Setiap orang tua memiliki cara masing-masing untuk mendisiplinkan anak, tergantung dari situasi, kondisi keluarga, kultur dan sifat anak. Namun, sering kali orang tua tidak menyadari apa yang dilakukannya justru bisa berimbas negatif, termasuk seputar pola asuh yang diterapkan.
Akibatnya, si Kecil kesulitan untuk memahami apa yang diminta, dan justru bisa memengaruhi tumbuh kembang anak. Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang kerap dilakukan orang tua saat mendisiplinkan buah hatinya:
Tidak mempraktikkan apa yang diajarkan
Menjadi contoh dan panutan yang baik bagi anak memang terkadang sulit. Namun jika Anda sendiri tidak mempraktikkan apa yang diajarkan kepada si Kecil, maka kemungkinan besar ia tidak akan mendengarkan Anda.
Contohnya Anda mengajari anak untuk tidak berbohong, namun Anda sendiri sering berbohong untuk mengelakkan tanggung jawab tertentu, misalnya saat diminta menghadiri acara sekolah anak. Ketika si Kecil mengetahuinya, maka ia akan menganggap hal yang Anda lakukan adalah hal yang wajar.
Anak merupakan peniru yang ulung, sehingga jika Anda ingin anak berperilaku baik, maka lakukanlah hal yang sama pada diri Anda terlebih dahulu.
Menganggap semua anak sama
Setiap anak memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Bahkan, anak kembar sekalipun memiliki sifat yang tidak sama. Untuk itu, cara mendisiplinkan anak tidak bisa disamaratakan meski saudara sekandung.
Sama seperti orang dewasa, anak juga memiliki sifat, temperamen dan kebiasaan unik masing-masing. Ada anak yang keras kepala, emosional, ada juga yang cengeng atau sensitif. Perhatikan dan pahami sifat anak agar Anda dapat menghadapinya dengan cara yang sesuai.
Misalnya saja, ada anak yang cukup diberi penjelasan sudah dapat memahami bahwa berbuat buruk itu tidak baik. Namun, ada juga anak yang harus diberikan semacam perjanjian. Contohnya, bila berbuat buruk, maka ia tidak boleh bermain atau uang jajannya dipotong.
Tidak memberikan batasan tertentu pada anak
Salah satu alasan mengapa Anda harus mendisiplinkan anak adalah agar anak tumbuh dengan kontrol diri yang baik. Anak yang tidak diberi batasan atau konsekuensi sering kali tumbuh menjadi anak yang manja, egois, tidak mampu mengurus diri sendiri, bahkan membuat orang di sekitarnya menjadi tidak nyaman.
Untuk itu berikan anak aturan, batasan dan konsekuensi yang jelas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukannya. Jika Anda khawatir mendisplinkan anak dapat membuatnya marah, ingatlah bahwa tidak melakukannya justru akan membuat anak bisa berperilaku tidak baik di kemudian hari.
Berbicara atau menjelaskan terlalu panjang lebar
Berbicara kepada anak sebaiknya disampaikan dengan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti. Bila terlalu panjang lebar, anak – terutama anak usia dini – akan merasa bosan dan malah tidak memperhatikan apa yang Anda sampaikan.
Sebaiknya bicarakan pada anak, perilaku salah apa yang dilakukannya, sampaikan alasan mengapa itu salah dan berikan contoh yang lebih baik, yang seharusnya dilakukan anak.
Tidak konsisten
Salah satu cara yang dapat Anda lakukan untuk mengoreksi perilaku anak yang kurang baik adalah dengan memberikan instruksi jelas dan memberi contoh bagaimana perilaku yang seharusnya.
Semisal suatu waktu Anda memarahi anak karena kamarnya berantakan, namun di waktu lain Anda membiarkan kamar berantakan dan tidak menegur, anak akan menganggap instruksi Anda tidak wajib dilakukan. Sebaiknya berikan arahan yang jelas dan konsisten pada anak, termasuk soal konsekuensi.
Ketika Anda meminta anak untuk membereskan mainannya setelah bermain dan ia tidak menuruti sesuai kesepakatan, Anda boleh tidak memberinya waktu bermain. Selain itu, berikan konsekuensi yang sama. Bila berubah-ubah, anak akan menilai Anda tidak konsisten.
Sebetulnya tidak ada cara yang paling baik dalam mendisiplinkan anak. Sebab, setiap anak memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Namun dalam menerapkan pola asuh di masa pertumbuhan anak, sebaiknya orang tua menghindari berbagai kesalahan di atas yang dapat memengaruhi karakter anak ketika dewasa nanti.
[NP/ RVS]