Tips Parenting

Anak Ketahuan Menyontek, Bagaimana Orang Tua Harus Bersikap?

Nesia Qurrota Ayuni, 09 Des 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Berbagai faktor mendorong anak berbuat curang, seperti menyontek. Apakah orang tua perlu menegur saat ketahuan anak menyontek? Ini kata psikolog.

Anak Ketahuan Menyontek, Bagaimana Orang Tua Harus Bersikap?

Memasuki akhir tahun, biasanya anak-anak mulai disibukkan dengan ujian semester. Masa ujian adalah hal yang sering kali dianggap sebagai momok dan butuh banyak persiapan. Belum lagi dengan tuntutan pada anak agar mendapatkan nilai yang baik. 

Hal-hal tersebut terkadang mendorong anak untuk menggunakan cara-cara curang, seperti menyontek. Saat ketahuan anak menyontek, sikap apa sih yang sebaiknya ditunjukkan orang tua? Simak penjelasan psikolog berikut. 

1 dari 2

Ketahui Penyebab dan Faktor Anak Mencontek

Menurut psikolog Gracia Ivonika, M. Psi, umumnya anak melakukan tindakan curang seperti menyontek bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya:

  • Adanya Tekanan Akademik 

Tuntutan tersebut bisa datang dari sekolah, orang tua, maupun diri anak sendiri. Tuntutan itu menjadi tekanan yang dapat mengarahkan anak mencari alternatif cara untuk memenuhinya. Menyontek kemudian menjadi salah satu alternatif yang dipilih. 

  • Low Motivation

Tuntutan eksternal yang tidak diimbangi dengan motivasi yang sesuai juga dapat mengarahkan anak mengambil jalan pintas dengan menyontek.

  • Anak Kurang Percaya Diri

Saat anak kurang yakin akan kemampuannya, dia mungkin kesulitan untuk mendorong dirinya berusaha secara mandiri.

Mereka membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain. Ketika kesulitan tersebut ia dapatkan, menyontek seakan bisa menjadi solusi “praktis” bagi anak.

Artikel lainnya: Bagaimana Jika Anak Malas Mengerjakan PR?

  • Peer Pressure dan Pengaruh Lingkungan

Berkembang di lingkungan yang sering menyontek dapat mengarahkan pandangan keliru anak atas perilaku curang tersebut. 

Semakin lama, mereka mungkin menganggap menyontek sebagai perilaku umum dan berdampak yang positif.

Misalnya, teman-teman yang menyontek mendapat nilai yang lebih baik daripada yang jujur. Terlebih, jika murid yang menyontek dibiarkan saja atau tidak mendapat konsekuensi yang tegas. Anak juga bisa dianggap “berbeda” dari lingkungannya bila tidak menyontek.

  • Anak Tak Tahu ke Mana Harus Mencari Bantuan saat Tidak Memahami Materi 

Dalam hal ini, anak terhambat pada akses untuk memperoleh bantuan ketika dia tidak memahami suatu materi. Misalnya, anak yang tidak mengerti matematika, tapi tidak tahu meminta bantuan pada siapa atau dari mana.

  • Tidak Benar-benar Memahami bahwa Menyontek Tak Dibenarkan

Kebingungan ini umumnya terkait dengan teknologi dan plagiarisme. Banyak anak yang tidak memahami betul kapan suatu tindakan dapat dikategorikan sebagai plagiat

  • Faktor-faktor Personal Lainnya 

Misalnya anak memiliki perilaku rebel dan impulsivitas.

“Semua faktor-faktor di atas bisa terjadi bersamaan dan menjadi dinamika yang lebih kompleks memengaruhi perilaku menyontek yang dilakukan anak,” ucap psikolog yang akrab disapa Ivon tersebut. 

Artikel lainnya: Tips Menyiapkan Bekal untuk Anak Prasekolah

2 dari 2

Orang Tua Harus Bagaimana?

Psikolog Ivon menyebut, saat mengetahui anak menyontek, kuncinya orang tua perlu memahami hal yang mendorong anak melakukan tindakan tersebut. Tentu, caranya dengan mengajak anak berkomunikasi secara terbuka.

“Hindari langsung memarahi, apalagi memberikan label pada anak. Terutama bila hal ini tidak biasanya dilakukan oleh anak,” saran Ivon. 

Di samping itu, berikut beberapa cara mengatasi anak yang suka menyontek yang bisa dilakukan orang tua:

  • Memberikan contoh yang baik bagi anak. Misalnya, orang tua bisa berbagi pengalaman-pengalaman mereka yang bekerja keras dibandingkan berbuat curang.
  • Anda bisa memfasilitasi anak untuk belajar, misalnya memberi kursus tambahan, ikut membantu anak belajar, dll.  
  • Menurunkan ekspektasi atau target yang tampak tidak realistis bagi anak. “Dibandingkan berfokus pada hasil yang dicapai anak, fokuslah menghargai setiap usaha dan proses yang dilakukan anak,” ujar Ivon.

Ketika anak berhadapan kegagalan, dia menambahkan, berikan apresiasi atas kerja kerasnya. Selanjutnya, dukung si kecil untuk bangkit dan kembali berusaha. 

  • Buat kesepakatan dengan anak. Bila perilaku menyontek terulang lagi, tetapkan konsekuensi apa yang harus diterapkan.

Dibanding memberi hukuman yang menakutkan bagi anak, Anda dapat membuat kesepakatan terkait hal-hal yang disukai anak sebagai konsekuensi. Misalnya, mengurangi waktu bermain gawai.

  • Berdiskusilah juga dengan guru atau pihak sekolah agar penanaman nilai dan pengarahan yang diberikan dapat diterapkan secara konsisten. 

“Bila perilaku itu terus terulang dan sulit ditangani, orang tua dan anak dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk memperoleh penanganan psikologis yang dibutuhkan,” Ivon menandaskan. 

Yuk, pantau terus perkembangan si buah hati dengan memanfaat fitur Tumbuh Kembang Anak dari Klikdokter.

[HNS/JKT]

pola asuh