Salah satu gangguan perkembangan anak yang tidak asing lagi dan memang banyak dialami adalah autisme. Menurut dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter, autisme atau gangguan spektrum autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup berbagai bidang, mulai dari sosial, emosional, dan komunikasi. Oleh karenanya anak dengan autisme perlu diajarkan cara khusus agar mereka bisa bergaul dan beraktivitas dengan anak-anak sebayanya.
Dilansir dari Verywell Health, ada lima cara khusus yang bisa Anda terapkan sebagai orang tua atau kerabat untuk mempermudah anak autis bersosialisasi, yaitu:
-
Ajarkan dia berkomunikasi layaknya anak-anak
Terapi berbicara untuk anak-anak autis memang terbilang penting. Namun sayangnya, kebanyakan terapis adalah wanita dan kebanyakan anak autis adalah laki-laki.
Alhasil, tak jarang gaya bicara anak laki-laki dengan autisme itu sering terdengar seperti seorang wanita dewasa atau terlalu baku. Jadi, bila ia terjun ke dunia anak-anak seumurannya, gaya bicara yang seperti itu akan sangat terdengar canggung di telinga mereka.
Ketika dewasa, hal itu memang sangat menguntungkan. Namun, ketika masih anak-anak, gaya bicara seperti itu justru akan membuatnya dijauhi oleh teman sebayanya.
Jadi, selain melakukan terapi berbicara, sebagai orang tua, Anda pun wajib mengajarkan cara berkomunikasi layaknya anak-anak. Misalnya, ketika anak Anda diberi mainan oleh temannya. Ketimbang merespons dengan kalimat “Terima kasih banyak atas hadiahnya yang indah”, lebih baik ucapkan “Wah! Ini keren, makasih ya!”.
-
Ajarkan dia untuk bermain bersama
Anak dengan autisme memang lebih suka bermain sendiri ketimbang bergabung dengan temannya. Ketika anak lain suka bermain rumah-rumahan dan memberikan makan boneka mereka, anak autis akan lebih suka bermain lego sendiri atau bermain teka-teki yang sama berulang kali.
Tidak mengapa memang, tetapi ada kalanya juga Anda mesti mengajak anak dengan autisme untuk bermain secara tim atau membangun lego bersama. Tujuannya, agar dia terbiasa berinteraksi dengan orang banyak (belajar bergantian). Bila Anda khawatir anak Anda akan kesulitan saat bermain dengan beberapa orang atau bahkan takut di-bully, cukup pantau dulu dari kejauhan.
Selanjutnya
-
Ajaklah ke taman bermain
Jangan terlalu sering membiarkan anak Anda bermain sendiri di rumah. Sesekali, ajaklah bermain di luar, terutama taman bermain.
Saat Anda dan anak dengan autisme bermain di playground, sebagai orang tua Anda bisa mengajarkannya cara berjalan di garis lurus, belajar mengantre atau bergantian dengan anak-anak yang lain, belajar mengayun, belajar meluncur, belajar melompat, serta belajar memanjat atau meluncur yang aman. Dalam kondisi itu, ajari juga anak autis untuk meminta pertolongan kepada orang dewasa andai kata mereka membutuhkan bantuan.
-
Kenalkan dengan olahraga
Tak cuma diperkenalkan dengan permainan asah otak yang bikin pintar. Anda pun mesti memperkenalkan anak autis dengan olahraga. Olahraga merupakan sesi yang paling seru dan mengasyikkan, terutama bagi anak laki-laki. Nah, dengan memperkenalkannya kepada olahraga (tidak perlu olahraga tim dulu), seperti berenang, anak dengan autisme akan mulai terbiasa dengan aktivitas fisik yang pasti akan dijumpainya nanti ketika bersekolah.
-
Tonton tayangan anak-anak
Tak selamanya acara di televisi itu buruk. Bila ada kartun-kartun tertentu yang sedang populer di kalangan anak-anak, tak ada salahnya Anda dan si anak menonton program tersebut. Gunanya, agar anak dengan spektrum austime memiliki “bahan obrolan” ketika hendak berinteraksi dengan teman sebayanya. Dengan begitu, suasana canggung pun akan mencair karena ada topik spesifik yang dibicarakan.
Mengajarkan cara berinteraksi kepada anak-anak autis memang susah-susah gampang. Butuh kesabaran dan kreativitas ekstra agar mereka mau terjun ke dunia sosial bersama teman-teman sebayanya. Meski begitu, anak dengan autisme pandai meniru orang di sekitarnya.
Jika Anda mencontohkan hal-hal baik, cepat atau lambat dia juga melakukan perilaku positif tersebut kepada teman-teman sebayanya. Bila perlu, bergabunglah dalam sebuah komunitas terkait aktivitas sosial dari anak-anak autisme. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan stimulasi yang tepat untuk berinteraksi dan bergaul laiknya anak-anak biasa.
[HNS/ RVS]