Memiliki anak yang tidak susah makan tentu sangat menyenangkan (dan melegakan). Anda tidak perlu repot-repot memaksanya makan ataupun membelikan suplemen multivitamin agar kebutuhan gizinya terpenuhi.
Tapi meskipun masih muda, porsi makan anak juga perlu diperhatikan, bukan berarti mereka boleh makan dengan semaunya. Sejak masih kecil, anak harus dilatih untuk menjaga pola makan dan memilih jenis makanan yang dikonsumsi. Apabila orangtua lepas tangan dan membiarkan anak makan makanan sekehendak hatinya, kebiasaan tidak sehat ini akan terus dibawa oleh anak hingga dewasa nanti.
Pola makan tidak sehat yang telah dilakoni sejak kecil dapat menyebabkan berbagai penyakit saat ia menginjak usia dewasa muda, seperti kolesterol tinggi, darah tinggi, dan diabetes. Selain itu, kegemukan akibat pola makan tidak terkontrol juga bisa menimbulkan masalah sosial pada anak, seperti dikucilkan dalam pergaulan, malu dan rendah diri, di-bully oleh teman, serta memiliki keterbatasan dalam aktivitas dan olahraga.
Kolesterol Tinggi
Tidak hanya orang dewasa yang dihantui oleh kolesterol tinggi, anak-anak juga bisa mengalaminya. Kolesterol yang berlebihan di dalam darah dapat membentuk plak yang menyumbat pembuluh darah arteri, sehingga bisa menyebabkan serangan jantung dan stroke.
Begitu seriusnya masalah tersebut, hingga American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar pemeriksaan kadar kolesterol pertama dilakukan pada anak usia 9-11 tahun, dilanjutkan dengan pemeriksaan kedua pada usia 17-21 tahun.
Pemeriksaan tersebut sangat penting dilakukan, terutama bagi mereka yang memiliki orangtua atau keluarga dengan riwayat kolesterol dan penyakit jantung pada usia muda (di bawah 55 tahun untuk pria dan 65 tahun pada wanita).
Selain keturunan, faktor-faktor yang memengaruhi kadar kolesterol dalam darah anak adalah pola makan dan berat badan.
Untuk mencegah dan mengobati kolesterol yang masih ringan, anak-anak disarankan untuk meningkatkan aktivitas fisik dengan berolahraga selama 60 menit setiap hari. Anda juga harus mengatur pola makan anak, dengan mengurangi total lemak dalam menu sehari-hari menjadi hanya 30% dari kebutuhan kalori total.
Apabila dengan modifikasi gaya hidup tersebut kolesterolnya belum juga turun, barulah dipikirkan opsi lain dengan mengonsumsi obat kolesterol.
Darah Tinggi
Penyakit darah tinggi juga bukan merupakan monopoli orang dewasa. Anak yang memiliki keturunan keluarga dengan darah tinggi, memiliki berat badan berlebih, menjalani pola makan tidak sehat, dan memiliki penyakit jantung dan ginjal akan lebih rentan terkena hipertensi.
Darah tinggi pada anak tidak bisa diremehkan, karena menurut berbagai penelitian, anak yang obesitas dan memiliki hipertensi akan mengalami penyempitan pembuluh darah arteri pada usia 30 tahun.
Oleh karena itu, pastikan agar ia mengonsumsi makanan sehat dengan kandungan garam yang seimbang, menghindari makanan yang diproses dan makanan cepat saji, berolahraga teratur, dan menjaga berat badan ideal.
Apabila diperlukan, dokter juga akan memberikan obat untuk mengontrol tekanan darah jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil.
Diabetes
Dahulu, diketahui bahwa anak menyandang diabetes atau kencing manis akibat faktor genetik. Namun, kini telah banyak ditemukan anak-anak yang menyandang diabetes tipe 2 – jenis yang biasanya diderita oleh orang dewasa – disebabkan oleh faktor diet dan gaya hidup.
Dengan kata lain, anak akan lebih berisiko terkena diabetes apabila ia memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, kelebihan berat badan, pola makan tidak sehat, dan kurang berolahraga.
Untuk mencegah dan mengatasi diabetes tahap awal, pastikan agar anak menjaga pola makannya. Hindari makanan dan minuman yang terlalu manis dan berkalori tinggi. Gantilah minuman manis dengan air putih atau jus buah buatan sendiri.
Jangan lupa untuk mengajak anak berolahraga setidaknya selama satu jam setiap hari. Selain itu, batasi pula waktunya menonton TV maksimal dua jam sehari.