Media sosial telah berkembang pesat di zaman modern ini. Berbagai jenis media sosial kini bisa ditemukan. Mulai dari Facebook, Snapchat, Instagram, Path, Twitter, dan lain sebagainya. Wadah bagi orang tua untuk berbagi foto anak lewat gawai di dunia maya pun menjadi semakin banyak.
Sudah menjadi hal yang umum bagi seseorang untuk memiliki lebih dari satu media sosial. Melalui media sosial, seseorang dapat 'membagikan kehidupannya' tidak hanya kepada keluarga dan teman-teman, tetapi juga kepada seluruh dunia. Hal ini karena apa yang Anda unggah ke media sosial dapat dilihat oleh semua orang di berbagai penjuru dunia.
Aktivitas di media sosial kini semakin tinggi dan tidak terbendung. Salah satu penyebabnya adalah adanya keinginan seseorang untuk selalu eksis melalui gawai. Jika di dunia nyata mungkin ia kurang dianggap, di media sosial ia bisa berekspresi sebebas-bebasnya.
Media sosial bukanlah dominasi remaja dan anak muda saja. Para orang tua muda –terutama ibu-ibu muda– adalah satu kelompok pengguna media sosial yang sangat aktif. Selain mengunggah kegiatan sehari-hari, acara jalan-jalan dan aktivitas bersama keluarga, salah satu jenis unggahan yang menjadi favorit dari ibu-ibu adalah foto anaknya.
Sudah lumrah jika seorang ibu sangat menyayangi dan membanggakan anaknya, sehingga ingin mengabadikan setiap momen perkembangan anak dalam sebuah foto, dan membagikannya kepada seluruh dunia. Tentu wajar jika ada keinginan agar semua orang mengetahui betapa lucu, pintar, dan menggemaskannya sang buah hati.
Pro dan kontra media sosial
Aktivitas mengunggah foto anak ke media sosial dinamakan dengan sharenting – gabungan dari dua kata, yakni share yang artinya membagikan dan parenting yang artinya menjadi orang tua. Aktivitas sharenting yang kian marak dilakukan oleh orang tua 'zaman now' ini kemudian mengundang pro dan kontra.
Kelompok yang pro terhadap sharenting ini berpendapat bahwa dengan mengunggah foto-foto anak ke media sosial, mereka tidak akan kehilangan setiap momen pertumbuhan anak. Nantinya dapat diperlihatkan dan menjadi kenang-kenangan bagi si anak ketika ia beranjak dewasa.
Dengan 'menyimpannya' di media sosial, orang tua tidak perlu khawatir foto itu akan rusak atau hilang. Selain itu, orang tua juga dapat berbagi foto-foto si Kecil dengan keluarga dan teman yang mungkin tinggalnya berjauhan dan tidak bisa sering bertatap muka.
Kedengarannya sangat praktis dan membantu sekali. Meskipun demikian, masih banyak orang yang tidak setuju dengan sharenting. Dengan tingginya angka kriminalitas di zaman ini –terutama yang mengancam anak– mereka khawatir foto-foto anak di media sosial disalahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang.
Kelompok yang tidak setuju dengan sharenting berpendapat bahwa foto anak Anda dapat disalahgunakan oleh kelompok pedofil untuk memajang foto-foto anak di laman khusus pedofil.
Menurut penelitian, 50% foto anak yang ditampilkan di laman khusus pedofil ternyata diambil dari media sosial milik para orang tua! Membayangkannya saja sangat menyeramkan.
Selain itu, orang yang berniat jahat juga dapat memantau sosial media Anda dan mengetahui berbagai informasi dari sana, termasuk di daerah mana Anda tinggal, di mana anak bersekolah, berapa saudara yang dimiliki, apakah anak memiliki pengasuh, di mana anak Anda biasa les musik atau pelajaran, dan lain sebagainya.
Semua informasi yang bisa diakses tersebut tergantung dari seberapa banyak informasi yang Anda bagikan di media sosial.
Ada orang tua yang takut membagikan foto anak ke media sosial karena takut anaknya di-bully oleh netizen yang terkadang memang bermulut 'pedas'.
Alasan terakhir yang dikemukakan oleh kelompok penentang sharenting adalah karena mereka ingin menjaga privasi keluarga untuk diri sendiri, dan tidak membagikannya dengan orang lain. Hal ini memang murni preferensi setiap orang.
Bagaimana agar lebih aman?
Mengunggah atau tidak mengunggah foto anak di media sosial benar-benar merupakan keputusan pribadi masing-masing orang tua. Namun di zaman modern ini, ada baiknya agar Anda ekstra hati-hati, dengan banyaknya kejahatan yang mengintai, bahkan melalui dunia maya.
Anda boleh saja tetap mengunggah foto anak ke media sosial, tetapi perhatikan agar jumlahnya jangan terlalu berlebihan. Hindari pula menuliskan lokasi dari foto yang Anda jepret.
Akan lebih baik jika Anda mengunggah foto tersebut ketika Anda dan anak sudah tidak berada lagi di lokasi tersebut, agar orang yang berniat jahat tidak bisa langsung mendatangi Anda.
Selain itu, Anda juga dapat mengubah pengaturan di media sosial agar hanya orang terdekat sesuai pilihan Anda yang dapat melihat foto-foto yang diunggah. Pengaturan ini biasanya disebut ‘share to close friend atau inner circle’ , artinya hanya orang-orang dekat yang Anda sudah setujui yang dapat melihat foto Anda, bukan orang lain yang tidak Anda kenal.
Di zaman yang serba mengedepankan teknologi gawai seperti sekarang ini, media sosial memang sudah dianggap sebagai 'jendela' bagi privasi seseorang. Jadi bagi Anda para orang tua, agar anak tetap aman selama beraktivitas, gunakan media sosial dengan aman dan cerdas!
[NP/ RVS]