Anak kerap mengemut makanan? Atau butuh waktu berjam-jam untuk menghabiskan seporsi makanan? Kebiasaan ini tak muncul dengan sendirinya, melainkan berkaitan dengan banyak faktor yang membentuk pola makan si Kecil.
Mengapa Anak Mengemut Makanan?
Mengemut makanan bisa terjadi sesekali saja, misalnya saat anak sedang sariawan, mengalami radang tenggorokan, sakit gigi atau tumbuh gigi. Bila ini berlanjut terus, bisa menandakan adanya kelainan sensoris atau indra pengecap pada mulut.
Namun, kebiasaan mengemut makanan juga bisa dipicu oleh orang tua yang cenderung berlama-lama dalam proses makan. Salah satu alasan klasik, karena khawatir kurang gizi, orang tua kerap “memaksa” anak untuk menghabiskan sejumlah makanan yang disediakan. Akibatnya, proses makan bisa berlangsung lebih dari 30 menit, bahkan hingga 2 jam!
Alasan lain, tekstur makanan tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga kurang menantang untuk dikunyah, makanan terasa hambar, atau anak bosan dengan menu makanan yang itu-itu saja.
Di luar penyebab-penyebab ini, yang juga sering ditemukan adalah banyaknya distraktor atau pengganggu di sekeliling anak. Sebut saja mainan, siaran televisi, tontonan video dari gawai, hingga aktivitas orang dewasa di sekitarnya yang menarik perhatian anak. Semua ini membuat anak “lupa” bahwa ia sedang makan sehingga berhenti mengunyah.
Lantas, Bagaimana Mengatasinya?
Kebiasaan mengemut makanan yang terjadi karena anak sakit, sedang tumbuh gigi atau akibat adanya kelainan tertentu di rongga mulut, akan segera teratasi bila penyebabnya diketahui dan diobati. Tetapi, bila ini terbentuk dari pola atau proses makan yang tidak tepat, maka orang tua perlu menerapkan aturan makan sebagai berikut.
- Tentukan jadwal makan dan bermain yang kurang lebih sama setiap harinya agar anak dapat mengantisipasi aktivitas yang akan ia lakukan.
- Tunjukkan cara makan yang benar, yakni dengan menggerak-gerakkan mulut dan gigi ketika makanan masuk ke dalam mulut.
- Berikan makanan dengan tekstur yang bertahap sesuai tahap perkembangan dan kemampuan anak. Dahulukan makanan utama yang padat, baru diakhiri dengan minum.
- Bangun suasana makan yang nyaman dan menyenangkan. Jangan sampai anak merasa terpaksa untuk makan. Bila anak menolak untuk makan, Anda bisa melakukan pendekatan positif dengan menceritakan isi buku atau film favorit anak yang bertemakan makanan.
- Hindari memaksa anak untuk menghabiskan apa yang ada di piringnya. Sebagai solusi, berikan dalam porsi kecil tetapi sering.
- Dorong anak untuk makan sendiri dan biarkan ia memilih apa yang ingin dimakan dari yang tersedia. Batasi pilihan untuk memudahkan Anda dan supaya tidak membingungkan anak. Bila anak menolak makanan yang tersedia, tak perlu membujuk atau membuatkannya makanan lain.
- Batasi proses makan tidak lebih dari 30 menit. Bila anak menolak untuk makan, tawarkan dengan baik-baik, tanpa membujuk maupun memaksa. Bila setelah 10-15 menit kemudian anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan.
- Hindari segala jenis distraktor (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik) dan jangan biarkan anak makan sambil berjalan-jalan atau dikejar-kejar. Usahakan anak duduk di kursi makannya atau di satu tempat yang tetap saat makan. Distraktor-distraktor ini bisa menjadi reward kalau anak sudah selesai makan.
- Variasikan menu, rasa, dan penyajian makanan setiap harinya agar selera makan anak tergugah dan bersemangat untuk mengunyah.
Sebagai orang tua, banyaklah bersabar dan tetap semangat untuk membiasakan pola makan yang baik dan sehat pada anak. Bagi anak, makan adalah sebuah proses belajar, dimana ini melibatkan dua belah pihak, orang tua atau pengasuh sebagai pemberi makan dan anak sebagai yang diberi makan.
Karena itu, temperamen, perilaku, dan kebiasaan Anda akan sangat memengaruhi dan membentuk persepsi anak terhadap proses makan tersebut. Pada dasarnya, bila anak punya persepsi bahwa waktu makan itu menyenangkan, ia akan lebih jarang mengemut makanan.
[RS/ RVS]