Bullying atau perundungan memang tidak ada habisnya. Masalah ini kerap muncul di lingkungan sekolah, dimana anak berinteraksi dengan lingkungan yang memiliki kemampuan sosial dan latar belakang yang berbeda-beda. Anda sebagai orang tua tentunya tak ingin anak menjadi korban bullying, apalagi pelakunya.
Pembahasan ini menjadi menarik untuk diangkat kembali setelah baru-baru ini kembali terjadi kasus bullying dan kekerasan pada remaja di Pontianak, Kalimantan Barat yang memunculkan tagar #JusticeForAudrey. Ya, nama Audrey menjadi santer terdengar akibat kasus perundungan yang dilakukan sekelompok remaja terhadapnya.
Apa yang terjadi pada Audrey tak bisa dianggap sepele. Kasus-kasus bullying pada anak dan remaja harus dituntaskan, agar tak ada lagi korban seperti Audrey.
Namun, bila ternyata anak Anda melakukan hal tersebut – menjadi pelaku tindak kekerasan tersebut – jangan terlalu larut dalam emosi. Pahami penyebab anak melakukan bullying dan cari tahu cara yang tepat untuk menghadapinya.
Mengapa anak melakukan bullying?
Perlu diketahui, sebenarnya anak yang melakukan bullying bukan berarti nakal. Hanya saja, anak belum tahu jati diri mereka, sehingga akan melakukan semua bentuk perilaku, termasuk perilaku buruk yang bisa digolongkan ke dalam aktivitas perundungan.
Namun, hal ini tidak bisa disimpulkan sebagai bagian dari pribadi mereka. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah beberapa alasan anak menjadi pelaku bullying:
- Anak sengaja melakukannya agar bisa diterima di lingkungan pertemanannya.
- Anak merupakan korban bullying di rumah atau sekolah, sehingga berlaku agresif untuk menunjukkan kekuatannya.
- Ingin mencari perhatian dari guru, orang tua, atau teman-temannya dan belum berhasil mendapatkannya dengan cara lain.
- Memiliki sifat impulsif, yakni bertindak tanpa mempertimibangkan konsekuensinya.
- Kurangnya empati.
Berbagai hal di atas bisa menjadi alasan anak Anda kemudian terdorong untuk melakukan tindak perundungan terhadap temannya. Sebisa mungkin, hindari merespons dengan emosi saat mengetahui anak melakukannya. Sebab, hal tersebut bisa berdampak pada tumbuh kembang anak Anda.
Lakukan ini bila anak adalah “si tukang bully”
Jika anak terlibat dalam perilaku bullying, baik fisik maupun verbal, tandanya anak memiliki masalah serius yang mungkin ia pendam karena kesulitan untuk mengutarakannya.
Selain itu, mungkin saja anak mengalami kecemasan, depresi, dan juga kesulitan mengatur emosi dan perilakunya, sehingga tindakan perundungan menjadi pelarian.
Nah, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda lakukan untuk menghadapi anak yang bertindak sebagai pelaku bullying:
1. Bangun komunikasi
Bicaralah dengan anak tentang apa yang terjadi, apa yang ia rasakan, dan alasan mengapa ia berbuat demikian. Komunikasikan dengan baik dan jaga hubungan agar lebih dekat dengan anak.
2. Sampaikan apa yang seharusnya tidak dilakukan
Anak perlu tahu jika mereka salah. Tetapi hal yang perlu diingat adalah jangan menyalahkan secara berlebihan. Karena dapat membuat anak hilang kepercayaan diri. Selain itu, jangan menyalahkan faktor lain karena justru akan membuat anak tidak merasa bersalah dan akan mengulanginya.
3. Tetapkan konsekuensi
Berikan hukuman yang bermakna dengan jangka waktu yang ditentukan. Selain itu, ajak anak berdiskusi tentang bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini bersama.
4. Ajarkan anak bersosialisasi
Beri anak pengertian tentang empati, dan ajarkan ia cara untuk berteman serta terlibat dalam kegiatan yang menghibur. Cara ini bisa dilakukan dengan berolahraga atau main game bersama.
5. Lakukan introspeksi diri
Orang tua juga perlu mengevaluasi diri apakah anak menjadi korban bullying akibat perilaku dari orang tua. Karena perundungan bisa datang dari berbagai faktor.
6. Cari bantuan
Jika sudah melakukan segala cara tetapi belum ada perbaikan, Anda disarankan untuk mencari bantuan dari psikiater atau psikolog.
7. Memantau kegiatan anak di media sosial
Anak-anak yang kerap terpapar dengan konten media yang kurang baik seperti kekerasan cenderung menjadi peka terhadap hal negatif. Hal ini juga memungkinkan anak menerapkan apa yang ia lihat ke dalam kehidupan nyata.
Selain melakukan berbagai upaya di atas, coba ajak anak berdiskusi seputar fenomena bullying dan masalah apa yang ia rasakan. Dengan demikian, Anda sebagai orang tua dapat memahami dari sudut pandangnya dan kemudian membimbingnya dalam mencari jalan keluar bersama. Tapi ingat, tentunya semua tips di atas juga harus disesuaikan dengan usia anak. Jika merasa ragu, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog.
[NP/ RVS]