-hal baru.
- Disorientasi atau kebingungan terhadap tempat, waktu, dan orang.
- Mengalami gangguan atau penurunan fungsi berbahasa, seperti sulit berbicara, menggabungkan kata-kata, atau memahami pembicaraan. Kelainan bisa terjadi baik dalam bahasa verbal maupun non-verbal.
- Kesulitan dalam konsentrasi, memahami suatu hal terutama yang membutuhkan pemikiran kompleks, belajar, dan komunikasi.
- Gangguan perilaku dengan berhalusinasi atau memiliki keyakinan tertentu, perubahan mood, sering menangis, cemas atau takut tanpa alasan yang jelas, tidak bisa mengontrol emosi, kebersihan pribadi buruk, dan ceroboh.
- Beberapa anak dapat disertai masalah kesehatan, seperti kejang, kehilangan fungsi penglihatan dan pendengaran, masalah pada tulang, sendi, jantung, sistem pernapasan atau pencernaan.
Artikel lainnya: Belajar Bahasa Asing Efektif untuk Mencegah Demensia, Benarkah?
Perlu diketahui, kehilangan daya ingat tanpa disertai gangguan lain tidak serta-merta menjadi pertanda bahwa anak mengalami demensia.
Untuk bisa dikatakan demensia, paling sedikit ada dua gangguan fungsi kognitif yang jelas, tanpa disertai hilangnya kesadaran.
Bisakah Dicegah?
Sebagian penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik dan metabolik tidak dapat dicegah, namun bisa dideteksi dini dengan pemantauan tumbuh kembang secara rutin ke dokter.
Sebagian penyebab lainnya selain genetik seperti akibat infeksi otak dan keracunan timbal dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat, memelihara imunitas tubuh dan kebersihan lingkungan.
Penyakit hipotiroid juga dapat dicegah dan dideteksi dini sejak bayi baru lahir serta ditangani lebih cepat sebelum gejala semakin parah.
Pada anak dengan demensia, pengobatannya tergantung pada akar penyebabnya.
Kasus demensia pada anak yang bersifat progresif—memburuk dengan cepat—belum bisa disembuhkan, dan sulit diperlambat perburukannya. Akan tetapi, beberapa jenis terapi dapat mengurangi gejalanya.
Oleh karena itu, orang tua harus tetap waspada dan diharapkan mampu mengenali gejalanya sedini mungkin. Dengan begitu, anak akan memperoleh perawatan dan dukungan yang tepat.
Apabila Anda masih ingin tahu seputar demensia pada anak, konsultasikan lewat Live Chat dengan dokter. Dapatkan info penyakit dan penanganannya hanya di aplikasi KlikDokter.
[RS]